MOJOK.CO – Peramu dan penemu minyak kutus kutus, Servasius Bambang Pranoto, disebut-sebut punya omzet 230 milliar per bulan. Hm, kalau menurut perhitungan kami sih tidak begitu.
Jika ada fenomena yang melebihi booming Tupperware sejak era 2010-an, maka jawaban yang paling tepat dan tanpa keraguan adalah: Minyak Kutus Kutus. Maklum, menurut survey abal-abal kami, konon dari 20 ibu-ibu kompleks yang kumpul ketika arisan, selalu ada 1 ibu yang jadi reseller minyak Kutus Kutus.
Ini artinya, tanpa perlu melakukan distribusi secara ugal-ugalan pun, Servasius Bambang Pranoto, pemilik dan pencetus minyak ajaib ini, bisa menjual hampir 1 juta botol minyak per bulan ke seluruh Indonesia.
Minyak Kutus Kutus bukan jamu berharga murah. Untuk mendapat khasiat dari minyak berbahan dasar minyak kelapa plus kandungan 49 bahan-bahan alami ini, calon pembeli harus merogoh kocek sampai Rp230.000 cuma untuk dapat 100 mililiter.
Fenomena minyak Kutus Kutus yang sedang tren sekarang ini tentu menimbulkan pertanyaan sederhana, berapa omzet Servasius Bambang Pranoto, si pemilik dan pencipta, dari jualan minyak Kutus Kutus saja?
Perlu kamu tahu, meski harga jual minyak kutus kutus dipatok harga Rp230.000, Servasius Bambang Pranoto sebenarnya tidak menjual dengan harga segitu ke sejumlah reseller-nya. Harga tersebut merupakan “peraturan khusus” bagi para reseller yang menjual ke konsumen.
Sebab, dengan semakin terkenalnya minyak kutus kutus, barang-barang tiruan pun bermunculan—tentu dengan harga lebih murah. Untuk menyiasati agar konsumen tahu mana yang palsu dan mana yang asli, maka bisa dilihat dari harga jualnya. Kalau nggak Rp230.000 ya berarti palsu. Titik.
Para reseller biasanya menerapkan cara masing-masing agar bersaing satu sama lain untuk jual minyak yang bisa dipakai buat apa pun kecuali ganti oli motor ini. Ada reseller yang bikin promo bebas ongkir, ada yang bonus buku, ada yang bonus botol kemasan khusus, dan lain-lain. Artinya persaingan ini bukan pada poin murah-murahan harga dagangan.
Sejauh yang kami tahu, harga grosir minyak Kutus Kutus yang dibeli oleh reseller bervariasi. Semua tergantung pada banyak-sedikitnya barang yang dibeli grosir.
Jika kamu beli 1, kamu masih kena harga normal, jika kamu beli 6 kamu kena Rp191.000 per botol, jika kamu beli 12 botol kamu hanya perlu bayar Rp171.000 per botol. Harga ini akan semakin murah jika reseller bisa kulakan lebih banyak.
Artinya, selain khasiat yang dijanjikan, salah satu kunci sukses penjualan minyak Kutus Kutus adalah niat Servasius Bambang Pranoto berbagi rezeki dengan banyak reseller di Indonesia. Bahkan konon, beberapa reseller yang punya oplah lebih dari 1.000 botol bisa diberi keuntungan 100%. Inilah yang bikin banyak ibu-ibu berlomba-lomba memasarkan minyak Kutus Kutus.
Dengan perhitungan seperti ini, bisa dikatakan keuntungan penjualan minyak Kutus Kutus secara bersih sebesar 30% (bahkan bisa lebih) lari ke kantong para reseller, bukan malah ke kantung Servasius Bambang Pranoto.
Sebagai informasi, Servasius Bambang Pranoto pada mulanya menjual minyak Kutus Kutus via Facebook pada Desember 2013. Saat itu dia berhasil menjual 2.000 botol per bulan, lalu meningkat menjadi 5.000 botol setahun kemudian. Hal ini terus meningkat dari tahun ke tahun.
Mulai sejak Desember 2018, Servasius Bambang Pranoto sudah mampu memproduksi 24 ribu botol per hari. Dengan perhitungan sederhana:
24.000 x 30 hari = 720.000 botol per bulan.
Karena harga per botol ke reseller tidak penuh. Kita ambil saja harga normal dipotong rata 30% sebagai “bagi hasil” Bambang Servasius Bambang Pranoto dengan para reseller.
230.000 x 30/100 = 69.0000
230.000 – 69.000 = 161.000
Dari perhitungan itu, Servasius Bambang Pranoto “hanya” mendapatkan angka Rp161.000 per botol yang dijual ke reseller. Jika per bulan dia bisa bikin 720.000 botol, maka…
720.000 x Rp160.000 = Rp115.200.000.000/bulan
Artinya pendapatan kotor Rp115 miliar per bulannya.
Memang, Servasius Bambang Pranoto pernah menyebut kalau omzet kotor perusahannya mencapai Rp230 miliar, tapi itu semua perhitungan sederhana dari harga normal dan masih digabung juga dengan pendapatan dari para resellernya.
Di sisi lain, Servasius Bambang Pranoto juga harus menggaji 90 karyawannya di Desa Bitra, Gianyar, Bali. Di sana, di pabrik Kutus Kutus yang berdiri di atas tanah 2.800 meter persegi, setiap karyawan mendapatkan gaji dua kali UMR Bali setiap bulannya. Yang mana UMR Bali pada 2019 saat ini sekitar Rp2.300.000.
(2.300.000 x 2) x 90 karyawan = 414.000.000
Artinya, setiap bulan, Servasius Bambang Pranoto harus keluar kocek sekitar Rp414 juta untuk menggaji karyawannya. Maka pendapatan kotor tadi harus dikurangi dengan kewajiban membayar karyawan juga.
115.200.000.000 – 414.000.000 = 114.786.000.000
Dari perhitungan tersebut maka, pemilik dan peramu minyak kutus-kutus ini mengantongi omzet sekitar 114 miliar lebih per bulannya. Meski begitu, pendapatan ini belum menghitung dengan pengeluaran untuk membeli bahan baku minyak Kutus Kutus, seperti minyak kelapa dan lain-lain.
BACA JUGA Perkiraan Kekayaan Gundala Sang Putra Petir Jika Mau Mengomersialkan Kekuatannya atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.