Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Obituari Markis Kido: Si Ganda Petir Itu Kini Resmi Jadi Legenda

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
15 Juni 2021
A A
Obituari Markis Kido: Si Ganda Petir Itu Kini Resmi Jadi Legenda

Obituari Markis Kido: Si Ganda Petir Itu Kini Resmi Jadi Legenda

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Pebulu tangkis Indonesia, Markis Kido meninggal dunia ketika sedang melakukan kegiatan yang digemarinya: main bulu tangkis

Pernah ada masanya, pemain bulu tangkis itu kena stigma harus bertubuh ramping. Saya mengenal anggapan semacam itu ketika menyaksikan bulu tangkis masih di era Candra Wijaya, Sigit Budiarto, sampai Tony Gunawan.

Apalagi jika bulu tangkis dimainkan di nomor ganda. Lapangan yang kira-kira hanya seluas ukuran ring tinju itu harus dibagi dalam bidang permainan dua orang. Shuttlecock beradu begitu cepat dalam ruang yang begitu sempit, waktu jadi berjalan begitu rapat.

Wajar jika anggapan bahwa hanya pemain-pemain bertubuh ramping saja lah yang mampu mencapai puncak dunia di nomor ganda bulu tangkis. Maklum, pembagiannya ruangnya lebih simpel agar bisa mendukung gerakan-gerakan lincah.

Itulah kenapa saya begitu heran ketika menyaksikan Markis Kido pertama kali di tayangan televisi pada saat Piala Dunia Bulu Tangkis. Kalau kenangan saya tidak memberontak, kira-kira itu terjadi antara tahun 2006 atau 2007. Ini ada satu pemain Indonesia, tubuhnya gempal, tapi kok gerakannya asyik sekali.

Saya tidak begitu ingat siapa lawannya, yang jelas adalah saat itu Markis Kido melawan pasangan ganda putra dari benua Eropa.

Sepanjang permainan yang sangat tidak seimbang itu, saya menyaksikan pembantaian besar-besaran oleh Markis Kido di sana. Seperti menyaksikan Muhammad Ali membantai pemuda Korea Utara yang kurus kurang gizi di atas lapangan bulu tangkis.

Berkali-kali cegatan Markis Kido di depan net meledakkan suara penonton. Lompatannya begitu tinggi, gerakannya intimidatif, begitu kokoh, tapi—anehnya—juga begitu lincah.

Saya ingat satu adegan ketika dua pasangan dari Eropa ini tersungkur di lantai tapi malah tersenyum lebar. Seolah senyum itu berkata, “Level kami ada jauh di bawahnya, tapi Markis Kido bermain kesetanan seperti sedang menghadapi seorang legenda bulu tangkis.”

Satu julukan yang kemudian muncul dari adegan pembantaian itu adalah ini: Markis Kido “si ganda petir”.

Sebuah gambaran yang menggambarkan kesungguhan, keteguhan, dan kekuatan seorang Markis Kido dalam bermain bulu tangkis.

Tubuh gempalnya saat itu menari ke satu sudut lapangan ke sudut yang lain, berlari ke sana kemari seperti penari balet. Lembut, tapi bertenaga. Lincah, tapi tangguh. Ini belum dengan smash-nya yang sangat keras dan menyimpan daya rusak yang dahsyat untuk raket lawan.

Hendra Setiawan, pasangan Markis Kido saat itu sejak 2002, sebenarnya juga tak kalah hebatnya. Hanya saja karena karakter Hendra yang kelewat kalem, baik di luar lapangan maupun di dalam lapangan, gerakan-gerakan Markis Kido jadi jauh lebih menonjol dan menarik untuk ditonton.

Ibarat musisi, jika Hendra adalah seorang gitaris maka Markis Kido adalah seorang penggebuk drum yang enerjik. Harmoni keduanya—setidaknya—membawa alunan gelar-gelar penting pada tahun-tahun setelah kejuaraan itu.

Iklan

Beberapa tahun kemudian, bukan Candra Wijaya, bukan Mohammad Ahsan, tapi Markis Kido lah yang berhasil membawa Hendra Setiawan, pebulu tangkis yang dijuluki “dewa” oleh penggemar bulu tangkis dari Tiongkok, bisa mencapai puncak dunia.

Gelar tertinggi bagi atlet bulu tangkis karena jadi satu-satunya kompetisi bulu tangkis yang dilangsungkan 4 tahun sekali. Ya, medali emas Olimpiade Beijing 2008.

