MOJOK.CO – Liverpool vs Arsenal. Liverpool akan menutup tahun 2018 dengan keunggulan enam poin dari peringkat kedua jika bisa mengalahkan tamunya, Arsenal.
Adit Rakjat memandang Liverpool dan Arsenal itu sebetulnya sebelas-duabelas. Sama-sama pernah blangsak dan hobi bikin suporternya masuk goa karena malu kalahan. Alfa Gumilang, memandang The Reds kok punya hobi yang aneh: jadi pecundang. Sudah mirip tim pemuja setan warna merah itu.
Adit Rakjat – Dibantainya Arsenal, tim papan tengah itu, adalah sebuah keniscayaan.
Menghadapi pemuncak klasemen itu tekanan berat buat Arsenal. Dua kali kalah di empat laga terakhir jelas bukan catatan bagus buat rezim yang baru mereka. Apalagi di pertandingan terakhirnya, mereka cuma bisa menahan imbang lawan Brighton & Hove Albion. Untungnya aja mereka masih bisa bikin gol cepat. Kalau nggak ya pasti kalahan, sesuai takdir mereka.
Melihat beragam catatan minor itu, sudah sebuah kewajaran kalau Arsenal dibantai di kandang Liverpool. Bangun stadion gede-gede, kampanyein pemain-pemain (yang sebetulnya enggak terlalu) muda. Kalau ketemu Liverpool udah pasti kebantai.
Sebetulnya agak nggak enak. Apalagi, fans Arsenal dan Liverpool itu sebenarnya saudara sependeritaan. Bedanya ya The Reds udah berbenah banyak di saat Arsenal baru bikin tagar #2018GantiPelatih.
Saya sih masih ingat masa-masa ketika Arsenal dan Liverpool penampilannya sebelas-duabelas. Liverpool bareng Brendan Rodgers dan Arsenal sama Opa Arsene Wenger. Dua pelatih hebat, pada masa-masa tertentu aja tapinya. Setelah lewat suatu masa, ya udah bikin penggemarnya cuma jadi manusia goa. Ngumpet pas kalah, cuma keluar pas mau berak.
Tapi itu dulu, masa yang sudah lewat dan tidak perlu lagi dibahas. Sejak kedatangan pelatih metal dan penyelamat dari Mesir, Liverpool bertransformasi jadi tim yang (insyaallah) siap juara. Apalagi musim ini, ketika Dejan Lovren sudah bikin gol bukan ke gawang sendiri.
Masalahnya, Arsenal baru mulai ikut berhijrah. Mengganti segala kelakuan ke arah yang lebih baik. Udah ganti rezim aja suasana ruang ganti masih nggak bagus. Pake ada isu Mesut Ozil mau dilepas segala juga. Gimana mau serius dalam berhijrah kalau pemain muslimnya malah mau dilego?
Tapi ya mau gimana lagi, agaknya emang segitu doang sih kelasnya tim papan tengah, bergabung sama Manchester United.
Mau hijrah ke arah yang lebih baik ya tetep setengah-setengah. Udah bagus sih Arsenal masih main di Liga Malam Jumat. Masih ada peluang buat angkat piala. Piala kelas duwaa…Kalau kelas satunya, Liga Champions? Duuh, tiba-tiba ilang sinyal…
Semoga di pertandingan nanti, Liverpool ngga sadis-sadis amat ngalahin Arsenal. Tapi nih ya, siapa tahu kalau Liverpool menang banyak bakal terjadi perubahan besar di Arsenal. Ganti rezim lagi, misalnya. Apalagi ada beberapa kawan yang mulai bikin tagar berbau politik #2019GantiPelatih di kubu Arsenal.
Siapa tahu saja, abis dibantai Liverpool di pertandingan besok, Thiery Henry diangkat jadi pelatih. Sama kayak si setan alas di kampung sebelah.
Dan yang terakhir saya cuma mau bilang: dear teman-teman penggemar Arsenal, maaf ya kalau Liverpool udah hijrah duluan. Semoga kekalahan nanti malam bisa jadi pembuka jalan untuk kalian segera berhijrah.
