Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Featured

Embel-Embel Garis Lucu dan Tahun yang Tidak Ramah Bagi Umat Beragama

Abiel Matthew Budiyanto oleh Abiel Matthew Budiyanto
14 Desember 2019
A A
menganut lebih dari satu agama, mbel-Embel Garis Lucu dan Tahun-tahun yang Tidak Ramah Bagi Umat Beragama
Share on FacebookShare on Twitter

Tahun 2017, saya pertama kali lihat larangan-larangan mengucapkan Hari Raya Natal. Tahun 2018, saya lihat hal serupa. Tahun 2019, saya lihat foto beredar di Twitter, ada spanduk isinya imbauan untuk menyepikan Natal.

Apa tidak bosan tiap tahun bergelut soal hal begituan terus? Desember apa mungkin dianggap nggak pernah ramah buat sebagian umat Muslim, karena ada umat Nasrani yang sedang hectic dengan Natalan mereka? Namun sebaliknya, umat Nasrani mungkin muram memasuki bulan Desember karena kemungkinan besar mereka akan dilarang-larang untuk merayakan momen Natal.

Ya, sekali lagi, apa tidak bosan berkutat di masalah yang serupa? Apa tidak berminat untuk saling damai saja satu dengan yang lain? Bukankah di spanduk-spanduk atau di baliho milik kepolisian kadang ada tulisan “Damai Itu Indah?”

Desember yang seyogyanya jadi bulan penutup tahun di mana kita bisa merefleksikan hidup ini (ciaelah, refleksi) malah berubah menjadi kontes adu bacot yang memperkeruh kerukunan dan kebebasan beragama.

Malah jika dilihat dari scope yang lebih besar, kerukunan dan kebebasan beragama di antara kita masih keruh. Apalagi gara-gara syaiton politik yang doyan menunggangi sentimen agama sebagai senjata memperoleh tampuk kekuasaan. Kekeruhan itu agaknya udah meresap. Natal, ribut. Tahun baru, ribut. Imlek, ribut. Nyepi, ribut. Lebaran, ribut. Berbagi link bokep, baru nggak ribut.

Kita mestinya kaget dengan munculnya akun-akun (agama) garis lucu. NU Garis Lucu, Katolik Garis Lucu, Konghucu Garis Lucu, atau mungkin friendzone garis lucu alias haha-hihi doang jadian kagak. Munculnya si garis-garis lucu itu, menurut saya malah secara tidak langsung menimbulkan pertanyaan “Lah, berarti ada kubu yang nggak lucu dong? Ada kubu yang nggak bisa santai dalam keberagaman agama dong?”

Yang mengkhawatirkan adalah ketika terjadi dualisme antara “yang lucu” dan “yang nggak lucu”. Ini bak menggarami Indomie, menambah garis lagi. Karena sudah ada dualisme antara orang yang sekularis dan yang konservatif. Adanya tambahan label ini justru semakin menggandakan perbedaan. Positive thinking-nya, ya keberadaan akun-akun ini semoga bisa mencairkan ketegangan antar agama.

Tapi poin utamanya adalah bagaimana saling menerima dan menghargai antar agama. Kalau bicara lucu/tidak lucu, saya yakin ada juga umat beragama yang cukup radikal dan nggak suka kalau agama dijadikan bahan bercandaan. “Yang (merasa) lucu” ya harus menghormati juga.

Baca Juga:

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

4 Peluang Usaha yang Menjanjikan untuk Sambut Natal dan Tahun Baru: Modal Minimal, Cuan Maksimal

Entah kamu Islam, Nasrani, Buddha, Konghucu, Hindu, atau mungkin kamu menyembah sutet, semua harus bisa menjalin kerukunan. Sebab ya kita kan memang menganut Bhinneka Tunggal Ika, azek.

Yang saya tahu, ajaran agama itu terkait cinta kasih. Nggak ada ajaran agama yang buruk, kecuali kamu menyembah sutet, mungkin kamu disuruh berdoa di atasnya. Atau kalau kamu menyembah pacarmu, mungkin kamu disuruh-suruh olehnya.

