Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Gaya Hidup

Gen Z Kuliah di Kampus Ternama, Berakhir Menderita Kerja di Perusahaan Asing dengan Gaji Kecil, Tanpa Kontrak Kerja, Overtime Setiap Hari

Mas Aditya oleh Mas Aditya
24 Mei 2025
A A
Gen Z Lulus Kampus Ternama, dapat Gaji Kecil dan Diperbudak MOJOK.CO

Gen Z Lulus Kampus Ternama, dapat Gaji Kecil dan Diperbudak MOJOK.CO

Share on FacebookShare on Twitter

“Aku pikir, dengan latar belakangku, aku bisa mulai kerja dengan tenang. Tapi ternyata, dunia kerja bukan tentang siapa kamu atau seberapa hebat CV-mu. Kadang, kamu cuma butiran debu di sistem yang semrawut.”  Teman saya, seorang Gen Z, lulusan kampus ternama. 

Saat ini, dia bekerja di sebuah perusahaan asing. Malang sekali nasib teman saya karena dia bekerja tanpa kontrak, gaji kecil, dan tanpa kepastian.

Mimpi besar, realita kecil

Gen Z tumbuh dengan ekspektasi tinggi terhadap masa depan. Mereka diajarkan bahwa pendidikan adalah tiket menuju pekerjaan layak, gaji yang baik, dan hidup stabil. Mereka tumbuh di era digital, punya kemampuan adaptasi tinggi, dan percaya bahwa skill akan membawa mereka ke tempat terbaik. 

Tapi, setelah lulus dan masuk ke dunia kerja, mereka justru menemukan kenyataan yang kontras. Ironis sekali.

Alih-alih disambut dengan karpet merah, banyak dari Gen Z justru masuk ke ruang kerja yang suram. Gaji mereka di bawah standar, status kerja tidak jelas, dan beban kerja tidak manusiawi. Ini bukan cerita fiksi atau kasus terisolasi, tapi pengalaman teman saya yang sedang dialami juga oleh banyak anak muda Indonesia hari ini.

Banyak lulusan hebat dari Gen Z, tapi dapat kerjaan abal-abal

Teman dekat saya, sebut saja Nisa, Gen Z lulusan salah satu kampus negeri terbaik di Indonesia. IPK-nya tidak bisa dibilang rendah, pengalaman kerjanya ada dan bagus, serta keterampilan digitalnya lumayan mumpuni. 

Dengan CV seperti itu, dia tentu berharap mendapat pekerjaan profesional dengan kondisi kerja yang wajar. Namun, kenyataan yang terjadi sangat berbeda. 

Nisa, sebagai bagian dari Gen Z, bekerja di sebuah perusahaan luar negeri yang membuka cabang di Indonesia. Tapi, statusnya bukan karyawan tetap. Bukan juga kontrak. Dia disebut “freelancer”, tapi tetap diminta masuk setiap hari dengan jam kerja terikat, memikul target, bahkan diminta standby hingga malam hari.

Baca Juga:

Jangan Bilang Gen Z Adalah Generasi Anti Guru, Siapa pun Akan Mikir Berkali-kali untuk Jadi Guru Selama Sistemnya Sekacau Ini

Digicam Pocket Bangun dari Tidur Panjangnya dan Kini Jadi Buruan Gen Z

Parahnya, tidak ada kontrak tertulis. Gaji di bawah UMR, dan lembur tak dibayar. Setiap bulan, dia hanya menerima tambahan penghasilan berupa tunjangan kecil tanpa rincian jelas. 

Ironisnya, menjelang Lebaran, perusahaan tetap memberikan THR. Tapi, perusahaan memasukkan syarat harus menandatangani serangkaian dokumen “persetujuan” yang isinya justru membatasi hak mereka. Ini bukan bantuan, ini pengikat. THR menjadi alat kontrol.

Mengapa mereka bertahan? Ya karena Gen Z tidak ada pilihan

Gen Z yang bertahan dalam kondisi kerja seperti ini, bukan berarti mereka ikhlas. Bukan juga nyaman. Mereka hanya kehabisan opsi. Dunia kerja kita terlalu sempit, terlalu tidak pasti. Bahkan jika ada tawaran baru, selalu ada ketakutan. “Jangan-jangan lebih parah.”

Nisa bukan satu-satunya. Banyak Gen Z memilih bertahan di kantor yang tidak sehat, hanya karena alternatif di luar sana juga sama buruknya atau lebih buruk. Dan ketika mereka bicara tentang kondisi ini, reaksi yang sering mereka terima justru, “Kamu masih mending, yang lain belum dapat kerja sama sekali.”

Kegagalan sistemik: Negara absen, perusahaan semena-mena

Masalah ini bukan semata soal perusahaan nakal. Ini adalah kegagalan sistemik. Pemerintah seperti tak punya taring dalam menegakkan regulasi ketenagakerjaan. 

