Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Pohon Hias dan Kenangan yang Susah Untuk Didebat

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
21 Juli 2019
A A
kenangan
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Sejak akan menikah, saya jadi lebih peduli dengan kondisi rumah. Tembok rumah yang biasanya saya biarkan pudar dan kelabu entah sampai kapan, sekarang jadi lebih saya perhatikan, saya belikan cat yang baru agar warnanya tampak lebih cerah dan ceria.

Posisi lemari dan aneka perabot yang biasanya saya biarkan saja berada di tempatnya, sekarang mulai saya tata dan saya pindah biar lebih sesuai dengan kaidah penataan ruang, setidaknya penataan ruang versi saya sendiri.

Buku-buku yang seringnya tergeletak begitu saja di ruang tengah, kini akan langsung saya pungut dan saya letakkan di rak, tempat sebagaimana mestinya.

Kesadaran-kesadaran kecil ini muncul setelah saya beberapa kali main ke rumah calon mertua saya yang, walau tidak besar, tapi sangat rapi dan bersih.

Hal tersebut memacu saya untuk membuat rumah saya (yang jauh lebih kecil dari rumah bapak pacar saya) setidaknya tidak kalah dan tidak malu-maluin. Minimal dari sisi estetika.

Dari seluruh elemen yang ada di rumah saya, hal yang bagi saya cukup menganggu adalah dua pohon yang ada di depan rumah. Yang satu pohon dewa ndaru, satunya lagi pohon puring. Yang pohon dewa ndaru milik paklik saya, sedangkan si puring milik bapak saya.

Saya sebut mengganggu sebab memang begitu kenyataannya. Si dewa ndaru, alih-alih berfungsi sebagai pohon hias yang teduh, ia malah lebih sering digunakan sebagai jemuran kain lap alias gombal. Sedangkan si pohon puring tak jauh berbeda nasibnya, bentuk cabangnya yang sedemikian tidak teratur membuatnya sama sekali kehilangan jiwa hiasnya. Padahal dulu bapak menaruh pohon tersebut salah satu tujuannya adalah sebagai pencuci mata.

Saya bermaksud menebang dua pohon ini dan menggantinya dengan pohon hias yg lain agar lebih estetis.

Nenek sudah mengizinkan, emak pun senada.

Namun akhirnya, penebangan urung terjadi. Sebabnya, kedua empunya pohon melarang saya dengan alasan yang sama: Kenangan.

Paklik saya berdalih, pohon dewa ndaru yang ia tanam itu adalah kenang-kenangan sewaktu dulu ia masih bekerja di pabrik payung. Paklik saya memang bekerja di sebuah pabrik payung selama belasan tahun sebelum akhirnya ia diberhentikan karena ada penguragan karyawan besar-besaran.

Kata Paklik saya, bakal pohon dewa ndaru itu ia ambil dari salah satu kebun di salah satu area pabrik tempat ia pernah bekerja cukup lama itu.

Bapak saya pun begitu. Ia menganggap kalau pohon puring (yang sama sekali tidak elok bentuknya) ini menjadi kenang-kenangan hobi masa mudanya, yakni berburu puring di berbagai pelosok pemakaman di sekitaran Magelang.

Nah, puring yang ada di depan rumah ini adalah salah satu hasil buruannya.

Iklan

Saya adalah lelaki yang lumayan pandai berdebat dan berargumentasi. Tapi khusus untuk berdebat tentang penebangan dua pohon yang menganggu ini, entah kenapa, saya rasanya mati kutu.

Saya merasa kalah cocot, saya kalah hak, saya kalah segalanya.

Saya bisa mendebat banyak hal, tapi tidak dengan kenangan. Dalam substansi apa pun, yang namanya kenangan memang susah sekali untuk didebat.

Yah mau bagaimana lagi, kenangan tetaplah kenangan. Sejelek dan semengganggu apapun itu.

Terakhir diperbarui pada 21 Juli 2019 oleh

Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

Wali Kota Semarang uji coba teknologi bola GPS untuk mitigasi banjir Semarang MOJOK.CO
Kilas

Bola GPS Jadi Teknologi Mitigasi Sumbatan Air Penyebab Banjir di Simpang Lima Semarang

13 Desember 2025
Jadi omongan saudara karena sarjana nganggur. MOJOK.CO
Ragam

Putus Asa usai Ditolak Kerja Ratusan Kali, Sampai Dihina Saudara karena Hanya Jadi Sarjana Nganggur

12 Desember 2025
Dalil Al-Qur'an dan Hadis agar manusia tak merusak alam, jawaban untuk tudingan wahabi lingkungan dari Gus Ulil ke orang-orang yang menjaga alam MOJOK.CO
Catatan

Dalil Al-Qur’an-Hadis agar Tak Merusak Alam buat Gus Ulil, Menjaga Alam bukan Wahabi Lingkungan tapi Perintah Allah dan Rasulullah

12 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

11 Desember 2025
Makin ke sini pulang merantau dari perantauan makin tak ada ada waktu buat nongkrong. Karena rumah terasa amat sentimentil MOJOK.CO

Pulang dari Perantauan: Dulu Habiskan Waktu Nongkrong bareng Teman, Kini Menghindar dan Lebih Banyak di Rumah karena Takut Menyesal

12 Desember 2025
ILUNI UI gelar konser untuk bencana Sumatra. MOJOK.CO

ILUNI UI Gelar Penggalangan Dana untuk Sumatra lewat 100 Musisi Heal Sumatra Charity Concert

6 Desember 2025
UB Kampus Liar, UGM Ajari Mahasiswa Gak Omong Kosong MOJOK.CO

Pengalaman Saya Menjadi Mahasiswa yang Jago Bertahan Hidup di UB, lalu Tiba-tiba Menjadi Pintar ketika Kuliah di UGM

9 Desember 2025
Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

Perjalanan Aswin Menemukan Burung Unta: Dari Hidup Serabutan hingga Membangun Mahaswin Farm

10 Desember 2025
Gaji Rp2 jutaan pekerja pabrik Rembang ludes di awal bulan demi sewa LC, judi slot, hingga modif motor MOJOK.CO

Gaji Cuma Rp2 Juta Ludes di Awal Bulan demi Sewa LC, Judi Slot, dan Modif Motor. Biarkan Orang Tua Merana

10 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.