Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Nusantara

Kota Malang Hari Ini: Problem Kemacetan dan Tamu-tamu Peradaban

Dimas Bagus oleh Dimas Bagus
27 Agustus 2022
A A
Kota Malang Hari Ini: Problem Kemacetan dan Tamu-tamu Peradaban angkot surabaya

Kota Malang Hari Ini: Problem Kemacetan dan Tamu-tamu Peradaban (Ichsan Wicaksono via Unsplash)

Share on FacebookShare on Twitter

Kota Malang dinobatkan menjadi salah satu kota termacet di dunia dan yang keempat di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, dan Denpasar. Beberapa portal berita nasional dan regional telah memberitakan hasil Global Traffic Scorecard 2021 versi Inrix di USA itu. Mereka juga menyebutkan setiap pengendara di Malang kehilangan 29 jam selama periode jam sibuk.

Jujur, sebagai warga Malang, analisis ini cukup bikin saya terkejut, tapi kenyataan memang demikian. Sebagai gambaran, di Sabtu siang saya butuh waktu satu jam untuk pergi dari rumah di Karanglo menuju daerah kota yang jaraknya kurang dari 10 kilometer. Artinya kecepatan rata-rata kendaraan saya hanya 10-12 km per jam saja. Terus, kudu lapo, Rek?

Begini. Sebenarnya ini pertanyaan klasik yang jawabannya belum ketemu. Bersematkan status kota wisata dan kota pelajar, sudah siapkah Malang menyambut gairah ratusan ribu mahasiswa pendatang dan para pelancong akhir pekan? Atau justru Malang menunjukkan kegagapan seperti yang sudah terasa sekarang, dalam hal ini kemacetan lalu lintas?

Faktanya, setiap hari kemacetan makin bertambah terutama menjelang akhir pekan. Mau menyalahkan tata kota tampaknya sia-sia, karena banyaknya aktivitas warga dan tumpukan kendaraan di jalan tetap jadi faktor utama.

Apa akar masalahnya?

Sebetulnya saya agak ragu saat menyebut faktor-faktor berikut ini sebagai akar masalah. Anggap saja keadaannya memang begini. Lokasi wisata Malang Raya tersebar di sebelah barat dan timur dengan wisata pegunungannya dan di sebelah selatan dengan wisata pantainya. Sebetulnya melabeli Kota Malang sebagai kota wisata lebih menyerupai mitos. Kota Malang yang besarnya nggak seberapa ini lebih banyak difungsikan sebagai tempat mengisi perut, belanja, dan bermalam. Posisi Kota Malang yang di tengah-tengah itu membuat banyak pengendara menumpuk di sana sebelum pergi ke destinasi wisatanya masing-masing.

Ironisnya, pembangunan jalan tol menuju Malang dengan tiga gerbang utama (Singosari, Pakis, dan Sawojajar) justru menjadi titik kemacetan baru, terutama menjelang akhir pekan seperti di Jl. Ranugrati serta Jl. Muharto setelah exit gate Malang (Sawojajar), dan di perempatan Karanglo hingga Karangploso setelah exit gate Singosari. Lamanya durasi lampu merah kerap jadi momok utama.

Berikutnya ada fenomena parkir liar. Kendaraan-kendaraan terpaksa berjejeran di pinggir jalan karena tempat-tempat yang mereka kunjungi nggak mampu menyediakan fasilitas parkir yang luas. Contohnya di sepanjang Suhat, daerah Klojen dekat stasiun, pasar Splendid, dan di ruas-ruas jalan Semeru. Karakter jalan yang nggak selebar jalanan di kota-kota besar lainnya tentu jadi masalah. Jika Surabaya punya akses masuk dengan lebih dari lima lajur seperti di Jl. Ahmad Yani, Kota Malang masih setia dengan dua lajurnya. Jalan-jalan di pusat kota juga nggak begitu lebar. Fakta keterbatasan lahan untuk pelebaran jalan ini menandakan Malang butuh solusi lain untuk mengatasi kemacetan.

