Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

4 Pernyataan Prabowo yang Harusnya Bisa Diserang Jokowi saat Debat Capres

Saleh Abdullah oleh Saleh Abdullah
1 April 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jokowi emang bukan tipe striker yang bisa melakukan serangan cepat ketika debat capres. Padahal ada 4 pernyataan Prabowo yang lumayan empuk untuk diserang.

Sambil nunggu pertandingan Barcelona vs Espanyol, killing time, saya nonton debat capres keempat. Teman saya nyeletuk lewat WA, “Pendukung Golput, kok nonton debat capres? Jenis kelamin lu apa, sih?” Bangke banget ni orang.

Saya jawab, “Kalo lu ade di deket gua sekarang, gue dodorin ni celana, biar lu liat sendiri kelamin gua. TV, TV gue. Yang bayar listrik dan TV gue. Kok elu yang rungsing mau ngatur gue?”

Untungnya ini orang mungkin segera sadar dan berhenti ngeledek saya, sehingga saya bisa memaksa diri untuk nonton acara ngobrol dan saling berbalas komentar antara Jokowi dan Prabowo itu.

Rada susah sebenarnya saya sebut acara malam itu sebagai “debat” capres. Sebab, ya karena nyatanya nggak terlalu ada perdebatan sih. Udah seperti forum silaturahim aja, kalau pun ada debat pada debat capres malam itu juga sedikit doang, plus sesekali curhat.

Serta tak lupa saling mengucapkan untuk tetap “saling kontek” (maksudnya tetap berteman dan jaga silaturahmi) usai perhelatan Pilpres. Hal terakhir ini yang menguatkan kecurigaan yang akan saya kemukakan di bawah ini.

Seperti seorang pemancing Galatama, Jokowi berhasil memberi umpan pancing yang bagus dengan menyatakan, “sepertinya Pak Prabowo tidak percaya pada TNI kita saat ini.” Seperti umpan katak yang menggoda, umpan itu langsung disambar oleh ikan Gastor (Istilah di Papua untuk ikan Gabus besar, yang sangat boleh jadi bersumber dari kata Gabus Toraja).

Dari umpan itulah Prabowo tenggelam dalam semangat superhero yang mengglorifikasikan dirinya sendiri. Lalu keluar lah ungkapan “saya lebih TNI dari banyak TNI.”

Sebagai orang yang merasa Pancasilais tulen, Prabowo juga mengatakan akan menghadapi, dengan segala kekuatan, mereka yang coba merongrong Pancasila. Yang paling kontroversial, menurut saya, kritik Prabowo soal input intelejen ke Jokowi yang menganggap tidak akan ada ancaman perang dari luar dalam 20 tahun ke depan.

“Aduh, aduh, aduh, aduh, Pak, siapa yang memberi breafing itu?” begitu kata Prabowo, kelihatan sambil rada gemes.

Prabowo lalu bercerita pengalamannya ketika masih Letnan II, dulu. “Ketika Letnan II, tahun 1974, saya juga dapat pengarahan dari jenderal-jenderal saya bahwa dalam 20 tahun tidak akan terjadi perang terbuka. Tahu-tahu tahun 75 perang Tim-Tim meletus. Saya berangkat ke Tim-Tim ketika itu.”

Jokowi berhasil memancing setidaknya tiga hal dari mulut Prabowo, yang kadang dikeluarkan dengan gestur tubuh dan kata-kata lumayan keras dan dibarengi tangan kanannya yang turun naik. Gaya yang mencitrakan bahwa beliau merupakan orator ulung—terlepas kita suka atau tidak.

Nah, sayangnya, Jokowi kurang memanfaatkannya guna memukul balik hasil pancingannya itu.

Ah, Jokowi memang bukan tipe striker yang bisa melakukan serangan cepat ketika dapat peluang di muka gawang saat debat capres. Kalau saya jadi Jokowi ketika itu, maka beginilah serangan balik yang akan saya lancarkan.

Iklan

Pertama, ihwal lebih TNI dari TNI yang lain.

Pak Prab, hati-hati ah. Bisa saja ada banyak anggota TNI atau veteran TNI yang bisa tersinggung dengan pernyataan itu lho.

Memang sih, dulu sampeyan termasuk tentara yang karirnya melesat cepat, apalagi mantu orang nomor satu Orde Baru. Saya kira tidak sedikit tentara yang iri dengan sampeyan. Bahkan sudah sejak perwira menengah, pengaruh sampeyan ke beberapa kebijakan militer sudah begitu kuat.

Contohnya peristiwa penculii… ah, nggak usah diungkit lagi soal ini deh. Semua itu bisa terjadi dulu, ketika pak Prab ada di dekat RI satu. Sekarang kan, sudah tidak mungkin seperti itu lagi, to?

Tolong juga jaga semangat korps, Pak Prab. Prajurit pasukan khusus kan terkenal dengan jiwa korsanya to? Lha, ini antara sampeyan dengan Pak Agum juga Pak Hendropriyono yang semuanya eks pasukan khusus, kok kayaknya gimana… gitu. Nggak korsa banget, kesannya.

Kedua, Pak Prab tahu istilah orang Papua untuk bilang ke orang yang merasa diri paling benar, paling hebat?

Saya sering ke Papua lho, Pak. Mereka akan bilang ke orang yang merasa diri hebat dengan Jan ko rasa diri inti.

Saya duga saudara-saudari kita di Papua yang lagi nonton debat kita ini akan bilang begitu untuk Bapak.

