Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Waktumu Terasa Lebih Cepat? Ini Penjelasan Psikologisnya

Nia Lavinia oleh Nia Lavinia
5 Agustus 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Jika merasa bahwa waktu berjalan begitu cepat, kamu tidak sendirian! Semua orang mengalami pengalaman yang sama. Kok bisa, sih, hal seperti itu terjadi?

Cara terbaik untuk merusak hari Minggu seseorang adalah dengan mengingatkannya bahwa besok sudah senin lagi. Mamam!

Hari Senin menjadi menyeramkan ketika kita ingat bahwa kamu sudah harus bekerja lagi padahal selama akhir minggu belum ngapa-ngapain; cucian masih numpuk, kamar berantakan, tugas belum dikerjakan, revisian skripsi? Ah apa itu revisian. *pura-pura lupa ingatan* dan kamu pasti akan mbatin kenapa Senin datang begitu cepaaat?

Katanya, waktu berlalu menjadi lebih cepat karena kita menikmatinya. Atau bisa juga kita tenggelam dalam kegiatan yang menyenangkan, yang membuat kita lupa waktu. Heleh, mana ada kayak gitu. Kenyataannya, waktu tetap berlalu cepat meskipun kita sedih atau stres dengan pekerjaan. Kalian pasti pernah merasakan tegangnya berpacu dengan deadline, secepat apapun kita bekerja, rasanya waktu berlalu lebih cepat dari yang seharusnya.

Padahal, jika menarik ingatan ke belakang, saat kita kecil, waktu rasanya berjalan sangat lambat. Waktu itu kita semua merasa punya porsi 24 jam yang sama, waktu siang sepulang sekolah terasa sangat panjang hingga kita bisa tidur siang, main layangan, main rumah-rumahan, sepedaan, main bola bersama teman, sampai membangun peradaban.

Waktu siang baru selesai sampai kita disuruh untuk pulang karena harus mandi dan mengaji sampai magrib. Malam hari pun terasa sama panjangnya karena kita bisa mengerjakan PR, main PS, sampai bisa nonton Smackdown, setelah sebelumnya dipaksa ikut nonton sinetron karena si mamak gak mau bagi-bagi remot teve. Saat itu, waktu berjalan lambat meskipun kita menikmati semuanya.

Jika bukan perkara menikmati atau tidak, lalu apa yang membuat waktu berjalan begitu cepat? Nah loh, jangan-jangan ini perkara hubungan umur dan waktu? Makin tua, waktu terasa makin cepat, apa bener kayak gitu??

Sains ternyata punya penjelasan mengenai fenomena ini. Saintis menjelaskan secara rumit fenomena ini mulai dari aspek psikologis, sosiologis, sampai neurosains (ngerti neurosains gak?!) yang kalau disederhanakan, mereka menyimpulkan bahwa memang benar ada hubungan antara usia dan persepsi kita terhadap waktu.

Ketika kecil, hampir segala hal adalah sesuatu yang baru, sehingga kita menaruh perhatian lebih banyak terhadap apa yang terjadi di sekeliling. Saat itu, ada banyak hal menarik yang bisa dilakukan, diamati, dan dijelajahi. Segala kebaruan yang terjadi terus-menerus inilah yang menghasilkan memori, yang membuat waktu saat itu terasa lebih lambat ketika kita mengingatnya kembali.

Segala hal baru ini terus meningkat ketika kita tumbuh menjadi remaja. Hal ini dipengaruhi oleh lebih banyak kebebasan yang menghasilkan lebih banyak pengalaman baru. Seiring berjalannya waktu, semakin tua, karena semakin sedikit memori unik yang kita buat, kehidupan semakin penuh repetisi. Periode waktu ini akan kita alami sebagai waktu yang lebih singkat.

Dampaknya adalah, tahun-tahun masa kecil kita yang penuh memori akan terasa lebih panjang. Sangat berbeda jika dibandingkan tahun-tahun kita sebagai orang dewasa yang hanya memiliki sedikit memori menarik yang disimpan.

Ini sama seperti ketika tidur dan bangun delapan jam kemudian. Terkadang, kita merasa bahwa waktu semalaman yang kita lalui untuk tidur itu terasa hanya terjadi beberapa detik saja. Hal ini terjadi karena ketika tidur, otak kita berhenti memproses memori baru. Makanya, jangan heran jika bertahun-tahun terasa cepat ketika otak kita menghabisakan waktu itu dalam rutinitas tanpa membuat pengalaman baru.