Faktor selanjutnya, saya sebut “balas dendam pandemi”. Setelah “usai”, orang-orang seakan berusaha menyambangi semua tempat, butuh atau tidak. Masalahnya, semua orang memakai kendaraan pribadi. Dan tentu saja efeknya bisa kita tebak: kemacetan.

Baca Juga:

Nestapa Perantau di Kota Malang, Tiap Hari Cemas karena Banjir yang Kian Ganas

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

Solusinya bagaimana?

Selama ini, peran para pengatur lalu lintas seperti Kepolisian, Dishub, dan Supeltas Kota Malang hanya sebatas untuk mengurai kemacetan saja. Seolah-olah kemacetan adalah keniscayaan, dan bikin kita semua jadi mulai malas berpikir tentang solusi yang permanen. Tapi kalau dipikir-pikir, apa ada solusi permanen mengatasi kemacetan?

Mari kita lihat upaya-upaya yang ada, dalam hal ini, pembangunan infrastruktur dan rekayasa lalin. Pembangunan underpass Karanglo entah berhasil, entah gagal. Wujudnya sih ada. Tapi, kepadatan kendaraan masih terlihat, khususnya dari arah exit Tol Singosari menuju Batu karena ada persimpangan rel KA, dan dari arah utara menuju kota karena bottleneck di depan PLN hingga Adiputro. Pelebaran jalan di depan pabrik Bentoel juga baru selesai dan belum terasa manfaatnya. Rekayasa lalin dengan menutup flyover Arjosari dan membuang kendaraan ke Araya-L.A Sucipto saat jam sibuk juga nggak terlalu membuahkan hasil. Pembangunan jembatan Tunggulmas (Tunggul Wulung-Tlogomas) yang awalnya dielu-elukan justru jadi titik kemacetan baru.

Kalau mau lihat fasum yang lebih sering ditutup ketimbang dibuka, ya jembatan Tunggulmas ini. Sementara daerah lainnya seperti Sumbersari, Dinoyo, Sukun, masih berkutat dengan lagu lama. Praktis rekayasa lalin hanya bersifat kondisional.

Gimana soal transportasi publik yang terintegrasi? Masih jauh. Kendaraan pribadi tetap jadi favorit. Menampung banyak orang dalam satu sistem transportasi terintegrasi seperti Busway atau MRT masih diperdebatkan kebutuhannya, mengingat butuh modal yang sangat besar untuk membangun itu semua.

Kemacetan adalah produk peradaban

Pada akhirnya, Tuhan menakdirkan Malang jadi destinasi bersenang-senang dengan tanahnya yang gemuk, hawanya yang (mulai nggak) sejuk, dan pemandangan bagus. Agaknya kita perlu berpikir objektif dengan logika yang sebetulnya sederhana. Masalah kemacetan di Malang adalah produk dari bertemunya evolusi peradaban dengan besarnya keinginan manusia di sekitarnya untuk menjadi bagian dari peradaban itu. Mudahnya akses membeli alat transportasi yang kontradiktif dengan kecilnya kapasitas daya tampung kota juga menjadi penyebab.

Dongeng tentang Malang yang selama ini diceritakan sangat digemari khalayak, sehingga melahirkan percakapan-percakapan sampai ke ujung negeri melalui peran media sosial. Malang ibarat rumah peradaban baru di atas lahan terbatas yang selalu menebar undangan. Anggota Kepolisian dan Dishub sebagai juru atur pun jelas kewalahan mengatur kedatangan tamu-tamu peradaban ini.

Sebelum misuh-misuh di jalan karena terjebak kemacetan, warga Malang juga harus menyadari kalau ramainya jalanan berbanding lurus dengan besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD). Belum lagi banyaknya angka industri kreatif dengan SDM penduduk lokal yang tentu menggantungkan nasibnya kepada para pengunjung. Sebagai info, untuk Kota Malang sendiri saja, dari target PAD tahun 2022 sebesar 1 triliun rupiah hanya terealisasi sebesar 752 miliar rupiah. Underachieved.

