Saya merasa cukup yakin, setidaknya kita semua punya satu atau dua orang teman yang tiap kali makan bareng di restoran atau kafe selalu memesan menu nasi goreng. Apa pun varian nasi gorengnya dan berapa pun harganya. Padahal menu lain di restoran terbilang beragam, variatif. Tentu saja fenomena ini terbilang unik dan menarik, dan masih terjadi sampai dengan saat ini.
Tak terbatas di lingkungan pertemanan atau saat makan bersama dengan keluarga saja, di ruang lingkup pekerjaan pun, nasi goreng selalu menjadi primadona dan pilihan utama para karyawan atau klien saat ada meeting tatap muka di suatu restoran. Pada poin ini, rasanya nggak berlebihan jika saya menobatkan nasi goreng sebagai menu yang ajaib sekaligus adiluhung, sih.
Melalui observasi ala-ala yang sudah saya lakukan, saya coba merangkum alasan di balik fenomena pemilihan nasi goreng yang nyaris selalu menjadi menu andalan, dirasa aman, dan dipesan oleh rekan atau kerabat tiap kali berkunjung ke restoran.
#1 Percaya pada pemikiran: kalau rasa nasi goreng di suatu restoran enak, menu lain pasti sama enaknya
Entah siapa yang ngide perihal ini kali pertama. Satu yang pasti, hal ini berhasil menggiring khalayak pada pemikiran, “Kalau rasa nasi gorengnya (di suatu restoran) enak, menu lain juga enak.” Gimana? Familier dengan ungkapan tersebut? Mau nggak mau, hal ini berpotensi menjadi beban tersendiri bagi para pemilik atau pekerja restoran.
Lah, gimana. Bahan dasar, bumbu yang digunakan, serta cara masak berbeda, kok bisa-bisanya dijadikan standar bagi menu masakan lainnya? Nggak fair, dong.
Eits, tapi jangan senewen terlebih dahulu. Khalayak yang meyakini hal tersebut punya alasan. Menurut sebagian orang, nasi goreng adalah salah satu menu masakan yang proses memasaknya terbilang sederhana. Kalau menu masakan yang terbilang sederhana saja rasanya kurang mantap, gimana rasa menu lainnya yang proses memasaknya lebih njlimet?
#2 Nasi dan orang Indonesia adalah satu kesatuan yang sulit dipisahkan
Soal ini nggak perlu dijelaskan lebih rinci lagi, ya? Pada menu nasi goreng, yang jadi bahan utama tentu saja nasi. Hubungan antara orang Indonesia dan nasi nggak perlu diragukan lagi kelanggengannya. Apalagi nasi yang diberi bumbu racik macam nasi goreng. Makin cocok lah.
#3 Apa pun variannya, rasanya bisa ditakar
Salah satu hal yang menjadikan nasi goreng adalah menu paling aman untuk dipesan saat berkunjung ke restoran, tak lain dan tak bukan karena rasanya bisa ditakar—apa pun variannya. Rasanya nggak pernah neko-neko. Kalau kurang enak karena kurang garam atau sedikit asin, masih aman-aman saja untuk dikonsumsi. Perlu digarisbawahi, ini di luar dari jenis beras yang digunakan atau nasi yang digunakan untuk menu nasi goreng basah (terlampau pulen/lembek), ya. Ini lain soal, sih.
Mau varian apa pun, kecap, tanpa kecap, menu rahasia, atau menggunakan bumbu khas dari suatu daerah, akan menghasilkan keunikan rasa tersendiri bagi para penikmatnya. Hal ini membuat sebagian orang jadi punya pakem, “Nasi goreng nggak pernah salah untuk dipesan, apa pun, kapan pun, di mana pun restorannya.”
#4 Bikin kenyang dengan topping yang cukup komplet
Silakan jujur pada diri sendiri. Nasi goreng tanpa topping sekalipun sudah bikin kenyang dan terasa enak dengan perpaduan bumbu racikannya, kan? Apalagi kalau ditambah berbagai topping seperti daging-dagingan, sosis, telur, ragam sayuran, daun bawang, dan lain sebagainya. Beuh, makin kenyang cum nikmat, sih.
Jadi, wajar saja jika banyak orang kepincut dengan ragam racikan, cara memasak, dan sajian nasi goreng yang ada di setiap menu tiap restoran. Pesan satu, bisa sekalian icip banyak topping. Mantap.
#5 Proses masak dan penyajiannya relatif cepat
Siapa yang mau memungkiri bahwa nasi goreng adalah salah satu menu makanan yang biasanya paling cepat dalam proses memasak sekaligus penyajiannya? Bikinnya sat-set-bat-bet, tanpa ba-bi-bu-be-bo. Ini menjadi salah satu alasan terkuat kenapa para karyawan memesan nasi goreng saat mengadakan meeting tatap muka dengan klien, sesama karyawan, atasan, juga lintas divisi.
Selain itu, makannya juga nggak ribet. Tinggal suap pakai sendok campur kerupuk, makan-makan sebelum/setelah meeting selesai tanpa harus cuci tangan, beranjak dari kursi, dan sebangsanya. Yah, biar lebih simpel aja gitu.
Penulis: Seto Wicaksono
Editor: Intan Ekapratiwi
BACA JUGA Kol Goreng, Lalapan Nikmat yang Mengandung Bahaya.