Penjelasan lain yang muncul untuk menjelaskan fenomena ini adalah, sebagai orang dewasa, kita menghabiskan waktu untuk mengantisipasi dan mengkhawatirkan hal yang belum terjadi. Akibatnya, kita melewatkan kejadian yang terjadi saat ini. Belum lagi kita juga sering terjebak dengan memori (indah bersamanya) di masa lalu sehingga kita lupa dengan yang terjadi saat ini.

Sebagai manusia yang tidak punya mesin waktu seperti Zidan dan pak Haji, tentu kita tidak ingin menyesal karena merasa kehilangan banyak waktu tanpa menyelesaikan apa-apa. Wqwqwq.

Iklan

Kita pun juga tidak ingin menjadi budak waktu dengan terus menerus hidup produktif karena takut kehilangan waktu sampai lupa untuk bahagia wqwqwq.

Untuk hal ini, mari sama-sama kita ucapkan terima kasih kepada para saintis. Selain memberi penjelasan, sains juga memberikan cara untuk kita bisa “melambatkan” waktu.

Hal pertama yang dianjurkan saintis adalah memulai hidup di masa sekarang dengan tidak terjebak dengan kenangan bersamanya pada hari kemarin dan berhenti mengkhawatirkan apa yang akan terjadi besok. Jalani semuanya dengan kesadaran bahwa setiap hari adalah hari baru dan pengalaman baru, hari ini selalu berbeda dengan kemarin, dan yang terjadi hari ini tidak akan terulang lagi pada hari lain sehingga kita akan lebih penasaran dan semangat dalam menjalani hari ini.

Yang kedua adalah mulai membuat sebuah daftar agar kita punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Bikin daftar mulai dari hal-hal kecil yang bisa dikerjakan dengan cepat. Jika kalimat “Hari ini harus mengerjakan skripsi,” atau “Hari ini membuat laporan bulanan,” terdengar terlalu berat dikerjakan, coba uraikan menjadi tugas yang lebih kecil dan tidak membebani seperti “Hari ini membaca satu referensi”, “Hari ini merekap pengeluaran minggu lalu.” Kepuasan melakukan suatu kemajuan meskipun hal kecil akan membuat kita merasa bahwa waktu berjalan tidak sia-sia.

Hal ketiga adalah mencoba hal baru. Buat hari-harimu menjadi tidak lagi membosankan sehingga kita mempunyai alasan untuk bersemangat dan menantikan sesuatu yang menarik. Atau jika mencoba hal baru terdengar terlalu mengeluarkan usaha, coba lakukan rutinitas dengan urutan yang acak sehingga tidak lagi terasa seperti rutinitas.

Buat setidaknya satu memori berkesan setiap harinya. Maksudnya supaya otak bisa merekam memori berkesan itu sehingga ingat bahwa kita sudah melakukan sesuatu yang menyenangkan. Dengan kata lain, ketika ditanya “Kemarin kamu ngapain?” bakal ada yang bisa kamu jawab selain “Mmm…apa ya, lupa, cuman kerja aja kayanya.”

Terakhir, ini bukan saran dari saintis sih, tapi saran dari kru Mojok. Jangan lupa bertaubat. Banyak-banyak ibadah dan amal saleh karena bisa jadi cepatnya waktu berlalu ini benar-benar tanda semakin dekatnya kiamat seperti yang diramalkan di kanal Youtube ceramahnya ustaz-ustaz sebelah. Sudah lihat belum? Salah satu tanda kiamatnya yang sudah kejadian yaitu turunnya Imam Darto, eh kalo itu sih artis ya…

Terakhir diperbarui pada 5 Agustus 2018 oleh

Tags: hari minggupsikologisseninwaktu
Nia Lavinia

Nia Lavinia

Mahasiswa S2 Kajian Terorisme, Universitas Indonesia.

Artikel Terkait

Guyonan Luna Maya dan Deddy soal Eating Disorder Dianggap Tak Peka Kesehatan Mental mojok.co Corbuzier
Pojokan

Nonton MasterChef atau Flavour Origins Netflix Agar Tempe Jadi Berasa kayak Wagyu

17 Agustus 2021
Sering Bikin Ngaret, Segini Durasi ‘Sebat Dulu’ kalo Beneran Dihitung mojok.co
Liputan

Sering Bikin Ngaret, Segini Durasi ‘Sebat Dulu’ kalo Beneran Dihitung

18 April 2021
Hakim Nggak Percaya Nunung Depresi Hanya karena Ia Tampil Cengengesan MOJOK.CO
Pojokan

Hakim Nggak Percaya Nunung Depresi Hanya karena Ia Tampil Cengengesan

26 Oktober 2019
Stigma Para Crosshijaber Ketika Mengekspresikan Diri MOJOK.CO
Pojokan

Stigma Para Crosshijaber ketika Mengekspresikan Diri

16 Oktober 2019
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.