MOJOK.CO – Nggak perlu merasa aneh kalau hobi ngobrol sama hewan peliharaan. Kamu nggak gila,kok—eh, ya, sedikit , sih—tapi tenang, ini normal!
Prabowo bisa bicara dengan semut.
Beberapa bulan lalu, kita dikejutkan dengan berita tersebut. Konon, saking besarnya cinta pada binatang, Prabowo sampai dianugerahi kemampuan berkomunikasi dengan mereka, termasuk semut dan nyamuk.
Salah satu asisten pribadi Prabowo jadi saksinya. Dalam akun Instagram pribadinya, ia menulis:
“Pernah suatu ketika saat sarapan pagi, salmon yang akan dimakan oleh Pak Prabowo di kerubuti oleh semut, lalu secara reflek saya mengabil salmon itu dengan niat mengganti dgn salmon yang baru.
“Kemudian Pak Prabowo mencegah, lalu mengambil piring salmon yang di kerubuti oleh semut2 tadi dan berkata ‘semut, saya mau makan, tolong kamu jangan disini’, lalu piring salmon itu di letakan persis di meja kecil disebelah kursi bapak. Lalu apa yg terjadi? Kurang dari 1 menit, salmon itu bersih tanpa ada seekor semut pun yg mengkerubuti salmon tersebut, setelah bersih dari semut Pak Prabowo kemudian memakan salmon tadi.”
Itu baru sama semut. Ini yang sama nyamuk:
“Suatu ketika kami sedang diskusi di office Pak Prabowo di hambalang, mungkin karna pada saat itu musim hujan, jadi ada beberapa nyamuk yang masuk ke office Pak Prabowo. Lalu, salah dua dari nyamuk itu hinggap di tangan Pak Prabowo.
“Dan apa yg terjadi? Pak Prabowo bilang ‘nyamuk, saya sedang rapat, kamu jangan disini, nanti kamu di bisa di tepuk sama rizki’. Sama seperti si semut tadi, tidak butuh waktu lama, nyamuk2 itu langsung pergi.”
Meski semut dan nyamuk tadi bukan hewan peliharaannya, Prabowo tetap mengajak mereka ngobrol dan kebetulan langsung berhasil. Tak heran kalau asisten probadi Prabowo ini kegirangan dan langsung menjadikan kisah ini sebagai konten feed Instagramnya.
Yah, lumayan, lah. Zaman sekarang kalau mau upload foto di feed memang cukup problematis—harus tampak setema dengan foto-foto sebelumnya atau foto berikutnya biar (((aesthetic))).
Apa yang Prabowo lakukan mungkin tampak aneh dan menggelikan bagi sebagian orang. Nyatanya, ia justru merupakan hal yang konon bisa mendorong terbangunnya kesehatan mental.
[!!!!!!!!!11!!!1!!!!]
Ngajak Ngobrol Hewan Peliharaan Itu Bukan Hal yang Aneh
Pertama-tama, bukan merupakan rahasia kalau kita semua tahu Prabowo memelihara kucing dan kuda. Fakta bahwa semut dan nyamuk aja diajak ngobrol tentu tidak menutupi kemungkinan bahwa ia melakukan hal yang sama pada kucing dan kudanya; hewan-hewan yang jelas menjadi hewan peliharannya.
Jangankan Pak Prabowo, teman saya saja begitu. Sebutlah namanya Rawon—ia memelihara 15 kucing di rumahnya dan keseluruhan kucing ini dianggap sebagai anaknya sendiri.
“Sebentar, ya, aku ke sana setelah kasih makan anakku dulu.”
“Aku sedih banget, anakku lagi sakit. Tadi pagi nggak sengaja aku injek soalnya dia baru lahir.”
“Ayo, sini duduk dulu ya di ruang tamu. Aku panggil anakku dulu—Darling, sayang, ma cherry, Mama pulang nih. Kalian di mana?”
Rawon mengajak bicara kucingnya setiap hari, mulai dari soal kerjaan, drama Korea, sampai permasalahan ibu-ibu kompleks. Kalau kucing-kucing ini adalah alat rekam suara, saya yakin mereka udah njebluk saking penuhnya memori, tapi untung mereka kucing.
Tanggapan yang didapat Rawon biasanya cuma “meong” yang normal, lengosan, atau bahkan tahi yang hangat, tapi hal ini tidak menyurutkan semangatnya. Rawon tetap mencintai hewan peliharannya dan mengajaknya mengobrol.
Ekspektasi yang Besar dan Menenangkan Saat Bicara dengan Hewan Peliharaan
Waltham Centre for Pet Nutrition, sebuah organisasi penelitian di Leicestershire, UK, pernah melakukan penelitian interaksi hewan dan manusia. Menurut mereka, hewan peliharaan terbukti mampu membantu manusia kesepian untuk terhubung lebih baik dengan makhluk lain. Secara sederhana, mereka dapat mengurangi sifat pemalu dari dalam diri manusia.
Penelitian ini seolah mengamini apa yang telah terpublikasi dalam jurnal BMC Psychiatry. Di sana disebutkan bahwa memelihara hewan bakal berpengaruh positif pada kesehatan mental, bahkan termasuk mengurangi dampak-dampak gangguan jiwa.
Penderita depresi, skixofrenia, bipolar, hingga gangguan stres pasca-trauma telah dilibatkan pada penelitian ini dan dapat disimpulkan bahwa hewan peliharaan memberi rasa keamanan ontologis. Jenis keamanan ini adalah perasaan stabil yang bermakna dalam kehidupan seseorang.
Yah, kalau memelihara aja sudah memberi rasa aman, wajar-wajar aja juga dong kalau kita jadi kebawa nyaman dan mengajak ngobrol mereka?
Lagi pula, hewan peliharaan memberikan respons yang tak kalah menarik dan lucunya. Kadang, kita (hah, kita???) bisa mengajaknya jalan-jalan, lalu ia bergerak ke pintu atau cuma menggoyangkan ekornya. Kadang, kita menyodorkannya makanan sambil menggoda, ia langsung lompat kegirangan atau hanya mengendusnya dengan sok cool.
Ah, peduli amat mereka beneran mengerti atau nggak, tapi satu hal yang pasti:
…sekali kita merasa terikat dengan hewan peliharaan, kayaknya agak mustahil membayangkan mereka nggak ngerti dengan apa yang sedang kita coba bicarakan. Dengan kata lain, apa pun—sekali lagi, apa pun—respons yang mereka berikan, kita akan selalu—sekali lagi, selalu—melihat sesuatu yang “seperti manusia” dalam diri mereka dalam merespons kita sehingga kita pun terus menerus mengajak ngobrol mereka.
Artinya, apa pun respons mereka, kita bakal menganggap itulah cara mereka menanggapi apa yang kita katakan—padahal bisa saja aslinya mereka bener-bener nggak ngerti dan bersikap B aja.
Ya, ya, ya—dasar manusia tukang pemupuk harapan dan ekspektasi!