Namun kita tentu bingung gimana menyudahi ini semua. Dan percayalah solusinya ada. Solusinya di mana? Ada di intro film Avatar. Avatar yang mana? Bukan Avatar yang warna biru, tapi Avatar yang kepalanya gundul dan ada anak panah berwarna dua garis biru biru.

Coba ingat-ingat bagaimana si Katara (kayaknya sih yang ngomong di situ Katara, ya?) bernarasi:

Air…Byurr…Api…Bwoosh…Tanah…Duarrrr nenek…Udara…Fiuuuhh…

Dahulu keempat negara hidup dengan damai…

Namun semua berubah saat negara api menyerang…

Nah, itu dia. Semua berubah saat negara api menyerang. Alias dulunya ya damai-damai aja, begitu ada satu yang mulai menyerang (entah apapun alasannya), runyam sudah semuanya. Makanya si Aang kedatangannya sangat diharapkan oleh satu dunia. Sebetulnya dunia di film Avatar itu nggak butuh-butuh Avatar banget kalo mereka hidup damai satu dengan yang lainnya.

Refleksinya adalah, kita sebetulnya nggak perlu satu individu untuk menggalakan perubahan atau perdamaian. Kita nggak perlu menunggu orang seperti Alm. Gus Dur muncul kembali memimpin Indonesia supaya kerukunan agama menjadi lebih baik. Semua bisa dimulai dari diri sendiri, keluarga, lalu ke teman-teman, dan seterusnya.

Kita bisa mulai saat ini juga dengan mengubah mindset dalam beragama, jangan mudah tersulut provokator, atau kita bisa nonton serial Avatar dulu.

BACA JUGA Kok Bisa Sudah Tanggal Segini tapi di Sosmed Masih Sepi Orang Berpolemik soal Natal? atau tulisan Abiel Matthew Budiyanto lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 14 Desember 2019 oleh

Tags: agamaakun garis lucunatalNU Garis LucuToleransi
Abiel Matthew Budiyanto

Abiel Matthew Budiyanto

ArtikelTerkait

agama sebagai obat bius

Ketika Agama Dijadikan Obat Bius untuk Kasus Dosen Predator

21 Mei 2019
ateis mojok.co

Riuh Rendah Mereka yang (Mengaku) Ateis

6 Juli 2020
Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam MOJOK.CO

Benarkah Islam Adalah Agama Paling Benar ketika Banyak Muslim Justru Tidak Terlihat Islam?

24 Juli 2020
Tahlilan di Rumah Tetangga Nasrani Membuat Saya Paham Arti Toleransi intoleransi umat nasrani mojok.co

Di Bulan Ramadan Orang Mendadak Percaya Agama

25 Mei 2019
Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif terminal mojok.co

Inilah 3 Suluk Agar Anda Terhindar dari Sikap Diskriminatif

20 November 2020
Mengubah Redaksi Azan dengan Seruan Jihad Itu Randomnya Minta Ampun terminal mojok.co

Mengubah Redaksi Azan dengan Seruan Jihad Itu Randomnya Minta Ampun

4 Desember 2020
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Menanti Gojek Tembus ke Desa Kami yang Sangat Pelosok (Unsplash)

“Gojek, Mengapa Tak Menyapa Jumantono? Apakah Kami Terlalu Pelosok untuk Dijangkau?” Begitulah Jeritan Perut Warga Jumantono

29 November 2025
5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain Mojok.co

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

1 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025
Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

Kuliah Jurusan Ekonomi Pembangunan Bikin Saya Tidak Bisa Enjoy Shopping Lagi

30 November 2025
Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

Jalur Pansela Kebumen, Jalur Maut Perenggut Nyawa Tanpa Aba-aba

2 Desember 2025
Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

Pengalaman Nonton di CGV J-Walk Jogja: Murah tapi Bikin Capek

4 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.