Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Film-Film Bong Joon-ho dan Kapan Waktu Terbaik untuk Menontonnya

Ardyan M. Erlangga oleh Ardyan M. Erlangga
12 Februari 2020
A A
Film-Film Bong Joon-ho dan Kapan Waktu Terbaik untuk Menontonnya
Share on FacebookShare on Twitter

Bong Joon-ho adalah sutradara yang gemar membengkokkan konvensi genre. Namun karena itulah, pesan utama soal pengalaman hidup di alam kapitalistik yang sering dia sisipkan mudah dicerna siapa pun. Bungkusnya sering kali berupa thriller, tragikomedi, atau fiksi ilmiah, yang di tengah jalan beralih wujud atau disisipi pakem genre berbeda.

Minimal ada tiga elemen yang konsisten muncul di film-filmnya: “rasa takut, rasa cemas, dan humor yang bikin ngakak,” kata Bong Joon-ho sendiri saat diwawancarai Vulture.

Perpaduan visi macam itu membuat filmnya kadang cocok ditonton kapan saja, tapi sering kali sih tidak. Bagi yang kurang familiar sama perjalanan karier Bong, perlu diingatkan bila butuh momen/mood/toleransi terhadap kekerasan atau suasana hati tertentu supaya enak menontonnya. Maka, berdasar pengalaman menonton film-film Bong, ini sedikit gambaran kapan waktu yang pas menonton karya sang maestro sinema Korsel tersebut:

Satu: Barking Dogs Never Bite (2000)

Film panjang perdana Bong Joon-ho. Masih mencari bentuk, sehingga bisa dibilang yang paling lemah dari semua filmografinya. Tentang dosen muda yang mengalami dilema ingin meniti karier berdasarkan kelayakan (merit) atau pakai jalan pintas dengan risiko mengkhianati idealismenya. Konfliknya membumi banget. Problem khas bangsa-bangsa Asia lah. Minim kekerasan terhadap manusia, tapi bikin pecinta anjing sewot. Masih bisa ditonton sama anak, cuman ya siap-siap aja sering ditanya.

*Sangat cocok ditonton oleh: calon dosen, akademisi, atau mereka yang galau pengin dapat beasiswa karena terpanggil ingin mengajar di almamater—yang sebenarnya amat zalim kalau engkau bukan anak dekan atau dosen—sehingga doi bisa merenungkan opsi karier lain.

*Kapan sebaiknya ditonton: alurnya lambat, enak ditonton Sabtu pagi, atau sepulang kerja di hari Rabu atau Kamis saat tidak ada gangguan after hours dari bos.

Dua: Memories of Murder (2003)

Mahakarya Bong Joon-ho ini mengajarkan saya bahwa gaya tutur visual tidak harus selalu efisien. Karakter boleh-boleh saja hidup sesukanya dalam dunia rekaanmu. Mereka bisa asyik nonton serial favorit yang tayang tiap sore, bermalas-malasan, atau terpeleset di sawah dekat TKP pembunuhan.

Memang ada plot utama soal pembunuhan berantai yang memusingkan polisi sebuah desa kecil. Tapi kehidupan serta interaksi penduduk desa dengan aparat itulah yang paling memikat dari film ini. Untuk film yang secara umum masuk kategori thriller, hal-hal paling mengganggu dari Memories of Murder sering kali di tataran psikologis, bukan yang diperlihatkan di layar. Jadi, kalian yang bernyali ciut jangan merasa ragu hanya karena di judul ada “pembunuhan”-nya.

Baca Juga:

Menonton Drama Korea Reply 1988 yang Legendaris setelah 10 Tahun Rilis

Film Pangku Jadi Gerbang untuk Saya sebagai Laki-laki Memahami Isu Gender

*Sangat cocok ditonton oleh: orang yang tidak fanatik sama kisah Agatha Christie atau Conan Doyle bahwa semua kasus pembunuhan dapat diungkap oleh seorang detektif cerdas; kalian yang gemar tersesat dalam sinema; ataupun orang yang ikhlas sama konsep qada dan qadar serta tidak memandang hidup harus penuh kepastian.

