Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Program Vaksin Gotong Royong Berbayar di Saat Rasio Vaksinasi Masih Sangat Rendah Dikritik Keras Banyak Pihak

Redaksi oleh Redaksi
11 Juli 2021
A A
vaksin gotong royong Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan, Tanyakan Ini Negara Apa Bukan mojok.co

vaksin gotong royong Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan, Tanyakan Ini Negara Apa Bukan mojok.co

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Vaksin Gotong Royong berbayar menjadi program yang dianggap akan menimbulkan ketimpangan utamanya dalam program vaksinasi nasional.

Kimia Farma secara resmi bakal mulai menjual vaksin Gotong Royong berbayar individu yang bisa didapatkan oleh masyarakat. Vaksin jenis Sinopharm ini bakal dijual dengan harga Rp321.660 per dosis dengan tarif pelayanan maksimal Rp117.910.

Vaksin tersebut bisa didapatkan di 8 klinik Kimia Farma yang tersebar di Jakarta, Bandung, Semarang, Solo, Surabaya, dan Bali mulai Senin, 12 Juli 2021 besok.

Program Vaksinasi Gotong Royong berbayar individu ini pun langsung mendapatkan kritikan dari berbagai pihak. Maklum saja, program vaksinasi yang bermula dari usulan para pengusaha melalui Kamar Dagang Industri Indonesia ini pada awalnya memang hanya diniatkan untuk vaksinasi dengan pendanaan mandiri dari perusahaan dan ditujukan untuk para karyawan perusahaan tersebut.

Program vaksinasi tersebut pun sebenarnya sudah dikritik oleh para ahli kesehatan. Koalisi Vaksin untuk Semua yang diwakili oleh tiga orang ahli kesehatan, yakni Irma Hidayana, Sulfikar Amir, dan Pandu Riono secara terang-terangan menolak program vaksinasi mandiri tersebut. Mereka bahkan membuat laman petisi dan sudah ditandatangani oleh banyak orang.

Mereka menyatakan program vaksinasi mandiri akan memunculkan banyak ketimpangan.

Ketika pada akhirnya vaksin tersebut dijual untuk masyarakat umum, tak mengherankan jika banyak yang mengkritik penjualan vaksin Gotong Royong ini, meskipun penjualan vaksin tersebut dimaksudkan untuk program percepatan vaksinasi nasional sekalipun.

Program vaksin berbayar individu ini dianggap merusak komitmen pemerintah yang pernah menyatakan akan menggratiskan vaksin Covid-19 untuk masyarakat.

“Jadi setelah menerima masukan dari masyarakat, dan setelah kalkulasi ulang, melakukan perhitungan ulang mengenai keuangan negara, dapat saya sampaikan vaksin Covid untuk masyarakat gratis,” kata Presiden Jokowi pada 16 Desember 2020 silam. “Gratis tidak dikenakan biaya sama sekali. “

Walau jenis vaksin yang dipakai dalam program vaksin Gotong Royong berbayar ini berbeda dari vaksin gratis yang diberikan oleh pemerintah, namun tetap saja penjualan vaksin ini dianggap tidak etis. Terlebih rasio vaksinasi Indonesia saat ini masih sangat minim.

Berdasarkan data vaksinasi yang ada, dari seluruh jumlah penduduk Indonesia, baru 49,5 juta yang sudah mendapatkan vaksin, sedangkan yang sudah vaksin secara penuh dua dosis baru 14,6 juta. Itu artinya, baru 5,4 persen penduduk yang mendapatkan vaksin dosis penuh.

Angka ini tentu masih sangat jauh dari standar WHO untuk mencapai status herd immunity. Pejabat WHO Soumya Swaminathan menyatakan butuh setidaknya vaksinasi terhadap 60-70 persen dari total populasi untuk bisa mencapai herd immunity, yang berarti Indonesia butuh setidaknya melakukan penyuntikan vaksin terhadap 160 juta-187 juta penduduknya.

Dengan rasio vaksinasi yang masih sangat rendah itu, ditambah masih banyaknya kasus masyarakat yang kesulitan untuk mendapatkan akses vaksin gratis, maka program vaksinasi berbayar memang layak dipertanyakan.

Kehadiran vaksin Gotong Royong berbayar tersebut, selain memperpanjang catatan inkonsistensi pemerintah, juga dikhawatirkan bakal menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi gratis.

Iklan

Hal tersebut sudah diungkapkan sejak lama oleh ekonom Indef, Bhima Yudhistira. “Bagi masyarakat secara umum, kepercayaan terhadap vaksin versi pemerintah bisa menurun karena akan dilakukan vaksin mandiri. Di mana bisa saja terjadi ketimpangan kualitas vaksin, ini saya kira fatal bagi keberhasilan vaksinasi Covid-19,” terang Bhima kepada Detik.

Tak berlebihan jika di media sosial, vaksin berbayar ini dianggap sebagai bentuk kekurangajaran yang nyata.


BACA JUGA Vaksinasi Mandiri: Diusulkan Pengusaha, Didukung Pemerintah, Ditolak Pakar Kesehatan dan Ekonom dan artikel KILAS lainnya. 

Terakhir diperbarui pada 11 Juli 2021 oleh

Tags: kimia farmavaksin berbayarvaksin gotong royong
Redaksi

Redaksi

Artikel Terkait

Kimia Farma Malioboro Apotek Tertua Jogja Sejak Zaman Belanda
Kilas

Apotek Kimia Farma Malioboro, Apotek Tertua Jogja Bekas Toko Obat Belanda

26 September 2023
Video

Vaksin Berbayar Kimia Farma dan Nasib Buruk Petugas Dishub DKI

14 Juli 2021
ilustrasi Drakor Vincenzo: Ketika Penjahat Cuma Bisa Kalah Sama Penjahat Lain yang Lebih Kuat mojok.co
Kilas

Mencari Sosok Vincenzo Cassano dalam Kisruh Kimia Farma dan Alat Rapid Test Bekas

29 April 2021
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Olahraga panahan di MLARC Kudus. MOJOK.CO

Regenerasi Atlet Panahan Terancam Mandek di Ajang Internasional, Legenda “3 Srikandi” Yakin Masih Ada Harapan

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa” Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.