Oke lah, menjadi Pancasilais itu bagus. Saya tak ragu Prabowo oke banget soal itu. I have no doubt, Pak. Tapi tadi cara Bapak menunjukkan sikap, sambil nepuk dada dan turun naikkan tangan kanan Bapak saat debat capres malam itu, menurut saya, kok, agak too much ya?

Bapak pasti ingat dulu, mertua bapak pernah dikritik oleh para penanda tangan Petisi 50, karena Presiden Suharto, mertua sampeyan itu, menganggap dirinya sebagai pengejawantahan Pancasila.

Konsekuensinya setiap kritik terhadap Pak Harto bakal dianggap sebagai kritik terhadap ideologi Pancasila. Dan orang-orang Petisi 50 kemudian dimatikan atau dibatasi hak-hak perdatanya.

Kalau terlalu rasa diri inti dalam hal Pancasila dan merasa lebih TNI dari TNI yang lain, selangkah lagi bisa seperti mertua sampeyan lho, Pak. Pak Prab mau seperti Raja Louis XIV yang bilang L’etat c’est moi (negara adalah saya)? Bae-bae, ah.

Ketiga, soal ancaman perang itu.

Prabowo cerita kalau dulu mendapat pengarahan dari jenderal-jenderal atasan bahwa dalam 20 tahun tidak akan terjadi perang terbuka. Lalu Pak Prab bilang di tengah-tengah debat capres, “Tahu-tahu tahun 75 perang Tim-Tim meletus. Saya berangkat ke Tim-Tim ketika itu.”

Tanggapan saya atas hal itu begini. Bapak lagi-lagi seperti kurang menghormati sesama TNI, jiwa korsanya lemah. Dan tidak mikul dhuwur mendem jero. Pak Prab seperti meledek senior-senior Bapak. Lagian, perang di Timor Timur itu siapa yang buat, emang?

Pak Prab pasti tahu bahwa ketika itu Timor Timur kan, berada di dalam kekuasaan Portugis. Tapi karena Fretelin yang kiri itu memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur, mertua Pak Prab jadi gelisah.

Lha, atas persetujuan Presiden AS, Gerald Ford, dan Henry Kissinger yang datang menemui Pak Harto, permintaan Pak Harto untuk mengintegrasikan Timor Timur (kasarnya mencaplok) ke Indonesia, diberikan lampu hijau oleh dua dedengkot AS itu.

Ini untuk mencegah efek domino dari Timor Timur yang dianggap sebagai The Litle Cuba ketika itu. Baru setelah itu Indonesia menginvasi Timor Timur.

Pak Prab tahu betul hal ini, kan? Jadi Indonesia yang bikin perang.

Artinya, sama sekali bukan serangan dari luar. Baca deh tulisan-tulisan George Aditjondro soal ini. Aditjondro lebih detail menulis bagaimana pasukan-pasukan TNI, mungkin termasuk Pak Prab, dikirim lewat darat, laut, dan udara ke Timor Timur.

Dan tahu kan kenapa bila kemudian PBB memberi opsi referendum bagi Timor Timur?

Itu karena PBB menerima fakta bahwa Timor Timur adalah koloni Indonesia. Untungnya presiden kita ketika itu adalah Pak Habibie. Kalo Pak Prab yang jadi presiden ketika itu, urusan Timor Timur masih bertele-tele. Saya biar bukan tentara, tapi ya cukup rajin membaca lah Pak Prab.

Begitulah. Serangan-serangan seperti yang saya bayangkan di atas, toh tidak dilakukan oleh Jokowi.

Hal menarik lain, seperti pernah Prabowo lakukan di forum lain, di acara debat capres kemarin, beliau juga kembali mengutip kata-kata, “1000 kawan kurang banyak, 1 lawan terlalu banyak.”

Kalau saya jadi jadi Jokowi, saya bakal balas, “Wah, Pak Prabs ini pasti nggak mainan Fesbuk ya?”

Terakhir diperbarui pada 1 April 2019 oleh

Tags: debat capresjokowiOrde BaruprabowopresidenSoehartoTNI
Saleh Abdullah

Saleh Abdullah

Artikel Terkait

Nasib buruh usai Marsinah jadi pahlawan nasional. MOJOK.CO
Ragam

Suara Hati Buruh: Semoga Gelar Pahlawan kepada Marsinah Bukan Simbol Semata, tapi Kemenangan bagi Kami agar Bebas Bersuara Tanpa Disiksa

12 November 2025
Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional MOJOK.CO
Ragam

Kami Berdoa Setiap Hari agar Soeharto Jadi Pahlawan Nasional. Sejarawan: Pragmatis dan Keliru

11 November 2025
Suara Marsinah dari Dalam Kubur: 'Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku'.MOJOK.CO
Ragam

Suara Marsinah dari Dalam Kubur: ‘Lucu! Aku Disandingkan dengan Pemimpin Rezim yang Membunuhku’

10 November 2025
Doktor termuda di UGM, Jogja ingin jadi presiden. MOJOK.CO
Sosok

Doktor Termuda UGM Usia 25 Tahun Ingin Jadi Presiden RI, Meneruskan Sepak Terjang BJ Habibie di Bidang Eksakta

6 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Lulusan IPB kerja sepabrik dengan teman-teman lulusan SMA, saat mahasiswa sombong kinin merasa terhina MOJOK.CO

Lulusan IPB Sombong bakal Sukses, Berujung Terhina karena Kerja di Pabrik bareng Teman SMA yang Tak Kuliah

17 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.