Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Puja-Puji untuk Lord Didi Kempot, Bapak Patah Hati Nasional

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
10 Juni 2019
A A
didi kempot
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sebuah acara di Taman Balekambang yang menghadirkan maestro campursari Didi Kempot pada Minggu malam lalu menjadi momen yang rasa-rasanya tak akan pernah dilupakan oleh segenap Kempoters (penggemar Didi Kempot) di berbagai penjuru daerah. Pasalnya, acara tersebut sukses mengangkat nama Didi Kempot menjadi trending topik di Twitter selama beberapa saat.

suasana surakarta sad boy club ketika menonton God Father of broken heart “Didi Kempot” yang dipimpin langsung oleh @jarkiyo pic.twitter.com/chpMQOrMVx

— ? (@trialdinoo) June 9, 2019

Momen yang kemudian membuat banyak orang menuliskan kekagumannya pada sosok Didi kempot. Momen yang membuat orang-orang beramai-ramai menuliskan kenangannya akan lagu-lagu Didi Kempot. Puja-puji Didi Kempot berseliweran.

Didi Kempot memang layak mendapatkan penghormatan yang demikian.

Di dunia ini, tidak ada yang bisa menandingi Didi Kempot. Tidak Robbie Williams, tidak Frank Sinatra, tidak pula Nat King Cole, semuanya tak bisa. Sebab Didi Kempot adalah semesta yang lain.

Ia lelaki luar biasa yang oleh banyak orang dijuluki sebagai “God Father of broken heart”, bapak patah hati. Julukan yang sebenarnya sangat kurang tepat, sebab Didi kempot adalah broken heart itu sendiri.

Didi Kempot, pada titik tertentu, ia jauh lebih besar dari Jokowi.

Saya bertemu langsung dengan dia pertama kali enam tahun lalu di Hotel Sahid Jaya. Saat itu, dia keluar dari bar hotel, sementara saya sedang duduk di lobi. Melihatnya, tak butuh waktu lama bagi saya untuk segera menghampirinya dan meminta berfoto bersamanya.

Dia berjalan pelan. Sangat anggun namun tetap gagah. Dari jarak yang sangat dekat, aura patah hati terasa sekali. Mungkin di dunia ini, hanya Didi Kempot, yang mampu membuat seseorang patah hati bahkan tanpa perlu jatuh cinta lebih dahulu.

agus mulyadi didi kempot

Saat bertemu dengan saya, ia memakai kaos bertuliskan huruf LE. Ini bukan huruf biasa, melainkan dua huruf awal dan akhir dari kata LOVE. Ada semiotika di sana. Bahwa cinta itu soal mengawali dan mengakhiri. Sedangkan perjalanannya, adalah petualangan yang penuh misteri. LE bisa menjadi LIVE, hidup. Bisa pula menjadi LOSE, kehilangan.

Didi Kempot bukan semata penyanyi. Ia adalah dimensi waktu. Maka tak berlebihan jika kemudian ada istilah “Waktu Indonesia bagian kembang tebu sing kabur kanginan.”

Katon Bagaskara boleh saja membuat Jogja menjadi tempat yang melemparkan ingatan masa lalunya, atau John Denver membikin West Virginia-nya sebagai labirin nostalgianya. Namun Didi Kempot, baginya kenangan bisa tercecer di mana saja. Di Stasiun Balapan, di Terminal Tirtonadi, di Terminal Kertonegoro, di Pantai Klayar, di Tanjung Mas, di Gunung Purba Nglanggeran, di Parang Tritis. Semuanya adalah lumbung-lumbung kenangan.

Ia penyanyi yang mampu menembus sekat-sekat ketidakmungkinan. “Sewu kuto, uwis tak liwati,” ujarnya dalam lagunya. Padahal jumlah kota dan kabupaten di Indonesia hanya 415. Artinya, ia menembus batas negara untuk mengejar cinta sucinya. Tak banyak yang sanggup berjuang dengan perjuangan yang lebih sakit dari pada dia.

Iklan

Perjuangan yang ketika ia yakin ia tak bisa memenangkannya, ia merelakannya, dengan ikhlas. “Umpamane kowe uwis mulyo, lilo aku lilo.”

Cobalah kau sesekali menonton konsernya. Konser yang akan terasa sangat aneh, sebab tak ada air mata yang menetes, namun kepedihan terasa mengalir deras sekali.

Pada akhirnya, kita semua memang harus mengakui. Dia bukan seorang penyanyi. Kita salah besar. Sebab, dialah nyanyian itu sendiri.

Semua ibu melahirkan anak, tapi tidak dengan ibunya Didi Kempot, ia melahirkan legenda.

Hanya di tangan Didi Kempot-lah, negara seperti Swiss yang kuat meski tanpa tentara itu bisa luluh menjadi pesakitan.

*Swiss sakmestine, ati iki nelongso.

Terakhir diperbarui pada 15 September 2020 oleh

Tags: Didi KempotPatah Hati
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On Karena Cinta yang Kandas MOJOK.CO
Ragam

Refleksi Akhir Tahun: Kisah-kisah Move On dari Cinta yang Kandas

26 Desember 2023
patah hati mojok.co
Liputan

Derita dan Tawa Patah Hati: Nangis-nangis Dahulu, Merayakan Kemudian

26 Juni 2023
merayakan patah hati mojok.co
Hiburan

Pengin Merayakan Patah Hati Bersama Mojok, Simak Nih Caranya!

17 Juni 2023
Video

Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, dan Warisan Besar Musik Jawa.

2 Maret 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.