Padahal, UU Ketenagakerjaan jelas mengatur tentang status kerja yang harus memiliki kontrak tertulis, upah minimum yang wajib dipenuhi, hak atas waktu istirahat dan kompensasi lembur, serta perlindungan bagi pekerja freelance dan kontrak.

Tapi di lapangan, semua aturan itu seperti hanya teks dalam dokumen. Tak ada pengawasan dan tidak ada sanksi yang tegas. 

Negara membiarkan perusahaan asing (dan lokal) menjalankan sistem kerja eksploitatif tanpa hambatan. Ironis, bukan? Negara yang bermimpi tentang “generasi emas 2045” justru membiarkan Gen Z disambut oleh sistem kerja yang memperbudak.

Apakah kita mau diam saja?

Realitas ini bukan untuk dikeluhkan, tapi untuk diubah. Kalau kita terus diam, kita akan jadi generasi yang bukan hanya tertindas, tapi juga terbiasa dengan penindasan. 

Dan jika itu terjadi, mimpi tentang “Indonesia Emas 2045” hanya akan jadi slogan kosong. Bagi Gen Z, sekarang bukan saatnya pasrah. Sekarang saatnya bertanya, mau terus dibungkam dengan THR, atau bersuara demi hak dasar sebagai pekerja manusia?

Penulis: Mas Aditya

Editor: Yamadipati Seno

BACA JUGA Stigma Gen Z yang Dianggap Nggak Becus di Dunia Kerja, Stigma Paling Serampangan yang Makin Hari Makin Parah Gara-gara Media Sosial

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Mei 2025 oleh

Tags: gen zGen Z gampang resignGen Z lemahipkkampus ternamakontrak kerja
Mas Aditya

Mas Aditya

Penulis konten di PWT Undercover yang suka mengamati Banyumas Raya apa adanya. Tulisannya bisa santai, bisa tajam, tergantung bahan dan suasana hati.

ArtikelTerkait

8 Peribahasa Sunda yang Wajib Diketahui Gen Z jawa

8 Peribahasa Sunda yang Wajib Diketahui Gen Z

15 November 2023
Rekomendasi 7 Lagu Barat Soal Perpisahan dari Era Gen-Z Terminal Mojok

Rekomendasi 7 Lagu Barat Soal Perpisahan dari Era Gen-Z

29 Mei 2022
Nasihat Penting untuk Gen Z yang Pengin Banget Jadi ASN

Nasihat Penting untuk Gen Z yang Pengin Banget Jadi ASN

25 September 2023
5 Alasan Muntilan Sangat Nggak Cocok untuk Gen Z Mojok.co

5 Alasan Muntilan Magelang Sangat Nggak Cocok untuk Gen Z

10 September 2024
Bakpia Juwara Satoe, Solusi Oleh-oleh Khas Jogja bagi Gen Z yang Liburan tapi Bujet Pas-pasan

Bakpia Juwara Satoe, Solusi Oleh-oleh Khas Jogja bagi Gen Z yang Liburan tapi Bujet Pas-pasan

17 Agustus 2024
3 Jenis Investasi Terbaik buat Mahasiswa Kuliahan Modal Recehan

3 Jenis Investasi Terbaik buat Mahasiswa Kuliahan Modal Recehan

16 Agustus 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

Suzuki Karimun Wagon R Boleh Mati, tapi Ia Mati Terhormat

1 Desember 2025
Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang Mojok.co

Alasan Orang Surabaya Lebih Sering Healing Kilat ke Mojokerto daripada ke Malang

5 Desember 2025
Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern Mojok.co

Alasan Saya Bertahan dengan Mesin Cuci 2 Tabung di Tengah Gempuran Mesin Cuci yang Lebih Modern 

5 Desember 2025
QRIS Dianggap sebagai Puncak Peradaban Kaum Mager, tapi Sukses Bikin Pedagang Kecil Bingung

Surat untuk Pedagang yang Masih Minta Biaya Admin QRIS, Bertobatlah Kalian, Cari Untung Nggak Gini-gini Amat!

5 Desember 2025
Ketika Warga Sleman Dihantui Jalan Rusak dan Trotoar Berbahaya (Unsplash)

Boleh Saja Menata Ulang Pedestrian, tapi Pemerintah Sleman Jangan Lupakan Jalan Rusak dan Trotoar Tidak Layak yang Membahayakan Warganya

3 Desember 2025
Pengajar Curhat Oversharing ke Murid Itu Bikin Muak (Unsplash)

Tolong, Jadi Pengajar Jangan Curhat Oversharing ke Murid atau Mahasiswa, Kami Cuma Mau Belajar

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra
  • 5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.