MOJOK.CO – Ini dia sembilan jawaban yang ingin kamu denger dari petugas PLN tukang panjat tiang listrik pinggir jalan. Pertanyaan random kayak: pernah kesetrum nggak?
Coba bayangkan seminggu saja listrik semaput dan kita tidak bisa menyalakan ponsel pintar lantaran batreinya mampus. Kira-kira bakal ada berapa juta kosakata makian yang meluncur keluar dari mulut kita (baca: khusus Jawa aja kali yha~)?
Kita bisa menulis daftar panjang keluhannya, tapi tidak dalam tulisan kali ini. Soal itu jelas bukan urusan saya. Karena pihak yang sering jadi bahan kejengkelan masyarakat +62 kalau listrik koit lama tentu saja tidak lain, tidak bukan, adalah Perusahaan Listrik Negara alias PLN.
Kemarin saya memperoleh kesempatan untuk mengobrol sedikit dengan seorang petugas PLN bernama Fuad Muchozin (32) yang berdomisili di Kudus, Jawa Tengah. Bekerja di bagian jaringan seksi operasi distribusi dan tugasnya mengurusi operasi jaringan listrik se-wilayah kerja PLN UP3 (cabang) Kudus.
Fuad sudah mulai bekerja di PLN sejak Agustus 2009. Jadi sudah lebih dari satu dekade mencicipi asam-pahit menjadi seorang teknisi PLN.
Apalagi salah satu tugas Fuad adalah memonitor listrik padam yang meluas karena gangguan di suatu wilayah, kemudian menginfokannya ke ULP/ranting, lantas mengatur pelimpahan ke jalur lain untuk wilayah yang padam tapi bukan di lokasi terjadinya gangguan.
Agak rumit ya?
Baik, supaya ngggak kepanjangan, berikut ini hasil obrolan saya dengan Fuad.
Apa pandangan yang berubah dari sebelum dan sesudah bekerja di PLN?
Dulu kalau mati lampu suka nggremeng, “ini listrik kenapa suka tiba-tiba mati?”
Apa lagi kalau pas hujan gede campur angin gitu. Setelah di PLN, baru tahu kalau ternyata listrik mati itu bukan karena sengaja dimatiin tanpa alasan.
Banyak faktor yang bikin listrik tiba-tiba mati. Bisa karena gangguan eksternal maupun internal. Eksternal bisa karena pohon ambruk, baliho atau reklame, layang-layang, tukang atau material bangunan, binatang, petir, angin kencang dan faktor alam lainnya. Kalau internal biasanya kaya ada komponen yang rusak, bisa karena umur atau juga efek dari gangguan eksternal seperti yang saya sebut tadi.
Situasi kayak gimana yang paling sulit ketika terjadi gangguan listrik?
Di lokasi bencana alam kaya pas cuaca ekstrem, terus pohon tumbang menimpa jaringan sampai jaringannya putus, tiangnya sampai patah atau retak dan lokasinya di tengah hutan atau sawah atau di lereng bukit gitu.
Jadi meskipun alat atau armadanya lengkap, karena jauh dari jalan, akhirnya tetap harus manual mikul tiangnya rame-rame dibantu warga sampai ke lokasi. Itu belum kalau pas cuacanya hujan atau lokasinya berlumpur.
Pernah keseterum nggak?
Kalau setrum yang tegangan 220 volt pernah sih dulu pas ngecek jumper sekunder trafo di tiang nggak sengaja sikut kena kabel SR (saluran rumah) yang terbuka isolasinya.
Kalau (tegangan) yang agak gede pernah, tapi tegangan induksi. Waktu itu naik bantuin ngerjain pemeliharaan ABSW (Air Break Switch) di jaringan TM 20 kV (kilovolt). Konstruksinya di situ DC (double circuit) penyulang, keduanya sudah padam. Tapi di atasnya ada crossing jaringan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV yang bertegangan.
Untuk pengamanan seharusnya di masing-masing sirkuit yang padam dipasang peralatan Pembumian (ground cluster), tapi waktu itu cuma dipasang di sirkuit yang dikerjakan (yang bawah). Pas udah selesai ngerjain yang bawah, mau turun nggak sengaja lihat kawat pengikat konduktor di isolator sirkuit atas ada yang kurang rapat. Inisiatif benerin pakai tang. Pas benerin itu jari telunjuk ternyata masih kena di bagian logam tang dan tangan satunya pegangan tiang.
Akhirnya kesetrum itu dari induksi tegangan 150 kV. Nggak bisa gerak pas kesetrum. Tapi Alhamdulillah tangnya jatuh, jadi bisa lepas dari tegangan induksi circuit atas. Dulu masih belum tertib pemakaian sarung tangan pas kerja di lapangan, hehehe.
Biar nggak kesetrum, apa yang harus disiapkan petugas PLN yang suka naik-naik tiang listrik gitu?
Petugas wajib pakai APD, meliputi helm, kacamata UV (Ultra Violet), sarung tangan dan sepatu safety. Khusus lineman (yang naik ke tiang) wajib pakai full body harness/safety belt dan pertama kali sebelum naik ke tiang, cek jaringan benar-benar sudah padam atau belum pakai voltage detector, dinaikkan pakai alat namanya telescopic stick 20 kV.
Manjat tiang listrik paling tinggi berapa meter?