*Kapan sebaiknya ditonton: malam, sekitar jam 22.00 atau 23.00 gitu. Pastikan kalian belum terlalu mengantuk, sehingga bisa bertahan melek dua jam lebih 10 menit. Bagi yang muslim, tidur sebentar habis nonton, lalu segera tahajud.

Tiga: The Host (2006)

Monster biasanya adalah simbol ketakutan kolektif kita terhadap satu gagasan tertentu. Bisa sesuatu yang asing, yang mengancam. Genre monster, oleh Bong, dibikin jadi sangat politis—mengkritik kebijakan pemerintah Korsel dan AS sekaligus. Tapi, seandainya kalian nggak peduli sama simbolisme di dalamnya, fokus saja sama proses makan-dimakan yang seru sepanjang durasi. Kalian pasti peduli kok sama tokoh-tokoh di film ini, karena mereka keluarga yang dizalimi birokrasi. Bukan cuma gerombolan remaja camping di hutan lalu ketemu monster kayak klise holiwud.

*Sangat cocok ditonton oleh: mereka yang suka berlebihan menganalisis segala sesuatu, bersama kaum yang bahkan nggak mau mikir sama sekali pas nonton film.

*Kapan sebaiknya ditonton: bareng-bareng teman atau penghuni kosan, siang jam 14.00 gitulah. Sambil makan tahu bulat atau jajan tidak bergizi lainnya.

Empat: Mother (2009)

Kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang masa. Benar. Film ini perwujudan peribahasa itu, dalam tataran ekstrem. Termasuk mengingatkan kita bahwa dosa ibu terhadap anak akan menghantuimu selamanya. Plotnya simpel nggak simpel: Won Bin yang ganteng itu di-make down jadi pemuda ber-IQ cekak. Dia dituduh membunuh, ibunya nggak terima, lalu berusaha sekuat tenaga membersihkan nama sang anak. Seterusnya, plot film ini menghadirkan tragedi demi tragedi. (Kim Hye-ja berakting luar biasa sebagai tokoh utama ‘Mother’, kualitas aktingnya adalah hiburan tersendiri). Film ini juga contoh betapa pakem thriller bisa diutak-atik secara cerdas untuk mengacaukan asumsi penonton.

Tapi “pesan moralnya”, bagi yang demen mencari hal begituan, gelap. Depresif. Bikin siapa pun menganggap moralitas dunia hanya omong kosong. Uniknya, film ini tetap terasa indah berkat adegan pembuka dan penutupnya yang membiusmu secara visual.

*Sangat cocok ditonton oleh: yang merasa anak durhaka maupun anak penurut.

*Kapan sebaiknya ditonton: malam, tapi jangan kemalaman. Kamu butuh waktu untuk merenungkan ending film ini. Jadi, kira-kira yang pas jam 19.00 gitu. Nonton sendiri lebih disarankan. Bukan materi untuk Netflix dan chill. Habis nonton, curcol lah soal semua beban hidup sama teman dekatmu lewat telepon. Film ini katarsis yang baik untuk kebutuhan emosional semacam itu.

Lima: Snowpiercer (2013)

Chris Evans ganteng. Lebih ganteng di film ini daripada Captain America. Udah gitu doang? Nggak lah. Film ini bikin kalian peduli isu lingkungan dan kesenjangan kelas. Adegan laganya cerdas. Premis utamanya (manusia yang tersisa di bumi sesudah bencana ekologi terpaksa hidup di kereta yang terus berjalan) untuk ukuran fiksi ilmiah agak memble. Bikin kalian malas makan cincau sehabis menontonnya.

*Sangat cocok ditonton oleh: penggemar Chris Evans, maniak kereta, dan siapa pun yang ingin mengisi waktu luang dengan hiburan yang layak.

*Kapan sebaiknya ditonton: jam berapa pun harusnya bisa, asal kalian tahan sama darah dan kekerasan yang lumayan sadis. Lebih pas lagi bila kalian merasa dunia ini sedang penuh ketidakadilan. Atau sedang benci sama guru dan orang-orang yang kerja pakai jas.

