Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

ICW Sesalkan KPK Lemot karena UU Baru, Politisi PDIP Sebut KPK Bermain Politik

Redaksi oleh Redaksi
13 Januari 2020
A A
ICW Sesalkan KPK Lemot karena UU Baru, Politisi PDIP Sebut KPK Bermain Politik
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Apa yang dikhawatirkan oleh penentang UU KPK yang baru menemui gambarannya. KPK tak bisa segel kantor DPP PDIP karena terkendala legal formal.

Diawali dari Operasi Tangkap Tangan (OTT) KPK yang menjerat Komisoner KPU, Wahyu Setiawan dan salah satu caleg PDIP, Harun Masiku, pada 9 Januari 2019, PDIP dan KPK akhirnya malah saling perang wacana.

Hal ini terkait dengan berhasil lolosnya Harun Masiku dari OTT KPK dan penyidikan lanjutan KPK yang terkendala perkara legal formal.

Beberapa jam usai OTT, KPK bergerak ke Kantor DPP PDIP untuk melakukan penyegelan. Apa daya, upaya ini dihalang-halangi pihak PDIP. Alasannya, KPK tidak membawa surat izin dari Dewan Pengawas KPK.

Dalam UU KPK terbaru yang dibela mati-matian oleh Arteria Dahlan dkk itu, memang disebutkan pada Pasal 37B ayat (1) huruf b, yang berisi “Dewan Pengawas bertugas memberikan izin atau tidak memberikan izin penyadapan, penggeledahan, dan/atau penyitaan.”

Karena tak mengantongi surat izin tersebut, penyidik KPK akhirnya harus menunggu sampai 10 Januari petang, alias sehari setelahnya.

Proses penggeledahan pun tidak dilakukan pada hari ketika izin terbit (karena sudah Jumat malam), melainkan pada hari kerja berikutnya (karena Sabtu dan Minggu libur, jadi paling cepat dilakukan pada hari Senin).

Lemotnya KPK ini membuat banyak pihak jadi gerah. Dari Mantan Ketua KPK, Abraham Samad, sampai Indonesia Corruption Watch (ICW).

Tujuan penggeledahan itu agar menemukan bukti hukum secepat2nya. Itulah mengapa sebelum ini, OTT dan geledah itu selalu barengan waktunya. *ABAM pic.twitter.com/azge1qBGti

— Abraham Samad (@AbrSamad) January 12, 2020

OTT yg tdk disertai penggeledahan pada waktunya, tdk saja menyimpang dari SOP, tp membuka peluang hilangnya barang bukti, petunjuk, dan alat bukti lain. Ini sama dgn memberi waktu pelaku kejahatan buat hilangkan jejak. *ABAM

— Abraham Samad (@AbrSamad) January 12, 2020

Hal yang sama juga dikeluhkan oleh ICW. Menurut Kurnia Ramadhana, Peneliti ICW, tim KPK jadi lambat karena terganjal aturan baru dalam UU KPK.

“Padahal dalam UU KPK lama, untuk melakukan penggeledahan yang sifatnya mendesak tidak dibutuhkan izin terlebih dahulu dari pihak manapun,” kata Kurnia.

Hal ini semakin menunjukkan bahwa kekhawatiran banyak pihak soal UU KPK yang baru benar-benar mewujud dalam bentuk paling jelas. Tidak ada penguatan KPK sama sekali seperti yang digadang-gadang Arteria Dahlan dkk.

“Dengan kondisi seperti ini dapat disimpulkan bahwa narasi penguatan yang selama ini diucapkan oleh Presiden dan DPR hanya ilusi semata,” tambah Kurnia.

Iklan

Meski begitu, pihak PDIP tidak tinggal diam dengan rencana penyidik KPK masuk ke kantornya. Melalui Masinton Pasaribu, Anggota DPR RI Komisi III ini menyebut tindakan KPK itu ilegal. Bahkan Masinton menuduh kalau tindakan KPK ini bermuatan politis.

“Tindakan mereka (KPK) adalah tindakan ilegal, untuk mendiskreditkan PDI Perjuangan. Saya simpulkan sebagai motif politik dan bukan untuk penegakan hukum,” kata Masinton.

Dalam UU yang baru, KPK memang harus membawa surat izin tersebut agar bisa jadi tindakan legal hukum.

“Mereka (KPK) tidak mampu menunjukkan surat tugas dan legalitas formal yang diatur jelas sesuai hukum acara pidana dan perundang-undangan yang berlaku,” tambah Masinton lagi.

Tentu saja, Masinton mendasari pernyataan ini dari UU yang disepakati sendiri oleh teman-temannya di DPR dulu. Terutama pada poin kalau KPK mau geledah atau menyadap harus izin Dewan Pengawas dulu.

Kalau ternyata Dewan Pengawas KPK ini dipilih oleh Presiden, dan kok ndilalah Presiden sekarang disokong oleh PDIP. Ah, itu kan cuma kebetulan aja. (DAF)

BACA JUGA Butuh Pembenaran kalau UU KPK Memang Perlu Direvisi? atau tulisan rubrik KILAS lainnya.

Terakhir diperbarui pada 13 Januari 2020 oleh

Tags: Arteria DahlanKPKMasintonpdipUU KPK
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Pakar UGM nilai, ikap Megawati atas retret: menjaga kewibawaan PDIP MOJOK.CO
Aktual

Ketundukan Kepala Daerah pada Megawati: Marwah PDIP hingga Efek Retret yang Belum Tampak Hasilnya

22 Februari 2025
Hasto Wardoyo pilih urus sampah di Kota Jogja di tengah ketidakpastian instruksi retret Megawati untuk kader PDIP MOJOK.CO
Aktual

Urus 1.600 Ton Sampah Kota Jogja di Tengah “Drama”

21 Februari 2025
Menanti keputusan Megawati yang belum pasti di DPD PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) MOJOK.CO
Aktual

Suasana Serba Tak Pasti di Kantor DPD PDIP DIY Menanti Kepastian Megawati

21 Februari 2025
Solo Fighter PDIP vs Keroyokan di Kandang Banteng, Pilkada 2024.MOJOK.CO
Aktual

Solo Fighter vs Keroyokan di Kandang Banteng, Benarkah Jateng Tak “Merah” Lagi? 

29 November 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.