MOJOK.CO – Kurir adalah pekerjaan yang berat dan penuh risiko, maka sudah sepantasnya kita para penjual dan pembeli membantu meringankan pekerjaan mereka dengan menuliskan alamat yang baik dan jelas.
Kalau mau menilik liputan berseri #Sekrupkecil yang membahas tentang kurir ekspedisi yang dilakukan oleh kawan-kawan Multatuli Project, kita bisa melihat betapa profesi kurir merupakan salah satu komponen vital yang menopang iklim bisnis e-commerce yang kian lama kian tumbuh seiring dengan meningkatnya pengguna internet yang tentu saja dibarengi dengan minat praktik jual-beli barang secara online.
Sayangnya, sebagai profesi yang sangat penting, kurir justru menjadi bagian yang paling rentan dalam lingkaran industri jual-beli online. Bukan hanya menjadi pekerja dengan porsi kerja yang paling besar dan paling berisiko, kurir juga masih kerap “disekunderkan” dengan mendapatkan upah yang amat minim.
Masih di liputan serial yang sama, Multatuli Project juga membuat laman simulasi untuk menghitung upah yang diterima oleh kurir ekspedisi berdasarkan jenis perusahaan pengiriman dan jumlah kiriman yang berhasil diantarkan.
Saya mencoba mensimulasikan diri saya sebagai seorang kurir J&T yang tiap hari mengantar 60 paket. Dan beginilah hasilnya.
Upah tersebut tentu saja sangat jauh bila dibandingkan dengan gaji bulanan karyawan startup yang menurut beberapa riset sekitar Rp7 juta per bulannya. Dalam hasil simulasi tersebut, sebagai kurir, untuk bisa mendapatkan gaji yang didapat oleh karyawan startup, saya harus bekerja mengantarkan 7 ribu paket selama 117 hari.
Dengan beban kerja yang tinggi dan berpadu dengan risiko kerja yang didapat, upah yang diterima oleh para kurir dianggap masih jauh dari kata sejahtera. Tentu saja hal tersebut harus diperhatikan oleh para pengusaha ekspedisi agar memberikan upah yang lebih layak kepada para kurir demi terciptanya iklim kerja yang lebih adil untuk para pemain di bisnis tersebut termasuk kurir.
Nah, sedangkan buat para pembeli dan penjual, kita bisa ikut membantu sedikit “meringankan” beban para kurir dan juga pekerja-pekerja ekspedisi lainnya dengan cara yang sederhana: memberikan alamat pengantaran yang tepat dan jelas.
Maklum saja, dalam bisnis e-commerce di Indonesia, salah satu tantang terbesarnya memanglah persoalan alamat. berdasarkan laporan dari McKinsey % Co., banyak pemukiman di Indonesia yang memang belum menetapkan standar alamat yang jelas dan rinci. Hasilnya, kurir tidak bisa mengandalkan data publik, mereka kadang harus mengandalkan pencarian alamat melalui metode GPS alias Gunakan Penduduk Setempat alias numpang nanya.
Dengan lingkungan yang seperti itu, memberikan alamat pengiriman yang jelas tentu akan sangat membantu.
Ini hal kecil namun sangat penting untuk diperhatikan. Di berbagai platform e-commerce, masih banyak sekali orang yang menyelekan alamat pengiriman. Banyak pembeli yang merasa daerahnya sudah sangat terkenal sehingga ia merasa tak perlu memberikan alamat yang rinci dan jelas.
Di akun txtdrmagelang, misalnya, saya mendapatkan kiriman postingan dari seseorang yang membagikan foto kiriman Shopee dengan alamat yang sangat tidak jelas.
podo angel e, ra kei dusun ro kelurahane malah 🤣 pic.twitter.com/K3iNvC29s2
— 𝖒𝖆𝖙𝖆𝐲𝖚𝖓. (@spiontengen) July 31, 2021
“Depan rumah Pak Judin, Mungkid, Kab. Magelang, Jawa Tengah.” Begitulah alamat yang tertulis dalam kiriman paket yang dipesan melalui Shopee tersebut.
Tentu saja alamat tersebut bakal sangat merepotkan kurir, setidaknya kurir harus berkali-kali menelepon si pengirim paket atau penerima paket untuk memastikan alamat tersebut.
Si penerima kiriman mungkin merasa bahwa Pak Judin adalah sosok yang seterkenal itu, sehingga ia merasa tak perlu menuliskan keterangan RT, RW, dusun, dukuh, atau kelurahan.
Dan lebih menyebalkan lagi, si penjual kok ya tetap memproses kiriman tersebut dan mengirimkannya ke jasa ekspedisi. Padahal seharusnya ia bisa menanyakan kepada pembeli alamat yang lebih jelas dan rinci sebelum memprosesnya.
