MOJOK.CO – Dua harimau dari kebun binatang Ragunan terpapar Covid-19. Tim Mojok pun berinisiatif untuk mewawancarai mereka.
Melalui unggahan Instagramnya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengabarkan kegiatannya meninjau Hari dan Tino, dua ekor harimau Sumatera di Taman Margasatwa Ragunan yang menjalani isolasi mandiri setelah dinyatakan positif Covid-19.
Pasca unggahan Instagram tersebut, tak butuh waktu lama bagi Hari dan Tino untuk langsung menjadi media daring. Maklum saja, di Indonesia, ini menjadi kasus pertama harimau terpapar Covid-19.
“Hari dan Tino tidak bisa dikirim untuk isolasi ke Wisma Atlet, tapi harus melakukan isoman dan dirawat serta dimonitor dengan ketat oleh para dokter hewan terbaik di Ragunan,” tulis Anies.
Kini, kondisi Hari dan Tino sudah mulai membaik. Mereka sudah aktif lagi kendati mereka masih tetap tidak bisa banyak berinteraksi lagi dengan pengunjung karena Kebun Binatang Ragunan masih ditutup.
Mokgeo (Mojok Geographic) cukup beruntung karena bisa punya kesempatan menerjunkan timnya untuk mewawancarai dua harimau tersebut agar berbagi pengalaman menjadi dua seleb di dunia satwa setelah terpapar Covid-19.
Dibantu oleh seseorang yang mewarisi ilmu Aji Gineng (ilmu yang bisa membuat seseorang bisa paham bahasa binatang), wawancara pun akhirnya berhasil dilaksanakan tanpa ada cakaran dan gigitan yang berarti walau yang berhasil diwawancarai hanya Mas Tino. Mas Hari sendiri saat itu mendadak tertidur pulas saat awal-awal wawancara, dan tim Mokgeo tidak punya cukup nyali untuk membangunkannya.
Mas, Anda dan Mas Hari iki kan sekarang sudah jadi seleb dadakan ya, jadi harimau pertama di Indonesia yang kena Covid-19, gimana rasanya, Mas?
Tentu saja ini cukup mengagetkan bagi saya, dan mungkin juga bagi Hari. Memang kami sudah mendengar bahwa kawan-kawan kami di luar negeri banyak yang terpapar Covid-19, tapi kami tak menyangka kalau ternyata saya dan Hari-lah yang bakal menjadi korban pertama di wilayah Indonesia ini.
Soal status seleb ini, saya tak terlalu ambil pusing, Mas. Ya gimana, selama ini kan saya memang sudah memposisikan diri saya sebagai seleb. Lha memangnya selama orang-orang mau bayar tiket mahal-mahal buat nonton saya di Ragunan ini karena apa? Sudah pasti itu karena saya punya pesona seorang seleb.
Hanya saja, kali ini, status seleb ini hadir melalui versi yang lain. Melalui Covid-19. Ini tentu agak bikin saya masygul. Soalnya selama ini, kami kaum harimau dikenal sebagai makhluk yang ganas, kuat, nggak kenal takut. Itulah kenapa dari Persija Jakarta sampai PPSM Magelang maskotnya ya kami-kami ini. Macan Kemayoran lah, macan Tidar lah. Nah, sekarang kami justru terkenal karena kami terpapar Covid-19, hal yang justru mengindikasikan bahwa tubuh kami nggak sekuat yang banyak orang kira.
Kalau terkait dengan banyaknya pemberitaan tentang Anda di media, gimana?
Ya sama juga. Saya nggak ambil pusing. Lagian saya dan Hari kena Covid-19 kan memang tidak disangka. Kami juga tak tahu siapa yang menulari kami. Memang sih saya agak excited juga saat wajah saya terpampang di berbagai kanal berita dengan embel-embel Covid-19. Tapi ya itu satu-dua hari saja. Setelah itu ya biasa.
Ini bukannya karena Ragunan tutup trus saya berusaha cari perhatian online dengan riding the wave lho ya, mon maap. Saya ini sudah terbiasa dengan dunia showbiz seperti ini.
Mas Tino ini kan harimau Indonesia angkatan pertama yang kena Covid-19, nah, kalau boleh tahu, gejala apa saja sih yang terjadi pada tubuh Anda. Apakah sama dengan gejala yang terjadi pada manusia?
