Dari sekian banyak tokoh muda yang saat ini terjun ke dunia politik, rasanya memang tak ada yang mempunyai beban yang lebih berat ketimbang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Bayangkan, ia masih muda, masih minim pengalaman politik, belum punya banyak jam terbang, belum pernah duduk sebagai pejabat pemerintahan, dan mendadak dirinya menjadi tumpuan salah satu partai papan atas di Indonesia.
Dengan bebannya yang begitu berat ini, tak heran jika kemudian AHY berkeluh-kesah dan curhat atas kondisi dirinya.
Yang terbaru, Ketua Komando Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat ini curhat soal dirinya yang selalu dijadikan komoditas politik.
“AHY selalu dijadikan objek atau komoditas dalam politik, dipasangkan seperti terjual sana sini,” ujar AHY kepada para awak media dalam acara halal bihalal bersama media di kawasan Kebayoran Baru, Jumat, 20 Juli lalu.
Curhatan AHY ini tentu saja cukup beralasan, maklum saja, dalam beberapa waktu terakhir, AHY memang sempat beberapa kali diisukan sebagai pasangan capres tertentu. Awal Juli lalu, misalnya, dirinya sempat diwacanakan untuk maju mendampingi Jusuf Kalla sebagai pasangan capres-cawapres. Bahkan, sampai muncul banyak poster JK-AHY di media sosial.
Tak berselang lama, tepat setelah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto mengadakan pertemuan dengan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Syarif, muncul wacana memasangkan AHY dengan Prabowo Subianto. Terlebih setelah Prabowo blak-blakan mengatakan bahwa dirinya berminat untuk menjadikan AHY sebagai pendamping.
“Tentu tidak selamanya ada di media, banyak yang di belakang layar karena bagi saya ini membangun chemistry, tidak selalu menggunakan corong,” kata AHY.
Yah. Dalam dunia politik, menjadikan atau dijadikan komoditas politik sejatinya memang sebuah keniscayaan. Mungkin AHY saja yang belum terbiasa.
Lagipula, jika AHY pengin curhat tentang komoditas politik, ia harusnya jangan berkeluh kesah kepada awak media, melainkan kepada SBY. Sebab, disadari atau tidak, orang pertama yang mendorong AHY sebagai komoditas politik adalah bapaknya sendiri. Hehehe. (A/M)