Enam: Okja (2017)

Kalian akan mempertanyakan semua perusahaan yang mengklaim mereka punya niat baik, setelah nonton film ini. Inti ceritanya, bocah baper berusaha menyelamatkan peliharaannya yang dianggap sebatas produk oleh kapitalis keji. Menariknya, ini film Bong Joon-ho yang paling bisa disebut untuk semua umur. Tonton bersama anak, ponakan, atau peliharaan kalian. Dekap erat mereka setelah nonton, dan teruslah saling menyayangi. Sebab, manusia di luar sana memang sering kali bersikap bajingan terhadap sesama, apalagi makhluk lain.

*Sangat cocok ditonton oleh: yang tidak suka ending menggantung, penyayang binatang, serta mereka yang butuh bahan diskusi habis nonton film sama gebetan atau teman.

*Kapan sebaiknya ditonton: sore-sore weekend. ditemani jajanan berbahan nabati dan teh/kopi hangat. Cocok juga buat kalian yang sedang dapat tugas resensi film dari dosen atau guru.

Tujuh: Parasite (2019)

Masih ramai dibahas, jadi nggak perlu terlalu dijabarkan premis ceritanya. Makin nggak ngerti plotnya, makin bagus. Ditonton sekali mengesankan, dua-tiga kali mulai kebaca trik-triknya. Tapi kalian tetap hepi diperdaya oleh sang sutradara.

*Sangat cocok ditonton oleh: orang yang pengin nonton film bagus tapi takut sama film yang terlalu artsy; penggemar plot twist; pendukung ide welfare state atau agenda progresif sejenis.

*Kapan sebaiknya ditonton: jam berapa pun, asal sebisa mungkin bareng-bareng (kasihan sekali buat kalian yang melewatkan film ini semasa tayang di bioskop). Ada sekian momen yang kurang ngena kalau penontonnya cuma kamu sendiri.

BACA JUGA Percuma Nonton Parasite Tapi Menutup Mata pada Kesenjangan atau tulisan Ardyan M. Erlangga lainnya. Follow Facebook Ardyan M. Erlangga.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 12 Februari 2020 oleh

Tags: Bong Joon-hoFilmKorea Selatanparasite
Ardyan M. Erlangga

Ardyan M. Erlangga

ArtikelTerkait

Mengenal Amhaengeosa, Pemberantas Korupsi di Era Joseon terminal mojok

Mengenal Amhaengeosa, Pemberantas Korupsi di Era Joseon

29 November 2021
Hoesik, Budaya Kumpul-kumpul Selepas Kerja ala Korea Selatan Terminal Mojok

Hoesik, Budaya Kumpul-kumpul Selepas Kerja ala Korea Selatan

15 Maret 2022
5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan terminal mojok.co

5 Alasan Anak Muda Jepang dan Korea Selatan Menunda Pernikahan

17 Februari 2022
Kucumbu Tubuh Indahku

Kucumbu Tubuh Indahku: Sempat Ditolak Tetapi Laku di Pasar Internasional

20 September 2019
Mengenal Taereung, Pencetak Legenda Olahraga Korea Selatan

Mengenal Taereung, Pencetak Legenda Olahraga Korea Selatan

28 Maret 2022
Film 'Soul' Adalah Manual Book dari Fase Pascaremaja Terminal Mojok

Film ‘Soul’ Adalah Manual Book dari Fase Pascaremaja

7 Maret 2021
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih (Unsplash)

4 Hal Sepele tapi Sukses Membuat Penjual Nasi Goreng Sedih

29 November 2025
Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

Suka Duka Pengusaha Kecil Jualan Live di TikTok: Nggak Ada yang Nonton, Sekalinya Ada yang Nonton Malah PHP

3 Desember 2025
4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop Mojok.co

4 Alasan Saya Lebih Memilih Ice Americano Buatan Minimarket ketimbang Racikan Barista Coffee Shop

4 Desember 2025
5 Hal yang Jarang Diketahui Orang Dibalik Kota Bandung yang Katanya Romantis Mojok.co

5 Hal yang Jarang Diketahui Orang di Balik Kota Bandung yang Katanya Romantis 

1 Desember 2025
4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang Mojok.co

4 Hal tentang Untidar Magelang yang Belum Diketahui Banyak Orang

29 November 2025
4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Tetap Menyenangkan Mojok.co

4 Aturan Tak Tertulis Berwisata di Jogja agar Liburan Tetap Menyenangkan

30 November 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.