Sebagai penjual online yang dulu juga pernah bekerja sebagai pengantar barang, saya merasakan emosi yang berdesir saat melihat foto paket tersebut.
Begini, urusan alamat yang jelas dalam bisnis jual-beli online seharusnya menjadi hal yang paling dasar. Alamat yang jelas, mulai dari nama kabupaten, kecamatan, kelurahan, dusun, RT, RW, syukur kalau ada nomor rumahnya, adalah hal yang sangat memudahkan kurir dalam mengantarkan paketnya.
Sialnya ya itu tadi, masih banyak orang merasa bahwa dengan alamat yang sepele pun kiriman pasti sampai. Benar bahwa kiriman tersebut memang sampai, namun tenaga dan pikiran yang dikerahkan oleh petugas ekspedisi dan kurir pasti jauh lebih besar.
Ada banyak orang hanya hanya menulis alamat seperti “Jalan Pedang No. 12, Surabaya”, tanpa RT, RW, kelurahan, dan kecamatan.
Kalau alamatnya unik, mungkin masih bisa sampai. Namun kalau alamatnya tidak unik, maka kiriman pasti bisa nyasar dan tidak sampai. Kurir akan rugi waktu.
Sebagai contoh, kalau ada pembeli menuliskan alamat “Jl Sempor No. 3, Purworejo,” apakah alamat itu bisa sampai? Mungkin bisa, namun akan butuh banyak kesalahpahaman.
Purworejo itu nama yang umum, ia digunakan sebagai nama dukuh, nama desa, nama kecamatan, sampai nama kabupaten. Nah, yang jadi pertanyaan, Purworejo yang mana? Wong dukuh tempat kantor Mojok berdiri itu dukuhnya juga bernama Purworejo.
Di level desa pun begitu, ada banyak desa bernama Purworejo (Di Pati, Wonogiri, Madiun, Malang, dan daerah-daerah lainnya.)
Sebagai nama kecamatan, Purworejo pun bukan hanya satu, melainkan ada dua. Ada Kecamatan Purworejo di Kabupaten Pasuruan, pun ada juga Kecamatan Purworejo di Kabupaten Purworejo.
Jadi, Purworejo mana yang dimaksud? Jangan bikin bingung kurir dan ekspedisi dong.
Contoh yang lain terjadi dalam level kecamatan. Banyak orang hanya menuliskan alamat sampai tingkat kecamatan saja, tanpa menyertakan nama kabupaten/kotamadya-nya. Ini tentu juga membuat tugas pihak ekspedisi menjadi lebih sulit. Ada banyak nama daerah yang namanya sama.
Kalau kita menuliskan Kecamatan Sukoharjo, maka akan ada beberapa Sukoharjo. Ada Kecamatan Sukoharjo di Kabupaten Pringsewu, ada Kecamatan Sukoharjo di Kabupaten Wonosobo, pun ada pula Kecamatan Sukoharjo di Kabupaten Sukoharjo.
Atau yang lebih ekstrem, ada Kecamatan bernama Tebing Tinggi yang tersebar di lima daerah, yakni Kabupaten Balangan, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Kepulauan Meranti. Kabupaten Serdang Bedagai, dan Kabupaten Jabung Barat. Itu belum termasuk Tebing Tinggi sendiri sebagai sebuah kota.
Jadi Tebing Tinggi mana yang dimaksud?
Para pembeli harus sadar, bahwa alamat tempat tinggal mereka tidak seterkenal itu, sehingga jika menuliskan alamat pengiriman, harus sejelas mungkin.
Penjual juga seharusnya bisa bersikap tegas, sebagai orang yang akan mengirimkan paket ke ekspedisi, penjual seharusnya memastikan alamat yang dituliskan sudah jelas sejelas-jelasnya, sehingga tidak perlu memberikan kerjaan tambahan untuk petugas ekspedisi atau kurir dalam mengantarkan paket kiriman.
Mendapatkan laba dari jualan online tentu hal yang penting dan menyenangkan, tapi percayalah, meringankan beban kurir adalah hal yang juga tak kalah penting dan menyenangkan.
Kita akan merasa sangat bahagia saat mendengar teriakan “Pakeeeet!” dari kurir yang mengantarkan kiriman barang kita, maka tak ada salahnya kita juga ikut membahagiakan mereka para kurir dengan meringankan tugas mereka.
BACA JUGA Seorang Kurir Ekspedisi di Antara Beban Kerja, Persoalan Pengirim, dan Keluhan Penerima dan tulisan AGUS MULYADI lainnya.