Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Privilege adalah Perkara yang Tidak Sederhana tapi Diskusinya Itu-itu Aja

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
8 Juli 2020
A A
Privilege adalah Perkara yang Tidak Sederhana tapi Diskusinya Itu-itu Aja

Privilege adalah Perkara yang Tidak Sederhana tapi Diskusinya Itu-itu Aja

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Privilege adalah sebuah keistimewaan yang belakangan bikin jiwa-jiwa netizen bergejolak. Alih-alih debat dan putus asa, mendingan pahami dulu istilah privilege sebenarnya apa.

Sebagai pengamat lini masa akun Twitter saya sendiri, ada temuan menggemaskan yang bikin saya sadar orang-orang ini sedang galau sama social inequality. Padahal sila kelima aja berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” tapi masih banyak jiwa-jiwa yang merasa dizalimi sama keadaan. Pokoknya hidup ini nggak adiiil…. *menengadahkan kepala pada langit*

Dulu obrolan seputar privilege adalah topik yang cukup berat dan serius, Angga Sasongko dan Eka Kurniawan pernah turun tangan. Sempat nggak ada yang ngomongin, anak-anak Twitter mulai membahas prilege atau privilese yang melibatkan seorang mahasiswa bernama Raeni yang bisa lanjut S-3 di Inggris. Jerome Polin turun tangan.

Diskusi mengenai privilege sering luput dari bagaimana privilege itu sendiri terbentuk dan bagaimana distribusinya dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan diskusi ini juga kadang melibatkan orang-orang yang sudah punya privilege sendiri sehingga obrolannya kebanyakan subjektif banget. Baru-baru ini ada juga thread yang membahas tentang kesuksesan Nadiem Makarim sampai Maudy Ayunda.

Percaya ga sih org kayak ini ga bisa jadi tolak ukur sukses mentah mentah. Bapaknya adalah anwar makarim. Org sekelas hotman perna kejar di bapaknya pic.twitter.com/2qIloGkWah

— dhico (@menjadiJoyBoy) July 6, 2020

Social privilege adalah sebuah kondisi spesial, keadaan khusus, atau keuntungan yang dimiliki seseorang tanpa ia harus berusaha mendapatkannya. Kondisi spesial ini bakal membantu seseorang atau suatu kelompok mendapatkan keistimewaan sosial dan melanggengkannya. Sementara pihak lain yang tidak memilikinya cuma bisa sambat.

Konsep dan teori privilege sudah hadir sejak abad ke-19 dan sama sekali nggak bisa dibilang problem milenium. Hampir semua masyarakat dari berbagai era punya struktur sosial dan mengalami saat-saat saling mencibiri orang yang suksesnya dibantu privilege.

Privilege adalah perkara kompleks yang sebenarnya sangat tidak sederhana. Termasuk di dalamnya ketidakadilan kelas sosial, usia, disabilitas, etnik dan kategori ras, ketidakadilan gender, orientasi seksual, bahkan agama. Apa yang dibilang istimewa di Indonesia belum tentu jadi istimewa di Amerika begitu pun sebaliknya. Karena privilege benar-benar terpengaruh oleh budaya.

Coba kita kembali ke akar dan merenung sebenarnya selama ini kita lagi ngeributin apa sih?

Pembahasan yang paling ngepop beranggapan bahwa privilege adalah sebagaimana kekayaan orang tua, yang bikin akses pendidikan seseorang makin baik, hingga akhirnya dia pun bisa bertemu dengan sesama orang kaya dan orang-orang pintar lain dan menjadi sukses atas apa yang mereka tempuh. Contoh paling gampang memang Nadiem Makarim dan Maudy Ayunda.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan mereka berdua, jalan nasib mereka jelas berbeda lah sama saya, sama kamu, atau sama ribuan anak lain di Banyuwangi yang mau sekolah aja harus nyebrang sungai. Beda banget.

Tapi yang luput dibahas tentang privilege adalah bagaimana ‘keistimewaan’ ini bisa didistribusikan dan sifatnya intersectionality. Nadiem Makarim mungkin punya privilege sebagai anak dari alumni Harvard sehingga bisa mengikuti jejak sang ayah untuk kuliah ditempat yang sama. Tapi beliau belum tentu punya privilege untuk main di kali sampai hanyut, cari udang sampai badan kedinginan, merasakan masa kecil yang fearless kayak Agus Mulyadi yang dari pengalaman-pengalaman kocak itu bisa melahirkan banyak tulisan lucu.

Maudy Ayunda punya privilege sebagai anak tajir sampai bisa kuliah di Stanford, tapi dia nggak pernah bisa dapat white privilege sebagai anak Eropa di sana. Privilege adalah konsep yang tidak mutlak dan bisa didistribusikan, tergantung dengan siapa kamu membandingkan. Maka perdebatan di dalamnya bisa benar-benar relatif dan sampai mati pun nggak ada titik temunya.

Lagian kenapa sih selalu membahas kekayaan orang. Iya, saya juga kadang iri dan silau. Pengin bisa kaya tanpa peduli modal apa yang saya belum punya. Tiba-tiba pengin solat terus sampai dapat duit satu miliar. Tapi cara kerja kehidupan nggak begitu, je.

Iklan

Privilege itu lebih luas dari sekadar ngomongin akses dan duit, itu semua perkara relatif dan rentan. Privilege adalah tentang semua ketidakadilan di muka bumi. Rasisme juga bisa berkaitan sama privilege orang kulit putih, ruang aman bagi perempuan juga ada hubungannya sama privilege gender laki-laki.

Agar pembahasan soal ini nggak lantas membuatmu kayak orang yang cuma iri dengki, alihkan pada perjuangan mengubah strukturnya. Privilege adalah perkara sistemik yang nggak bisa selesai hanya dengan sambat sama orang yang ‘dianggap’ sukses. Kemiskinan terjadi secara struktural, lalu ada nggak sih caranya buat mentas dari bokek turun-temurun ini? Nah ini yang harusnya dicari.

BACA JUGA Sukses di Usia Muda Seperti Jessica Tanoesoedibjo, Mana Mungkin Bisa? atau artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2021 oleh

Tags: ketidakadilanmedia sosialprivilege
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial MOJOK.CO
Kilas

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial

9 September 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
pemilih pemula mojok.co
Kotak Suara

Survei CSIS: Pemilih Pemula Manfaatkan Medsos sebagai Sumber Informasi

6 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.