MOJOK.CO – Tujuh hari berencana, apakah perlu tujuh tahun eksekusi skripsi hingga jadi mahasiswa abadi? Jangan sampai kebablasan, dong.
Bagi mahasiswa semester dua, skripsi adalah kota New York dari Jogja: jauh. Tapi, bagi mahasiswa semester tua, skripsi bagaikan tagline iklan sabun cuci Daia: dag dig dug duerrr!
Mojok Institute telah mengamati berbagai perilaku mahasiswa yang tengah menjalani skripsi. Ada yang rajinnya nggak ketulungan dan bisa nyelesein skripsi dalam dua minggu, tapi ada juga mahasiswa yang kebablasan. Kebanyakan, mereka berakhir sebagai mahasiswa semester tua yang abadi karena terlalu menikmati waktu bersama skripsi hingga bersemester-semester lamanya.
Masih berdasarkan pantauan Mojok Institute, ada beberapa hal yang selalu dituliskan dalam to-do list para pejuang toga wisuda. Dan, jika ditekuni satu per satu, dalam satu minggu pasti proses per-skripsi-an ini bakal mengalami kemajuan hingga 70%.
Namun sayangnya, to-do-list ini ternyata emang enakan jadi to-do-list terus. Hehe~
2. SENIN: Cari masalah dan alasannya
Ini adalah hal paling mendasar dari sebuah skripsi: tentukan isu yang akan diangkat dan dibahas, my lov. Konon, masalah bisa didapatkan dari pengalaman, deduksi dari teori, literatur yang relevan, serta sumber non-pendidikan. Itu!
Sialnya, walau langkah ini adalah yang paling esensial, menentukan masalah dalam skripsi ternyata sering ditunda-tunda melulu.
“Aku kan anak baik-baik, masa disuruh nyari masalah?”
Halah, karepmuu~
3. SELASA: Cari dan baca literatur
Setidaknya ada dua kelompok mahasiswa di level ini: 1) mereka yang sudah punya masalah untuk diangkat; dan 2) mereka yang mau baca-baca literatur dulu sampai dapat ide masalah.
Sesaat, langkah ini terkesan super intelek dan meyakinkan untuk dilaksanakan. Namun, lagi-lagi, tidak ada yang lebih nikmat dibanding berleha-leha di atas kasur sambil bilang, “Sebentar lagi, lima menit lagi.”
Alhasil, lima semester kemudian, penundaan ini baru terasa imbasnya: skripsi harus selesai besok malam atau DO.
Dyaaaar~
4. RABU: Menentukan metode penelitian skripsi
Yang sering jadi bahasan bab ketiga skripsi adalah metode penelitian. Pada bagian ini, yang harus pula dirancang dan ditentukan adalah lokasi dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data, hingga teknik analisis data.
Dengan kata lain, tahap ini adalah tahap yang akan menentukan mau dibawa ke mana data penelitian kita. Kalau lagi-lagi tahap ini dihadapi dengan ke-mager-an, mungkin calon bakal skripsi kita pun bisa bernyanyi:
“Mau dibaaawaa ke mana, skripsi kitaaa~ Jika kau terus menunda-nunda dan tak pernah lakukan riset~”
5. KAMIS: Bimbingan/konsultasi ke dosen
Ini adalah tahap paling legendaris yang konon bisa menimbulkan banyak cerita, baik yang menyenangkan maupun menyebalkan. Plus, yang menjadi alasan tahap ini ditunda bukan cuma kita sebagai mahasiswa, tapi juga keadaan si dosen.
“Hari ini saya tidak ke kampus.”
“Saya di kampus hanya sampai jam 9.”
“Saya mau pergi sebulan ke Belanda.”
Sumpah kalimat terakhir terjadi beneran sama saya. Silakan dibayangkan kocar-kacirnya hati ini.
6. JUMAT: Revisi
Apa yang lebih bikin males di dunia ini selain nonton video musiknya Awkarin? Yha, Anda benar: mengerjakan revisi skripsi.
Dengan dicoret-coretnya skripsi kita, rasanya kita telah menuntaskan sebuah tugas mulia, yaitu konsultasi dengan dosen. Akibatnya, revisi pun rasanya nga urgent-urgent amat buat digarap. Bisa nanti-nanti jha, gitu~
Tapi, heyyyyy, calon-calon generasi peneruuus!!! Ingatlah baik-baik: satu hari menunda revisi skripsi berarti satu hari menunda pernikahan!!!
Eh tapi kalau nga minat-minat amat buat nikah mah ya nga ngaruh ya. Xixixi~
7. SABTU: Bikin surat izin penelitian
Setelah semua persiapan sudah oke, beberapa mahasiswa mungkin perlu melakukan penelitian di tempat tertentu. Ibarat akan bertamu ke rumah orang, tentu saja kita perlu izin masuk berupa surat pengantar resmi dari kampus, gaes-gaeskuuuu~
Pada beberapa kasus, tahap ini cukup njelimet. Dimulai dari surat pengantar dari Bidang Kemahasiswaan di kampus, hingga di-copy beberapa lembar untuk ditujukan ke instansi tertentu, termasuk Dinas Perizinan dan lembaga tempat penelitian. Jangan lupa, dokumen pendukung juga perlu dipersiapkan, misalnya proposal skripsi dalam bahasa Indonesia.
FYI aja nih, buat kamu-kamu yang bikin skripsi pakai bahasa asing, seperti bahasa Inggris atau bahasa Jerman, siap-siap aja buat nerjemahin balik ke bahasa Indonesia. Hal itu pun harus dilakukan sambil memantau proses perizinan yang terkadang melelahkan, apalagi kalau antarprovinsi :”)
Ah, bagian ini rasanya pengen di-skip, ditunda, dilupakan, tapi tak boleh :”)
1. MINGGU: Berniatlah!
Kenapa poin terakhir ini bernomor 1?
Yhaaa, tak lain dan tak bukan karena hari Minggu di sini adalah hari Minggu sebelum hari Senin di atas!!!!!
Kalau tahap mengumpulkan niat aja masih ditunda-tunda, ya pantesan aja 6 hari berikutnya bakal berlalu dengan super flat, sampai kamu akan bertemu hari Minggu lagi dan lagi.
Seperti lingkaran setan~
BACA JUGA Merencanakan Selebrasi, padahal Ngajuin Judul Skripsi Saja Belum. Kebiasaan! dan tulisan lainnya dari Aprilia Kumala.