Perputaran uang dari keramaian tentu jadi kebahagiaan tersendiri bagi para pengelola tempat wisata, pemilik restoran, pelaku bisnis perhotelan, UMKM, rental mobil, hingga pengamen jalanan. Keramaian berarti rezeki bagi semua orang. Untuk itu, mari kita nikmati dulu kemacetan ini. Selamat datang di Malang wahai tamu peradaban!

Sumber gambar: Ichsan Wicaksono via Unsplash

Penulis: Dimas Bagus
Editor: Rizky Prasetya

BACA JUGA Kenapa Malang Terkesan Ingin Menjadi Jogja?

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.
Anda penulis Terminal Mojok? Silakan bergabung dengan Forum Mojok di sini.

Terakhir diperbarui pada 27 Agustus 2022 oleh

Tags: Kemacetankota malang
Dimas Bagus

Dimas Bagus

Buruh pabrik yang nggak pernah ikut aksi demo.

ArtikelTerkait

3 Penyebab Kemacetan Paling Menyebalkan yang Bikin Mati Tua di Jalan bunderan cibiru bandung

Surat Terbuka untuk Pemerintah Kota Bandung: Tolong Atasi Kemacetan di Bunderan Cibiru!

2 Oktober 2023
Kiat Menghindari Macet di Jogja selain dengan Rebahan Terminal Mojok

Evolusi Kemacetan Jogja: Macetnya di Luar Nalar

12 Mei 2023
Kemacetan Panjang di Pertigaan Ajibarang Banyumas Masih Jadi PR yang Belum Diselesaikan

Kemacetan Panjang di Pertigaan Ajibarang Banyumas Masih Jadi PR yang Belum Diselesaikan

20 April 2024
3 Hal tentang Kota Malang yang Sering Disalahpahami dan Perlu Diluruskan Terminal Mojok

3 Hal Terkait Kota Malang yang Perlu Diluruskan

22 Juni 2022
Ritual Memutari Ring Road Jogja, Wahana Pelepas Galau ala Muda-mudi Setempat terminal mojok.co

Jurus Nyidat Menghindari Kemacetan Saat Lebaran

12 Juni 2019
Kota Malang, Apel, dan Beberapa Rasa Kecewa Saya Sebagai Pendatang terminal mojok

Kota Malang, Apel, dan Beberapa Rasa Kecewa Saya Sebagai Pendatang

16 April 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Mio Soul GT Motor Yamaha yang Irit, Murah, dan Timeless (Unsplash) yamaha mx king, jupiter mx 135 yamaha vega zr yamaha byson yamaha soul

Yamaha Soul Karbu 113 cc: Harga Seken 3 Jutaan, tapi Konsumsi BBM Bikin Nyesek

17 Desember 2025
Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

Tangsel Dikepung Sampah, Aromanya Mencekik Warga, Pejabatnya ke Mana?

14 Desember 2025
4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget Ketika Hidup di Solo Mojok.co

4 Hal yang Membuat Orang Salatiga seperti Saya Kaget ketika Hidup di Solo

12 Desember 2025
3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

3 Kebiasaan Pengendara Motor di Solo yang Dibenci Banyak Orang

16 Desember 2025
Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

Kalau Mau Menua dengan Tenang Jangan Nekat ke Malang, Menetaplah di Pasuruan!

15 Desember 2025
Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

Pengalaman Naik Bus Eka dari Banjarnegara ke Surabaya: Melihat Langsung Orang Berzikir Saat Pedal Gas Diinjak Lebih Dalam

15 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=SiVxBil0vOI

Liputan dan Esai

  • UGM Berikan Keringanan UKT bagi Mahasiswa Terdampak Banjir Sumatra, Juga Pemulihan Psikologis bagi Korban
  • Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan
  • Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega
  • Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba
  • Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya
  • Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.