Ya hampir sama, Mas. Flu, lemas, sesak napas. Justru karena gejalanya sama kayak manusia yang kena Covid-19 itulah maka saya langsung dites PCR oleh pihak Ragunan. Eh, ternyata hasilnya positif. Saya sebenarnya agak syok juga, sih. Tapi ya sudah. Mau gimana lagi.
Btw, itu tes PCR-nya gimana, Mas? Apakah Anda berontak nggak pas di-swab?
Mbok Anda ini kalau nanya jangan goblok-goblok banget. Ya tentu saja saya dibius dulu sebelum di-swab. Ya kali saya di-swab dalam keadaan sadar.
Oh iya juga ya. Trus, menurut Anda, kenapa Anda bisa terpapar Covid?
Ya gimana, saya ini memang nggak terlalu taat prokes sih. Benar bahwa saya selalu jaga jarak dengan manusia, ehm, lebih tepatnya, mereka yang menjaga jarak dengan saya. Tapi kan saya tetep nggak pakai masker, jadi ya wajar kalau saya kena. Kalau kata dokter Faheem Younus kan masker itu yang paling utama.
Eh, bentar, kok Anda bisa tahu Dokter Faheem Younus segala?
Plis deh, Mas. Saya ini kena Covid-19, bukan kudet.
Oke, sori. Kalau untuk masa isolasi mandirinya gimana, Mas?
Nggak jauh beda sama isolasi mandiri pada manusia. Hanya saja setahu saya, isolasi mandiri pada dunia harimau memang lebih kepada pemulihan. Kami dijaga dan dimonitor dengan sangat baik oleh tim dokter hewan dan juga tim dari Pusat Studi Satwa Primata dari IPB. Itu cukup melegakan kami.
Kalau pakai istilahnya Puthut EA, saya ini punya daya dukung sosial yang baik.
Welha, Anda tahu Puthut EA juga?
Tahu lah, sebagai harimau, saya ini juga cukup dekat dengan dunia sastra. Saya itu menyimak lho novel ‘Tujuh Manusia Harimau’ karya Motinggo Busye, lalu ‘Harimau! Harimau!’-nya Mochtar Lubis, sampai ‘Lelaki Harimau’-nya Eka Kurniawan.
Anda sendiri tahu nggak kalau Eka Kurniawan itu kakak angkatannya Puthut EA di UGM?
Wah, sebagai anak buah Puthut EA, saya malah nggak tahu.
Mangkanya kuliah.
Asuuuuuuu
Saya ini macan, bukan anjing.
Hehehe, shaaap. Oh ya, Mas Tino, apakah selama masa isolasi mandiri itu, Anda juga menghabiskan waktu untuk bersantai, berolahraga, dan berjemur juga?
Tentu saja. Asupan suplemen dan vitamin yang diberikan untuk kami tak akan bekerja maksimal jika saya tidak berjemur dan, bersantai, dan berolahraga. Sebab kalau hanya tidur-tiduran saja, imun saya tentu akan turun, dan itu buruk untuk pemulihan.
Mangkanya, saya juga suka berjemur, biar badan kemrengseng. Sesekali olahraga ringan juga.
Saya sebenarnya pengin minta televisi di kandang saya, biar saya bisa Netflix and Chill kayak orang-orang itu, tapi ternyata pihak Ragunan tidak memperbolehkan. Katanya nggak ada petugas Indihome yang berani masang instalasi internet di kandang saya.
Lagian, pihak Ragunan juga takut nanti saya malah nonton film ‘Life of Pi’ trus saya jadi kebanyakan nangis karena terharu.
Pertanyaan terakhir ini, Mas. Di Instagram banyak banget yang usul agar kemarin itu Anda isolasi mandirinya harusnya dijadikan satu sama para anggota DPR itu. Pendapat Anda gimana?
Saya paham dengan emosi para netizen karena ulah para anggota dewan yang dianggap nggak punya empati terhadap rakyatnya itu. Tapi saya tetap nggak setuju kalau saya isolasi mandiri sama mereka. Kasihan mereka.
Kasihan gimana maksudnya?
Iya, kasihan aja. Saya ini suka nggak kontrol, Mas, kalau ketemu sama orang. Niat awalnya cuma nyolek doang, sok akrab gitu, eh nggak tahunya cakarnya tembus kulit. Tembusnya dalem lagi.
BACA JUGA Wawancara Singkat Bersama Wafer Khong Guan: Menjadi Pilihan Utama Tak Selalu Menyenangkan dan artikel AGUS MULYADI lainnya.