Alfa Gumilang – Hobi Liverpool itu jadi pecundang, iri dengki pula.
Jelang tutup tahun, Arsenal akan berhadapan dengan tim yang sudah 28 tahun tak pernah juara kompetisi ini menyandang nama Liga Inggris tahun 1992. Artinya, sebanyak 28 kali mereka menyaksikan para pemain klub lain mencium piala, termasuk tiga kali di antaranya melihat pemain-pemain Arsenal mencium piala tersebut.
Sudah tahu pastinya klub apa itu? Yak betul. Nama klubnya adalah Persatuan Sepakbola Seluruh Liverpool atau disingkat Persipul. Namanya mirip akronim klub Indonesia di era kompetisi Perserikatan. Kalau saja di tahun pergantian Liga Inggris Persipul pindah ke Indonesia, mungkin bisa merasakan juara.
Berarti sudah 28 tahun juga mereka pakai telepon, SMS, lalu BBM, ganti WA, kemudian Line untuk ngucapin selamat ke pemain atau manajer klub lain yang juara. Bahkan saya yakin pemain dan pelatih klub itu telah memiliki template ucapan selamat yang ditempel di dinding kamar ganti Anfield, menyaingi tempelen This Is Anfield di Lorong menuju lapangan.
“Untuk tangan yang tak sempat berjabat, untuk raga yang tak sempat memeluk. Sebening embun dan seputih salju, saya ucapkan selamat di hari kemenangan ini.” Begitu kira-kira template ucapan pemain Persipul kepada pemain dan manajer klub yang juara.
Ada banyak fans Persipul yang masuk kategori generasi milenial yang seumur hidupnya tak pernah merasakan tim kesayanganya juara Liga Inggris. Tak mengapa, ini bukan waktu yang lama kok. Toh yang paling penting adalah you’ll never walk alone. Artinya para fans Persipul tidak akan membiarkan pemain dan pelatih merasakan kesedihan sendiri, solidaritas tanpa batas dalam kesedihan. Ironis.
Lalu kenapa klub seperti ini masih aja ada yang menyukainya? Salah satu alasan yang sering muncul adalah karena klub ini adalah klubnya kaum pekerja, jadi klub ini adalah simbol perlawanan kaum pekerja terhadap kapitalisma. Halah dobol! Klub-klub Liga Inggris mayoritas emang didirikan sama pekerja, orang dulunya itu hiburan para pekerja ketika booming revolusi industri. Gak usah bawa-bawa ideologi deh.
Esok Persipul akan menjamu Arsenal, klub yang secara nama saja sudah sangat keren. Gudang Senjata. Belum lagi julukannya The Young Guns. Bandingin sama Persipul yang julukannya aja cuma The Reds. Julukan yang hanya didasari karena kostum klub itu berwana merah. Malu sama tim papan tengah Manchaster United yang juga sama-sama kostumnya berwarna merah, tapi julukannya lebih sedikit keren, The Red Devils.
Untuk sebuah tag line, The Reds itu bener-bener standar, gak kreatif betul yang bikin. Mungkin juga julukan yang simpel itu juga didasari oleh permainan Persipul yang memang jauh dari kreatifitas, dan gak enak untuk ditonton, alias monoton. Pokoknya tendang ke depan, pokoknya kalau ada pemain lawan bawa bola tabrak aja, pokoknya lari-lari-lari. Ini main bola atau mau maraton?
Saya kasih sedikit bocoran ya, bahwa misi Persipul pada laga melawan Arsenal nanti bukan bagian dari kampanye mereka untuk meraih gelar juara. Mereka sekadar ingin menyamai rekor Arsenal yang tak terkalahkan dalam satu musim kompetisi. Di era sepak bola Inggris yang modern, cuma Arsenal yang bisa satu musim enggak kalah.
Sudah hobi jadi pecundang, kok juga iri dengki. Ini lama-lama jadi pemuja setan saja, sekalian sama tim papan tengah berwarna merah yang mainnya barbar itu.