MOJOK.CO – Dapet IPK 4 tuh gampang. Saya yakin semua orang bisa melakukannya. Nih saya kasih tahu resepnya: kemauan untuk baca!
“Nilai IPK 4 gak jamin lo sukses, jadi jan bangga deh haha”.
Seseorang bisa menjadi sangat bitter ketika tidak bisa mendapatkan apa yang sangat dia inginkan. Lalu, untuk menutupi insecurity dan incapability-nya itu, dia menjatuhkan dan mendelegitimasi pencapaian orang lain yang berhasil mendapatkannya.
Kalau nemu orang kayak gitu, udaaah, bisikin aja, “jancok, makanya usaha lebih keras lagi. Jangan malah iri dan nyinyir kayak gini.”
Kata-katanya emang nggak salah sih. IPK 4.00 emang nggak ngejamin orang sukses (lagian definisi suksesnya dia nih apa dah). Tapii, bukan berarti dia harus mendelegitimasi kerja keras orang yang ambis pengin dapat IPK 4.00 dong. Lagian, apa coba salahnya kalau orang pengin punya IPK 4.00?
Biar nggak ada yang suka iri dan nyinyir gini, saya mau kasih tahu tahu cara dapat IPK 4 deh (kecuali kamu maba, dapat IPK 4.00 udah nggak mungkin yha wqwq). Ini cara yang saya dapatkan setelah melakukan riset panjang selama 8 semester, berdasarkan Pengalaman menjadi orang terdekat dosen (baca: asdos) yang suka disuruh ngoreksi nilai ujian, masuk-masukin nilai ke sistem akademik, dst dst.
Hasilnya, saya menyimpulkan bahwa sebenarnya dapat IPK 4 selama kuliah itu sebenarnya mudah. Sudah saya praktekan sendiri, tingkat keberhasilannya ada di angka 90%. Nih saya bocorin caranya:
Untuk dapat IPK 4 artinya kita harus dapat nilai A di semua mata kuliah yang kita ambil. Nah, rumus nilai A itu: Keaktifan di kelas (10%) + Tugas individu (10%) + Tugas Kelompok (20%) + UTS (30%) UAS (30%).
Dalam tulisan ini, mari kita kesampingkan dulu pembahasan mengenai tugas kelompok karena seambis apa pun kita, kalau dapat kelompok sampah, ya bakal susah. Kalau soal ini, banyak-banyak berdoa biar dapat teman sekelompok yang enak aja. Ingat, manusia cuma bisa berencana, tuhan yang menentukan.
Jadi kita akan fokus di keaktifan kelas + tugas individu + UTS + UAS yang kalau ditotal dapat poin 80% cukup untuk mengamankan nilai A sejeblok apa pun nanti tugas kelompoknya.
Saya mulai dari keaktifan di kelas ya.
Keaktifan di kelas bisa diukur dengan bikin dosen terkesan. Betul, kita nggak boleh naif. Kita tahu kadang dosen juga suka bias ngasih nilai yang lebih tinggi ke mahasiswa yang dia kenal, atau pernah bikin dia terkesan.
Selama ini kamu cupu dan tidak begitu dikenal dosen? Tenang, jangan khawatir. Bikin dosen terkesan itu gampang kok! Kuncinya: baca bahan yang akan dia ajarkan sebelum masuk ke kelas. Se-killer apa pun dosen, kalau kita bisa jawab pertanyaan yang dia ajukan, dia pasti akan terkesan dengan kita.
Kesalahan pertama mahasiswa, masuk kelas dengan otak yang kosongan. Udah datang nggak ada persiapan apa-apa, buku catatan nggak pernah bawa, ruangan kelasnya lupa di mana, bahkan ada juga yang sampai nggak tahu hari itu sebenarnya ada matkul apa aja. Kalau kamu tipe yang kayak gitu, istigfar dulu. Jangan ngarep dapat nilai A sebelum perbaiki niat belajarnya…
UTS dan UAS
Untuk dapat nilai sempurna di UTS dan UAS, kuncinya adalah: pelajari silabus yang diberikan dosen di pertemuan pertama. Kedua, lihat materi apa saja yang jadi “output” pembelajaran. Pelajari deh “output” yang tercantum itu di materi/buku yang dijadiin referensi sama dosennya. Dah, gitu aja.
Oiya, saya bocorkan sedikit rahasia. Dosen nih kadang males juga upgrade materi yang dia ajarkan, jadi, apa yang akan dia jelaskan sebenarnya sudah menjadi semacam template yang terus menerus diulang di beberapa semester ke belakang. Kalau nggak punya waktu baca keseluruhan materi, cari tahu aja tipe soal kuis, atau UTS dan UAS yang pernah dosen itu berikan.
Udah, itu aja kuncinya biar dapat nilai A. Cuma butuh kemauan untuk baca aja sebenarnya. Saya yakin semua orang bisa melakukannya.
Tapi kenapa coba nggak banyak mahasiswa mau mengeluarkan effort membaca kaya gitu? Jawabannya Cuma dua. Kalau nggak males, ya ngagampangin.
Dua hal itu juga yang bikin pergaulan mahasiswa kurang menghargai kerja keras. Yang rajin dikata-katain ambis. Padahal apa salahnya coba jadi ambis?
Yang salah tuh ya, kalau merasa tenang dan aman nggak belajar gara-gara ngelihat teman kita juga melakukan hal yang sama. Lalu lupa kalau saingan kalian tuh bukan cuma mereka aja. Tapi ada jutaan mahasiswa lain di kampus berbeda se-Indonesia. Belum lagi, di pasar tenaga kerja (kalau mau kerja) nanti bakal ada pesaing tambahan dari TKA kalau Omnibus Law Cilaka disahakan wqwq. MAMAM.
IPK 4.00 emang nggak menjadi jaminan untuk sukses. Tapi, setidaknya, dengan punya IPK baik, kalian punya lebih banyak kesempatan. Misal, mau daftar CPNS. Kalau IPK kalian cum laude, kalian bisa masuk formasi khusus yang saingannya juauauauuh lebih sedikit dari formasi reguler. Mau cari beasiswa S2? Lebih bisa lagi. Rata-rata pemberi beasiswa S2 mensyaratkan IPK di atas tiga.
Nilai emang bukan segalanya. Pada akhirnya kemampuan bertahan hidup selepas kuliah akan ditentukan oleh fleksibilitas dan kemampuan kita untuk beradaptasi. Jangan terlalu kaku dengan hanya terus menerus belajar. Ingat juga bahwa pertemanan dan Pengalaman tidak kalah penting dari nilai “A” yang menghiasi lembar KHS kita.
Oiya terakhir, meskipun ngejar IPK 4.00, sempetin pacaran juga yaaa. Belajar bisa jadi 2x lipat lebih menyenangkan kalau dilakukan sambil yang yangan.
BACA JUGA 5 Alasan Kenapa Orang Suka Kepo IPK Kamu Berapa dan artikel menarik lainnya di POJOKAN.