Terminal Mojok
Kirim Tulisan
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Film
    • Sinetron
    • Anime
    • Musik
    • Serial
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Kecantikan
    • Game
    • Gadget
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Terminal Mojok
Kirim Tulisan
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
  • Gaya Hidup
  • Kunjungi MOJOK.CO
Home Kampus Pendidikan

Apa Iya, Pendidikan Pascasarjana Itu Pelarian Saja?

Diki Marlina oleh Diki Marlina
28 Agustus 2019
A A
pascasarjana

pascasarjana

Share on FacebookShare on Twitter

Usai diwisuda menjadi seorang sarjana, langkah hidup yang bisa diambil oleh seseorang adalah bekerja agar bisa menciptakan pundi-pundi uang, menikah dengan kekasih hati setelah sekian lama terhalang syarat selesainya skripsi, meneruskan startup bisnisnya demi mencapai unicorn startup,  atau menyandang status mahasiswa (pascasarjana) lagi untuk menimba ilmu sebagai bekal di masa depan yang lebih cemerlang.

Bekerja, menikah atau berwirausaha dipandang sebagai hal yang lumrah dan semestinya dilakukan oleh seorang fresh graduate. Namun, saat seseorang memilih langkah hidup untuk kembali lagi menjadi mahasiswa pascasarjana, malah sering dipandang sebelah mata seakan ‘hanyalah pelarian’ agar tidak dicap sebagai seorang pengangguran.

Seperti yang sering ditanyain oleh teman-teman saya yang telah mendapat pekerjaan mapan. “Apa sih yang sedang kamu tunggu di balik menjadi mahasiswa pascasarjana saat ini?” Pertanyaan yang sungguh ‘hmm’ sekali. Tentu teman saya ini tidak menginginkan jawaban sedang menunggu wisuda selanjutnya dan tersematnya gelar tambahan di belakang gelar sarjana. Tentu bukan itu jawaban yang mereka inginkan.

Maksud mereka menanyai kami para fresh graduate yang dianggap bersembunyi di balik—status mahasiswa dan tunjangan beasiswa ini mungkin—apakah kami sedang menunggu jodoh ataukah menunggu pekerjaan bonafide? Sehingga ketika salah satu atau keduanya datang kami pun bisa suka-suka melenggang dari pendidikan pascasarjana ini. Hmm bukannya disemangati malah dihujati dengan mengerdilkan tujuan kami. Padahal tidak semudah itu juga, Ferguso untuk mengumpulkan kekuatan memulai kuliah kembali setelah sekian lama terpuruk dengan trauma skripsi.

Berbeda dengan anggapan di jaman dahulu, ketika teknologi dan informasi belum mudah diakses seperti sekarang. Pendidikan pascasarjana cenderung dihargai dan dihormati. Seseorang yang rela menempuh pendidikan usai wisuda sarjana, dianggap memiliki tekat dan cinta yang kuat dalam menimba ilmu. Namun, di masa kini ketika jurnal-jurnal penelitian bisa begitu mudah diakses oleh siapa pun dan di mana pun, seminar offline maupun online bisa dengan mudah diikuti dimana saja, menempuh pendidikan S2 pun dipandang sebagai pelarian semata.

Padahal, tidak semua fresh graduate yang menempuh pendidikan S2 ini hanya karena pelarian dari kenyataan yang membosankan atau belum sesuai harapan. Justru banyak sekali mereka yang menempuh pendidikan ini sebagai mimpi besarnya yang telah lama diidamkan. Karena mereka sudah memproyeksikan dirinya menjadi peneliti di masa depan. Karena kecintaannya kepada ilmu. Untuk mendapatkan beasiswa dan lolos menjadi mahasiswa kampus impiannya pun perlu perjuangan yang panjang. Tidak hanya sekedar berlari mencari aman dari cap pengangguran.

Saya pun melihat sendiri seorang teman yang begitu gigih memperjuangkan beasiswa meskipun berkali-kali gagal, hingga akhirnya setelah satu tahun penuh liku, ia bisa mendapatkan beasiswa yang diinginkan. Padahal, di posisinya sebagai lulusan mahasiswa berprestasi tingkat fakultas dan mantan ketua organisasi sebuah Unit Kegiatan Mahasiswa, ia bisa saja melamar pekerjaan bonafide bergaji lumayan. Namun, hal itu tidak dilakukannya karena kenyataannya melanjutkan pendidikan adalah pilihan pertamanya bukan lagi pilihan pelariannya.

Saya juga jadi teringat judul artikel Mas Andrian Eksa beberapa waktu yang lalu yaitu “Sekolah Tinggi-Tinggi Demi Masa Depan yang Haha Hihi”. Ya, seakan-akan ketika lulus kuliah menjadi sarjana adalah saatnya Haha-Hihi. Saatnya mendapat pekerjaan yang bonafide, saatnya memperoleh gaji yang tinggi, atau sudah saatnya menikah dan hidup bahagia. Seakan-akan kembali bersusah payah menempuh dunia kuliah bukan lagi hal yang relevan dijalani. Memangnya iya begitu?

