MOJOK.CO – Di Indonesia, ada beberapa tradisi pernikahan yang umum dilakukan calon suami-istri. Namun, kalau dipikir-pikir, tradisi ini kadang terasa seperti… drama dan sandiwara!
Sebagai sesuatu yang sakral dan penting, pernikahan tentu menjadi hal yang diperhatikan dengan sangat detail, termasuk segala tradisi dan langkah-langkah yang mendahuluinya. Tapi, jika kita mencoba mengupas tradisi pernikahan yang berjalan turun-temurun, ternyata ada beberapa tanda tanya yang bisa kita temui, loh.
Eh, eh, apa maksudnya???
Rupa-rupanya, dalam tradisi (menjelang) pernikahan, memang ada beberapa hal yang umum dilakukan. Namun, hal-hal ini justru terasa bagaikan drama dan sandiwara. Hmm, apa sajakah?
1. Lamaran
Sebagai awal mula jalan mulus menuju pernikahan, keluarga pria umumnya akan datang menemui keluarga pihak wanita. Di kesempatan ini, pihak pria akan secara resmi melamar si wanita.
Padahal sebenarnya…
…ngapain, sih, situ datang untuk lamaran padahal udah tau kalau situ pasti diterima jadi calon mantu si keluarga wanita???
Ya, ya, ya. Sebelum menikah, pihak pria tentu sudah mengomunikasikan hal ini kepada si wanita. Beberapa di antaranya bahkan sudah “nembung” langsung ke pihak keluarga wanita. Jika hasil komunikasi dan pertemuan ini positif, lamaran pun dilakukan.
Nah, tuh kan, orang udah tahu diterima kok mesti pakai lamaran lagi? Hmm?
2. Tebak-Tebak Calon Istri
Kalau lamaran saja sudah ibarat drama, ternyata di dalamnya pun ada sandiwara yang tak kalah seru. Sudah jauh-jauh datang bawa rombongan, si pria ternyata tak bisa begitu saja langsung bertemu dengan calon istri. Alih-alih dipertemukan dengan mudah, ia justru harus…
…menebak apakah wanita yang ditutupi kain di depannya (disodorkan oleh keluarga pihak wanita) merupakan calon istrinya atau bukan!!!
“Cobaa… Ini Romlah Kembang Gula bukan, Mas? Hehe~’
Dalam sesi sandiwara ini, biasanya saudara-saudara si wanita bakal didapuk sebagai calon istri KW yang harus ditebak oleh pihak pria. Ribet bener dah~
3. Pingitan
Kabarnya, calon pengantin harus dipingit sebelum menikah. Dengan kata lain, mereka tak boleh bertemu satu sama lain dalam durasi waktu tertentu, mulai dari seminggu, sebulan, hingga 40 hari.
Konon, hal ini dilakukan agar keduanya tampil saling manglingi saat hari H pernikahan. Ada pula yang menyebutkan hal ini adalah upaya agar kedua belah pihak tak mudah terlibat argumen dan perselisihan menjelang hari H.
Kenapa pingitan menjadi drama? Ya karena ada beberapa pasangan yang memang tak bertemu, tapi masih rajin main medsos dan saling sapa. Lagi pula, mau pangling gimana, sih? Ha wong dua-duanya dikit-dikit bikin Instagram Story!
4. Seserahan
Dalam tradisi pernikahan, pihak pria akan memberikan sejumlah hadiah kepada wanita pujaannya, atau disebut pula dengan seserahan. Tapi kalau dipikir-pikir, hadiah ini bukanlah hadiah yang “hadiah-hadiah” amat!
Hmm, apa maksudnya?
Alih-alih menjadi hadiah yang seharusnya surprise, kebanyakan seserahan justru sesungguhnya dipilih dan dibeli langsung oleh si wanita—tentu dengan alokasi dana dari calon suaminya. Jadi, ketika seserahan berlangsung, ya sudah, si wanita nggak terkejut-terkejut amat gitu, deh~
5. Bridal Shower/Pesta Lajang
Meski bukan tradisi asli Indonesia, acara ini mulai sering bermunculan di kancah pra-pernikahan anak muda. Konon, bridal shower disimbolkan sebagai momen di mana calon pengantin bisa bermain sebebas-bebasnya sebagai seorang lajang bersama teman-teman (yang menyelenggarakan acara ini), sebelum akhirnya terikat komitmen pernikahan.
Itulah, pemirsa, yang menjadikan tahapan ini sebagai drama. D-r-a-m-a.
Nyatanya, isi dari acara bridal shower yang nge-trend itu kebanyakan adalah foto-foto, mempersiapkan dekorasi sekeren-kerennya agar saat difoto (lagi) bisa terlihat bagus dan Instagramable, makan-makan, coret-coret muka calon pengantin, lalu foto-foto (lagi).
Apalagi, setelah menikah, ternyata mereka masih bisa bebas-bebas aja, tuh, main bareng. Hadeeeh~
Yah, sekali lagi, harus kita pahami bersama bahwa pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Tradisi pernikahan, mulai dari yang sederhana sampai yang ribet sekalipun, adalah keindahan budaya. Meski terkadang berbau drama, tetap saja tak ada yang salah dengan tradisi-tradisi ini.
Ingat, yang salah itu cuma satu, yaitu orang yang nanya-nanya melulu Kapan nikah, seolah-olah di dunia ini nggak ada masalah lain yang lebih kompleks dan mendesak. Heran!