MOJOK.CO – Banjir yang menggenang di Jakarta dan berbagai daerah sekitarnya memicu beda pendapat antara Anies Baswedan dengan Menteri PUPR.
Banjir besar yang melanda warga Jakarta pada Rabu (1/1) menciptakan perbedaan pendapat antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Setidaknya hal ini yang mencul ketika Basuki Hadimuljono, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengomentari normalisasi yang belum rampung di Sungai Ciliwung.
“Namun, mohon maaf Bapak Gubernur, selama penyusunan kali Ciliwung ternyata sepanjang 33 kilometer itu yang sudah ditangani dinormalisasi 16 kilometer. Di 16 km itu kita lihat insya Allah aman dari luapan,” kata Basuki yang bukan BTP ini.
Sayangnya, sisa 17 kilometer yang belum dinormalisasi itu menurut Basuki malah menjadi masalah karena terjadi penyempitan dan terdapat rumah penduduk di bantaran sungai. Artinya di titik-titik yang belum dinormalisasi itulah masalahnya.
“Kalau lihat sekarang itu rumah bukan di bantaran, tapi di palung sungai. Ini bukan hal yang mudah. Ini keahlian beliau untuk persuasif. Tanpa itu, pasti akan menghadapi kejadian berulang seperti ini,” tambah Basuki seperti diberitakan CNN Indonesia.
Oleh karena itu Menteri PUPR ini akan mencoba memberi saran ke Anies Baswedan selaku Gubernur DKI Jakarta, agar pembebasan lahan di bantaran kali bisa segera dilakukan. Kalau benar-benar ingin Jakarta agak tertolong dari banjir.
Masalahnya, Anies Baswedan tetap bersikeras bahwa normalisasi sungai itu tak akan membantu banyak. Menurut Gubernur DKI Jakarta, hal tersebut akan percuma kalau pengendalian air dari daerah Selatan di Jakarta tidak bisa diatasi.
“Jadi, selama air dibiarkan dari Selatan masuk ke Jakarta dan tidak ada pengendalian dari Selatan, maka apapun yang kita lakukan di pesisir termasuk di Jakarta tidak akan bisa mengendalikan airnya,” kata Anies Baswedan.
“Artinya, kuncinya itu ada pada pengendalian air sebelum masuk pada Kawasan pesisir,” tambah Anies.
Menurutnya, selama ini Jakarta ketumpahan air dari arah Selatan. Sehingga mau dinormalisasi kayak bagaimanapun akan percuma juga.
“Tapi, selama kita membiarkan air mengalir begitu saja, selebar apapun sungainya, maka volume air itu akan luar biasa. Karena makin banyak Kawasan yang digunakan untuk perumahan. Sehingga air pun mengalir ke sungai,” jelas Anies.
Meski begitu, Anies Baswedan tidak ingin beda pendapat ini berlangsung kepanjangan. Menurutnya, langkah awal Pemprov DKI Jakarta kali ini adalah penyelamatan warga Jakarta yang kena dampak banjir.
“Tapi pada fase ini, yang penting warga selamat, penanganan cepat, setelah itu kita duduk bersama untuk memastikan bahwa masterplan dari penyelesaian banjir ini sinkron,” katanya.
Hal yang semakin mempersulit Anies dalam situasi ini adalah komitmen dia untuk tak sembarangan menggusur warga dari bantaran sungai di Jakarta. Meski terkesan begitu peduli terhadap masyarakat menengah ke bawah, namun risiko dari kebijakan ini ya…
…banjir untuk daerah Jakarta dan sekitarnya.
Barangkali benar, bahwa akan lebih baik sebenarnya jika air (dari arah Selatan Jakarta) ini dimasukkan ke dalam tanah saja, seperti pesan Pak Anies sendiri pada zaman dulu. Jadi tak perlu ada perdebatan, mau pembebasan lahan mau pengendalian air. Kalau semua bisa masuk ke tanah, pasti beres.
Kalaupun tak beres juga, ya anggap saja ini sebagai ujian. (D/F)
BACA JUGA HALO JOKOWER, SERANGAN KALIAN KE ANIES BASWEDAN BISA JADI BUMERANG atau tulisan rubrik KILAS lainnya.