Sandiaga Uno memang sosok yang, bukan hanya multitalent, namun juga multitafsir. Ini serius. Tentu masih lekat dalam ingatan kita bagaimana Sandiaga pernah disebut sebagai “santri” oleh Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sohibul Iman beberapa waktu yang lewat.
“Saya bisa katakan saudara Sandiaga Uno sebagai sosok santri di era post-islamisme,” begitu kata Sohibul kala itu.
Pernyataannya Sohibul tersebut langsung menjadi bahan perbincangan dan, tentu saja, juga bahan meme dan guyonan di sosial media. Maklum saja, penyebutan santri untuk Sandiaga tersebut memang terkesan terlalu dipaksakan. Ia menjadi semacam perisai harga diri bagi PKS yang kala itu ngotot untuk mengusung kadernya sebagai calon wakil presiden mendampingi Prabowo namun kemudian menerima pengusungan Sandiaga sebagai caon wakil presiden.
Nah, berselang satu bulan setelah Sandiaga dengan empuknya disebut sebagai santri, kini Sandiaga ternyata harus kembali menerima penyebutan yang, lagi-lagi juga dipaksakan.
Jika dulu “santri”, maka kini sebutannya tak tanggung-tanggung: ulama. Kali ini, yang menyebut Sandiaga sebagai “ulama” adalah Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid. Ah elit-elit PKS ini memang betul-betul deh.
“Menurut saya sih Pak Sandi itu ya ulama, dari kacamata tadi. Perilakunya, ya perilaku yang juga sangat ulama, beliau melaksanakan ajaran agama, beliau puasa Senin-Kamis, salat duha, salat malam, silaturahim, menghormati orang-orang yang tua, menghormati semuanya, berakhlak yang baik, berbisnis yang baik, itu juga satu pendekatan yang sangat ulama. Bahwa kemudian beliau tidak bertitel ‘KH’ karena memang beliau tidak belajar di komunitas tradisional keulamaan,” begitu kata Hidayat.
Pernyataan Hidayat Nur Wahid tersebut merupakan respon atas pernyataan Ketua Gerakan Nasionan Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U)—yang sudah menyatakan diri menyatakan mendukung pasangan Prabowo-Sandiaga— tentang kekhawatiran umat yang bakal terpecah belah karena cawapres Jokowi, KH Ma’ruf Amin merupakan seorang ulama.
Menurut Hidayat, ulama tak mesti seseorang yang ahli dalam ilmu agama. bisa juga ahli pada bidang ilmu yang lain.
“Ulama itu tidak terkait dengan keahlian ilmu agama Islam. Satu tentang ilmu sejarah, yaitu dalam Surat As-Syuro dan Surat Al-Fatir itu justru science, scientist.”
Wah, drama multitafsir atas Sandiaga ini kelihatannya bakal panjang.
Dulu Sohibul Iman Sebut Sandiaga sebagai “Santri”, sekarang Hidayat Nur Wahid Sebut sandiaga “Ulama”, besok jangan-jangan Mardani Ali Sera bakal menyebut Sandiaga sebagai “Imam Besar” atau malah “hadratussyekh.”
Tentu saja Hadratussyekh Post Islamisme. (A/M)