Saya manjat tiang paling tinggi 14 meter, Mas. Rasanya seneng Mas, jarak pandang jadi lebih luas, ada was-was juga sih, tapi asal pakai safety belt-nya bener yakin aman aja. Kalau beruntung dapat pemandangan indah juga.
Kabel di pinggir jalan-jalan itu yang paling bisa bikin orang langsung mati itu yang mana?
Ini saya jelaskan lewat gambar.
Biru: JTM (jaringan tegangan menengah) 11,5 sampai 20 kV.
Merah: JTR (jaringan tegangan rendah) 220 sampai 380 volt.
Kuning: SR (saluran /sambungan rumah) 220 sampai 380 volt.
Jika tersengat yang 11,5 – 20 kV biasanya listrik langsung padam, Mas. Ada peralatan proteksi yang bekerja untuk mengamankan peralatan maupun lingkungan. Jarak 20 cm sudah bisa kena induksi/sengatan. Meninggal atau tidak tergantung posisi pada saat tersengat, biasanya timbul ledakan, efek luka bakar yang ditimbulkan lumayan.
Kalau tersengat 220 – 380 volt jarang sekali listrik padam kecuali langsung terhubung atau menghubungkan antara fasa dan netral. Jadi andai tersengat terus-menerus dan nggak bisa lepas dari bagian bertegangan kemungkinan meninggal lebih besar, walau efek luka bakar tidak terlalu nampak.
Proteksi atau pengaman di JTR, trafo atau SR cuma bisa bekerja kalau terjadi hubung singkat antara fasa dengan netral. Kalau manusia atau hewan tersengat, terdeteksi cuma sebagai tambahan beban saja seperti peralatan listrik, sehingga peralatan proteksi nggak bekerja (lebih ke proteksi ke peralatan atau instalasi aja sih).
Kenapa intensitas pemadaman tiap daerah bisa beda? Ada daerah yang sering mati listrik, ada yang nggak?
Jadi dari Gardu Induk (pangkal) sampai APP (alat pembatas pengukur) yang di rumah-rumah pelanggan itu kan jaringannya beda-beda, Mas. Kalau pelanggan yang rumahnya dekat Gardu Induk (GI), misalnya GI Kentungan, biasanya jarang padam atau intensitas padamnya nggak sebanyak sesering pelanggan yang rumahnya di Kaliurang (jauh dari GI).
Di jaringan juga terpasang beberapa peralatan proteksi yang berfungsi untuk mengamankan jaringan maupun lingkungan ketika terjadi hubung singkat atau gangguan di jaringan yang sudah disetting sedemikian rupa supaya bisa berkoordinasi ketika terjadi gangguan di wilayah setelah peralatan proteksi tersebut, tidak akan mengganggu peralatan proteksi sebelumnya yang ke arah Gardu Induk.
Contoh kalau di Yogyakarta, anggap saja ada peralatan proteksi A di GI Kentungan, B di Jakal km 9, C di Jakal km 5. Ketika A kerja pasti wilayah yg diamankan B & C ikut padam. Ketika B kerja wilayah yg diamankan C ikut padam, wilayah yg diamankan A tidak padam. Ketika C kerja, wilayah yang diamankan A & B tidak padam. Alat proteksi ini terpasang pada JTM (Jaringan Tegangan Menengah).
Kenapa beberapa daerah luar Jawa lebih sering mati listrik dibanding Jawa?
Mirip sih Mas dengan yang tadi saya jelaskan, bedanya jaringan di luar jawa itu lebih panjang daripada di Jawa karena kepadatan penduduknya rendah. Setahu saya 1 jalur JTM atau penyulang bisa sampe 100 sampai 150 km, Mas. Dan peralatan proteksinya pun tidak serapat/sebanyak di Jawa. Selain itu, Jawa juga punya banyak Gardu Induk.
Kalau di luar Jawa mau dibuat seperti kondisi tersebut, beban operasional dan investasinya nggak sebanding sama pemasukan dari penjualan energi listriknya. Itu pun sebenarnya beberapa kondisi di luar jawa itu malah membebani (rugi) dalam operasionalnya. Tapi karena PLN masih jadi satu, masih bisa subsidi silang dari keuntungan di Jawa.
Walau bagaimanapun PLN ini kan badan usaha, Mas. Tetap ada perhitungan laba rugi juga, dari pemerintah juga ada aturan (tuntutan) PLN harus melakukan efisiensi tapi juga ada aturan harus beli/bayar berapa pun listrik yang dihasilkan dari pembangkit listrik swasta (IPP) dengan harga dolar.
Sering lihat PLN jadi bahan olokan meme netizen yang jengkel dengan pemadaman dong, tanggapannya gimana?
Saya sih maklum nggak maklum ya, Mas. Maklumnya, saya pernah di kondisi mereka, tapi mereka tidak pernah di kondisi saya. Hukum orang yang tidak tahu, tidak salah atau berdosa.
Nggak maklumnya, kadang memenya berlebihan dan nggak manusiawi. Tapi ya udah biar bagian terkait (humas) yg memberi klarifikasi. Kitanya lanjut kerja sesuai kompetensi dan jobdes.
BACA JUGA Ngobrol Bareng Tentara AD: Tutorial Nyuci Tank yang Baik dan Benar dari Ahlinya atau tulisan LIPUTAN lainnya.