Menghadapi legenda Tiongkok Cai Yun/Fu Haifeng di final, Markis Kido tidak hanya melawan dua pebulu tangkis di hadapannya, tapi juga miliaran rakyat Tiongkok yang mendukung atletnya untuk bisa mendapatkan medali emas  di rumah mereka sendiri.

Akhir ceritanya kita tahu, Markis Kido membalikkan keadaan dari kalah 12-21, menjadi 21-11 dan 21-16. Puncak karier seorang pebulu tangkis profesional yang akhirnya bisa dicapai bagi kakak Bona Septano ini.

Daya ledak Markis Kido memang sempat digantikan Mohammad Ahsan yang menjadi tandem baru bagi Hendra Setiawan pada tahun-tahun berikutnya. Namun penggemar bulu tangkis tanah air tak akan bisa lupa bagaimana Markis Kido menginspirasi banyak bapak-bapak saat turnamen bulu tangkis tujuh belasan di kampung-kampung dalam upaya meniru gerakan-gerakannya.

Secara jumlah gelar, boleh lah Markis Kido ada di bawah Ahsan-Hendra, tapi tipikal permainnya harus diakui selalu sukses menggetarkan penonton. Meledak-ledak, bertenaga, dan punya daya hancur yang begitu cantik ketika ditayangkan di layar kaca.

Gerakan-gerakan berkarakter yang kini resmi jadi legenda. Karena pada usianya yang ke-36 tahun, pahlawan bulu tangkis Indonesia ini harus menutup episode smash-smash kerasnya.

Tak akan ada lagi lompatan ajaib dari tubuh gempal yang menggetarkan bumi, tak akan ada lagi gerakan menyengat di depan saat mengantisipasi net lift lawan, dan tak akan ada lagi teriakan-teriakan bersemangat yang selalu sukses membawa penonton di layar kaca menjadi merasa ikut bermain.

Satu-satunya hal yang bisa jadi penghibur bagi penggemarnya adalah ketika menyadari sang legenda ganda petir ini… meninggal dalam keadaan sedang memegang Palu Mjolnir-nya di atas medan tempurnya sendiri.

Penutupan paling paripurna dalam buku perjalanannya sebagai atlet dalam keadaan bermain-main bulu tangkis dengan paripurna.

Rest in power, Markis Kido. Biarkan kami yang menyimpan cerita-ceritamu di dunia ini sebagai dongeng buat anak cucu kami nanti. Agar generasi mendatangi tahu bahwa pernah ada masanya… Indonesia punya pebulu tangkis yang sukses menaklukkan dunia dengan gaya dan penuh tenaga.

BACA JUGA Kenapa Ahsan dan Hendra Jago Banget Main Badminton? atau tulisan Ahmad Khadafi lainnya.

Terakhir diperbarui pada 15 Juni 2021 oleh

Tags: bulu tangkisHendra Setiawanmarkis kidoObituari
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

Suka Duka Jadi Pelatih Atlet Para-badminton: Dari Pemain yang Ngambek,  hingga Iming-iming Hadiah dari Kantong Sendiri MOJOK.CO
Sosok

Suka Duka Pelatih Atlet Para-badminton: Dari Pemain yang Ngambek, hingga Iming-iming Hadiah dari Kocek Pribadi

4 November 2025
Subhan dan Rina Marlina: 2 anak kampung yang mendunia berkat bulu tangkis difabel (para-badminton) MOJOK.CO
Sosok

Subhan dan Rina Marlina: 2 Anak Kampung yang Mendunia, Tapi Tiap Naik Pesawat Masih Nggak Nyangka

2 November 2025
Qonitah Ikhtiar Syakuroh, atlet para badminton (bulu tangkis difabel) asal Kulon Progo Jogja sang penderes medali emas MOJOK.CO
Sosok

Ketangguhan dalam Nama “Qonitah Ikhtiar Syakuroh”, Dari Raket Rp40 Ribuan dan Ejekan Cara Berjalan Jadi Penderes Emas

2 November 2025
Perjalanan hidup Supriadi menjadi atlet bulu tangkis kursi roda dan tampil di event internasional seperti Polytron Indonesia Para Badminton 2025 Solo MOJOK.CO
Sosok

Kondektur Bus, Tukang Las Keliling, dan Jalan Hidup ke Bulu Tangkis Kursi Roda

2 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.