Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Perjalanan Pulang Terasa Lebih Cepat karena Kita Suka Harapan Palsu

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
19 Desember 2018
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Perjalanan berangkat ibarat PDKT di awal pacaran, sedangkan perjalanan pulang terasa lebih cepat—persis seperti momen balikan dengan mantan.

Dalam banyak perjalanan bersama teman-teman, saya yakin banyak di antara kita yang pernah berucap—atau setidaknya mendengar orang lain berkata—penuh keterkejutan, menyadari kita tahu-tahu sudah sampai kembali ke titik awal keberangkatan. Seruan semacam, “Loh, udah sampai rumah!” atau “Kok pulangnya cepet banget, ya, rasanya?” adalah ekspresi yang sebenarnya basi karena madingnya sudah terbit telah dijelaskan dalam sebuah istilah ilmiah bernama Return Trip Effect .

Apa??? Kamu baru pernah mendengar istilah Return Trip Effect sekarang??? Makanya nggak usah mikirin mantanmu terus, mylooooovvv~

Pernah dengar ungkapan “Time flies so fast”? Dalam perihal perjalanan pulang, ungkapan ini ternyata benar-benar terjadi. Dalam sebuah perjalanan panjang, durasi keberangkatan umumnya terasa lebih lama dibandingkan durasi perjalanan pulang. Bukan cuma waktu kita (hah, kita???) mudik naik bus atau mobil saja, efek ini juga dirasakan oleh Alan Bean, seorang pilot modul lunar di Apollo 12 yang melakukan perjalanan luar angkasa tahun 1969. Selepas pulang ke Bumi, ia berkata, “Perjalanan pulang dari bulan tampaknya berlangsung lebih cepat.”

Pertanyaannya: kenapa, sih, perjalanan pulang terasa lebih cepat??? Kenapa nggak dua-duanya—baik perjalanan pulang maupun perjalanan berangkat—terasa sama-sama cepat biar waktu terasa lebih efektif dan efisien??? Kenapa, sih, dia harus selingkuh dan mengkhianati kita padahal kita udah sayang banget sama dia??? Kenapa???

Penyebab fenomena ini telah menjadi topik penelitian ilmiah sejak bertahun-tahun lalu. Beberapa teori pun bermunculan, menj-jlentreh-kan alasan-alasan yang mungkin menjadi penyebab Return Trip Effect. Dua teori pertama yang muncul berkaitan dengan perasaan familiar dan ekspektasi seperti yang pernah disebutkan oleh Niels van de Ven, seorang psikologi sosial dari Tilburg University, Belanda.

Mula-mula, Niels menjelaskan bahwa teori familiaritas memungkinkan perjalanan berangkat terasa lebih lama karena seseorang masih asing dengan keadaan jalan yang dilalui. Keadaan ini tentu berbeda dengan perjalanan pulang, terlebih bagi mereka yang melewati rute yang sama.

Untuk membuktikan hipotesis ini, Niels melakukan uji coba pada dua kelompok yang bepergian ke dan dari sebuah tempat secara singkat. Satu kelompok melewati jalan berangkat dan pulang dengan rute yang sama, sedangkan yang lain tidak. Jika teori familiaritas Niels terbukti, semestinya kelompok yang pulang melewati rute berbeda tak akan merasakan Return Trip Effect. Nyatanya, Saudara-saudara, kedua kelompok sama-sama merasakan Return Trip Effect, bahkan yang benar-benar terukur dengan angka. Secara general, durasi rata-rata perjalanan pulang kedua kelompok adalah 37 menit, sedangkan perjalanan berangkat memakan waktu hingga 44 menit.

Dari hasil uji coba di atas, teori familiaritas ini pun rontok dengan sendirinya, persis seperti harapanmu untuk menjadi kekasihnya Jimin BTS. Mamam, noh!!!11!!1!!1!!!

Lagi pula, teori familiaritas pada kasus perjalanan pulang terasa lebih cepat ini terpatahkan pula dalam perjalanan bolak-balik naik pesawat dan kapal. Ya mau gimana lagi—sepanjang perjalanan berangkat dan pulang, penumpang di pesawat dan kapal cuma bisa lihat hamparan awan dan air laut yang membentang. Terus, familiar dari mananya, coba? Nggak mungkin juga, kan, ada penumpang yang bilang, “Wah, itu kan percikan air yang tadi keluar dari gelombang ombak pertama kali waktu kita melewati jarak 500 meter dari pelabuhan,” atau “Wah, itu kan awan yang tadi menggumpal berbentuk hati itu, loh!”???

