Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Yang Mahasiswa Kupu-kupu Kan Kami, Kenapa Situ yang Repot

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
11 September 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Masing-masing orang punya alasannya sendiri untuk menjadi mahasiswa manapun yang dia mau: mahasiswa kupu-kupu, mahasiswa kura-kura, atau bahkan mahasiswa kutus-kutus.

Ada warung kejujuran di salah satu sudut kampus saya, kira-kira 6 tahunan yang lalu. Mahasiswa bebas meletakkan jualannya di sana, lengkap dengan keterangan harga beserta sebuah kaleng kecil tempat calon pembeli meletakkan uang dan mengambil kembalian.

Teman saya, sebut saja namanya Ahmad, langsung berbinar-binar waktu saya bercerita soal warung ini. Ahmad adalah mahasiswa Peternakan di kampus sebelah dan hobinya pergi ke pasar untuk menggiling daging kelinci ternak yang dia punya. Selanjutnya, daging giling ini bakal dia olah menjadi beberapa jenis makanan, seperti lumpia, bakso, hingga sosis.

Hampir setiap pagi, Ahmad menjemput saya ke kampus, meletakkan makanannya di warung kejujuran, lalu pergi ke fakultasnya sendiri. Selesai kuliah, dia langsung pulang untuk menjemput saya yang sudah stand by menjaga kaleng uang dan sisa makanan olahan yang dia titipkan. Sore hari berlangsung rutin bagi Ahmad untuknya mempersiapkan dagangan esok hari, sementara saya harus bersiap-siap menyusul teman saya yang lain ke sebuah acara sukarela untuk membantu anak-anak jalanan.

Saya dan Ahmad berbeda. Orang-orang mungkin akan melihat Ahmad sebagai mahasiswa kupu-kupu, alias kuliah-pulang-kuliah-pulang. Saya sendiri juga mahasiswa kupu-kupu, kecuali pada beberapa hari tertentu saat komunitas tempat saya bergabung—kala itu—mengadakan kursus belajar sukerela bagi anak-anak jalanan.

Saya dan Ahmad berbeda. Dia nggak akan ngerti kalau saya mengeluh soal sulitnya pelajaran anak SD zaman sekarang—sesuatu yang saya baru sadari saat ngajar di acara kursus sukarela tadi. Saya juga nggak akan paham kalau Ahmad cerita soal kesulitannya waktu tukang giling daging langganannya datang terlambat di pagi hari—jadwal kuliahnya bisa langsung kacau seharian karena nggak on-time.

Tapi, satu hal yang kami pahami: meski sehabis kuliah kami langsung pulang, status mahasiswa kupu-kupu kami nggak lantas membuat kami jadi less valued.

https://twitter.com/PenjahatGunung/status/1171405339620589568

Utas di atas sempat menarik perhatian saya—dan banyak sekali netizen—karena menyuarakan keberatannya soal mahasiswa kupu-kupu yang dianggap “semestinya pulang kampung saja”. Pihak yang memasang spanduk tadi telah mengeluarkan klarifikasi pernyataan maaf, meski beberapa pihak terlanjur kecewa.

Maksud saya, apa sih salahnya menjadi mahasiswa kupu-kupu?

Saya tidak setiap hari pergi ke tempat komunitas. Ahmad juga nggak selalu menjual olahan daging kelinci ternak. Ada hari di mana saya menghabiskan waktu seenak hati: pulang kuliah langsung istirahat, makan, atau bersenang-senang setelah seharian stres gara-gara kuis mendadak.

Serius, deh, memangnya itu salah?

Mahasiswa kupu-kupu atau kura-kura (kuliah-rapat-kuliah-rapat) kan sama-sama manusia. Yang lebih penting lagi, kita semua sama-sama mahasiswa. Sama-sama bayar SPP—entah pakai uang sendiri, uang orang tua, atau uang donatur dan beasiswa. Sama-sama dapet tugas. Sama-sama ikutan KKN di Desa Penari. Sama-sama harus garap skripsi. Jadi, ngapain situ kok nyuruh-nyuruh pulang kampung? Mau bayarin dan ngegantiin kita-kita sampai dapet nilai A dari dosen?

Benar, memang, kita perlu memperbanyak pengalaman, khususnya jika dibutuhkan untuk CV. Tapi, sungguh, memberi judgmental itu nggak ada keren-kerennya. Masing-masing orang punya alasannya sendiri untuk menjadi mahasiswa manapun yang dia mau: mahasiswa kupu-kupu, mahasiswa kura-kura, atau bahkan…

Iklan

…mahasiswa kutus-kutus.

Alias, kuliah-putus-kuliah-putus. Mamam.

BACA JUGA Mahaberat Hidup Aktivis Mahasiswa Selepas Wisuda atau tulisan Aprilia Kumala lainnya.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: Aktivishimpunan mahasiswakuliah pulangmahasiswa kupu-kupumahasiswa kura-kura
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

KKN dengan mahasiswa kupu-kupu bikin repot karena suka bingung sendiri MOJOK.CO
Kampus

Repotnya KKN sama Mahasiswa Kupu-kupu Tak Paham Organisasi: Bingung Mau Ngapain, Jadi Nggak Guna hingga “Diusir” Warga

11 Juli 2025
Ragam

Rekaman Kekerasan dalam Patung-patung Dolorosa Sinaga

30 Oktober 2024
Cerita Mahasiswa Kupu-Kupu UNY Lulus 3,5 Tahun Tapi Susah Cari Kerja, Sekalinya Kerja Kantoran Resign dalam 3 Bulan Karena Nggak Betah.mojok.co
Kampus

Cerita Mahasiswa Kupu-Kupu UNY Lulus 3,5 Tahun Tapi Susah Cari Kerja, Sekalinya Kerja Kantoran Resign dalam 3 Bulan Karena Nggak Betah

18 April 2024
Aktivis Lulus Molor Sudah Nggak Zaman MOJOK.CO
Kampus

Sudah Nggak Zamannya Aktivis Lulus Molor, Harus Membuktikan Diri Lulus Cepat IPK Tinggi Meski Sibuk-sibuknya di Organisasi

1 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Bioskop NSC Rembang, bangunan kecil di tanah tandus yang jadi hiburan banyak orang MOJOK.CO

Bioskop NSC Rembang Jadi Olok-olokan Orang Sok Kota, Tapi Beri Kebahagiaan Sederhana

1 Desember 2025
jogjarockarta.MOJOK.CO

Mataram Is Rock, Persaudaraan Jogja-Solo di Panggung Musik Keras

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.