Baca Juga:

5 Alasan yang Membuat SPs UIN Jakarta Berbeda dengan Program Pascasarjana Kampus Lain

4 Hal Menjengkelkan yang Saya Alami Saat Kuliah di UPN Veteran Jakarta Kampus Pondok Labu

Lagipula, dibandingkan negara lain saat ini negara kita masih kekurangan jumlah lulusan magister dan doktor.  Negara kita masih membutuhkan banyak lulusan magister ataupun Ph.D untuk mengejar ketertinggalan. Kalau kita memandang melanjutkan studi hanyalah pelarian, lalu sampai kapan negara ini bangkit dari ketertinggalan?

Jadi, sudah bukan lagi saatnya mencerca mereka yang melanjutkan studi sebagai aksi pelarian semata. Sudah saatnya kita saling mendukung dan menyemangati pilihan hidup orang lain. Mau bekerja, berwirausaha, melanjutkan studi ataupun menikah. Karena setiap pilihan hidup usai kuliah memiliki manfaat dan konsekuensi masing-masing yang harus dijalani. (*)

BACA JUGA Tidak Perlu Menjatuhkan Mimpi Para Mahasiswa Pejuang 3,5 Tahun atau tulisan Diki Marlina lainnya.

Terminal Mojok merupakan platform User Generated Content (UGC) untuk mewadahi jamaah mojokiyah menulis tentang apa pun. Submit esaimu secara mandiri lewat cara ini ya.

Terakhir diperbarui pada 24 Januari 2022 oleh

Tags: Curhatgaji fresh graduateMahasiswapascasarjanapelarianPendidikan
Diki Marlina

Diki Marlina

Seorang istri yang suka menulis dan sedang berjuang untuk segera wisuda S2

ArtikelTerkait

44 Istilah Dunia Perkuliahan yang Wajib Diketahui Mahasiswa Baru Terminal mojok

44 Istilah Dunia Perkuliahan yang Wajib Diketahui Mahasiswa Baru

12 Maret 2022
huft

Kejadian-Kejadian ‘Huft’ yang Menahan Kamu Keluar Dari Rumah

27 Juli 2019
Quarter Life Crisis

Quarter Life Crisis yang Kadang Membuat Hati Meringis Sampai Dengan Menangis

3 Juli 2019
putus

Bagi yang Ikut Demo Semangat, Buat yang Nggak Ikut Demo Nggak Boleh Ngata-ngatain

24 September 2019
buku panduan skripsi

Apa Tidak Bisa Baca Buku Panduan Skripsi Dulu Sebelum Tanya-Tanya, Hah???

7 Maret 2020
additional player

Jadi Additional Band Player Itu Nggak Ada Enaknya

22 Juli 2019
Muat Lebih Banyak

Terpopuler Sepekan

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

Sebagai Warga Pemalang yang Baru Pulang dari Luar Negeri, Saya Ikut Senang Stasiun Pemalang Kini Punya Area Parkir yang Layak

29 November 2025
5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru Mojok.co

5 Tips Agar Kantong Nggak Jebol Dikeroyok Diskon Natal dan Tahun Baru

2 Desember 2025
Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

Mahasiswa UIN Nggak Wajib Nyantri, tapi kalau Nggak Nyantri ya Kebangetan

30 November 2025
3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall Mojok.co

3 Alasan Saya Lebih Senang Nonton Film di Bioskop Jadul Rajawali Purwokerto daripada Bioskop Modern di Mall

5 Desember 2025
Malang Nyaman untuk Hidup tapi Bikin Sesak Buat Bertahan Hidup (Unsplash)

Ironi Pembangunan Kota Malang: Sukses Meniru Jakarta dalam Transportasi, tapi Gagal Menghindari Banjir

5 Desember 2025
Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang Mojok.co

Rekomendasi Tempat Jogging Underrated di Semarang, Dijamin Olahraga Jadi Lebih Tenang

3 Desember 2025

Youtube Terbaru

https://www.youtube.com/watch?v=HZ0GdSP_c1s

DARI MOJOK

  • JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan
  • Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar
  • Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada
  • Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama
  • Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?
  • Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra


Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Tulisan
Ketentuan Artikel Terminal
Kontak

Kerjasama
F.A.Q.
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Nusantara
  • Kuliner
  • Kampus
    • Pendidikan
  • Ekonomi
  • Teknologi
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Hiburan
    • Anime
    • Film
    • Musik
    • Serial
    • Sinetron
  • Gaya Hidup
    • Fesyen
    • Gadget
    • Game
    • Kecantikan
  • Kunjungi MOJOK.CO

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.