Nah, karena teori familiaritas tidak terbukti, Niels melakukan studi lebih lanjut. Akhirnya, ia menemukan istilah bernama pelanggaran harapan (“a violation of expectation”).

Bagi Niels, Return Trip Effect muncul dengan urutan begini: 1) sebelum berangkat, kita cenderung bakalan sok tahu memperkirakan durasi perjalanan; 2) kita merasa perjalanan berangkat berlangsung lebih lama daripada ekspektasi waktu yang kita perkirakan sebelumnya; 3) akibatnya, dalam perjalanan pulang, kita membuat ekspektasi waktu lebih lama daripada perjalanan berangkat; 4) ternyata, perjalanan pulang terasa lebih cepat dan memang terjadi dalam durasi yang lebih singkat.

Mengerti, kan, kenapa Niels memberi nama teori ini pelanggaran harapan? Ya karena kita-kita ini (hah, kita???) terjebak pada ekspektasi-ekspektasi kita sendiri alias harapan palsu :(((

Eh tapi, kok bisa gitu, ya??? Kenapa kita harus merasa perjalanan berangkat lebih lama daripada ekspektasi??? Terus, kenapa pula kita malah sok-sokan memperkirakan perjalanan pulang bakal memakan waktu yang bahkan lebih lama lagi??? Yang lebih penting lagi, kenapa penjelasannya harus se-mumeti ini, sih???

Iklan

Poin nomor dua  hingga empat dalam kronologi terciptanya Return Trip Effect nyatanya muncul sebagai akibat dari beberapa faktor. Sangat mungkin ia terjadi karena kita (hah, kita???) meng-overestimate perjalanan berangkat. Bisa saja, waktu kita berangkat berlibur, kita masih dalam keadaan umub melepaskan diri dari sisa-sisa tanggungan deadline kampus dan pekerjaan sehingga waktu berangkat terasa lebih lama. Sebaliknya, perasaan yang lebih baik juga bisa mendorong kita mengalami ilusi perjalanan pulang terasa lebih cepat.

Yah, dari fenomena Return Trip Effect ini, setidaknya para budak cinta alias bucin kayak kita (hah, kita???) bisa memetik sebuah pelajaran yang tak kalah penting: berekspektasi itu tidak perlu, mylov, sungguh-sungguh tidak perlu dilakukan!

Perjalanan berangkat mungkin ibarat PDKT di awal pacaran karena terasa lama dan mendebarkan. Sementara itu, perjalanan pulang yang lebih cepat bisa kita analogikan pada momen balikan dengan mantan karena Return Trip Effect sendiri mengingatkan kita pada teori balikan, yaitu Return to You Effect (“Uoppppo iki???“).

Meski terasa manis dan nggak perlu makan waktu kelamaan karena sudah saling kenal luar-dalam, sesungguhnya kita baru saja melanggar ekspektasi-ekspektasi dari diri kita sendiri.

Maksud saya, memangnya situ mau mengulang sakit hati yang sama? Eww.

Terakhir diperbarui pada 12 Agustus 2021 oleh

Tags: balikan sama mantanMudikperjalanan berangkat lamaperjalanan pulang terasa lebih cepatreturn trip effect
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

pulang ke rumah, merantau.MOJOK.CO
Catatan

Duka Setelah Merantau: Ketika Rumah Menjadi Tempat yang Asing untuk Pulang

16 September 2025
Berkendara motor malam hari di jalan pantura Surabaya-Semarang taruhannya nyawa MOJOK.CO
Ragam

Kengerian Motoran saat Malam di Jalan Pantura, Hati-hati Saja Tak Cukup kalau Tak Mau Celaka

26 Maret 2025
Sialnya Mudik dari Jogja ke Sumatra karena Percaya Pelni-ASDP MOJOK.CO
Esai

Nasib Sial Mudik dari Jogja ke Sumatra via Merak-Bakauheni Akibat Terlalu Berharap ke ASDP dan Pelni

26 Maret 2025
PT Pertamina Patra Niaga Jawa Bagian Tengah menjamin kualitas BBM dan layanan SPBU di Jogja selama musim mudik lebaran 2025 MOJOK.CO
Kilas

SPBU Jogja Selama Musim Mudik 2025: Stok dan Kualitas Dijamin Aman, 18 Titik Buka 24 Jam

25 Maret 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025
Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.