MOJOK.CO – Bukan masalah mau pakai Nmax, RX King, atau sepeda ontel. Masalahnya adalah manusianya. Makanya, hampir semua konvoi pasti bikin sebal orang lain.
Rasanya getun dan sebal sekali ketika asyik riding Honda Astrea Grand 1997 ditemani semilir angin kota penuh polusi tiba-tiba di-blayer RX King, sang raja jalanan itu. Saya masih cukup ingat kala itu masih awal-awal SMA. Saya disuruh minggir karena teman-teman si pengendara yang mepet saya ini mau lewat. Ternyata lagi ada konvoi motor Yamaha RX King.
Rasa sebal itu bukan karena soal memberi jalan. Rasa sebal lebih karena kaget, karena tiba-tiba dipepet RX King dan di-bleyer. Dua kali lagi. Lamunan asyik ketika riding Astrea 1997 buyar seketika. Apa nggak bisa gitu, didekati pelan-pelan lalu di-jawil layaknya orang Jawa, lalu bilang, “Ngapunten, Mas. Monggo minggir dulu, mau ada konvoi lewat.” Gitu kan enak, to.
Nah, baru-baru ini viral sebuah video di jalanan Kota Malang. Ada mobil Honda CR-V yang spionnya di-sampluk oleh pengendara Nmax. Konon katanya, pengendara CR-V nggak mau ngasih jalan kepada konvoi Nmax. Padahal, si pengendara Nmax sudah ngasih tanda pakai tangan. Bahkan ada yang memberi tahu kalau aksi turun ke jalan itu sudah dikawal Patwal, meskipun nggak kelihatan di video. Mungkin lagi mlipir ngopi.
Alhasil adu mulut terjadi. Setelah spion mobilnya rusak, pengendara CR-V mengejar dan keluar dari mobil. Dia mencoba untuk memukul si pengendara Nmax. Dari video terlihat pengendara CR-V mencoba membuka helm pengendara motor. Mungkin mikir juga dia mukul kena helm yang sakit tangannya sendiri. Sebuah aksi marah yang terukur.
Video full nya malah keliatan kalo pengendara (((( MOGE )))) nya emang arogan.
Yg berhak buka jalan n nyuruh minggir itu voorijder.
Kalo cuma peserta konvoi, ga bisa. Apalagi pake arogan sampluk² spionKoncomu gali po mas?
Ha disikat ndase karo sopir CRV e kok mung meneng ae? ? https://t.co/dSqyAZwsy7— Den Tedjo CahayaAsia (@LordRio82) October 14, 2019
Saya, sih, nggak tau siapa yang salah, siapa yang benar. Dalam kasus ini, netizen ramai-ramai menghujat pengendara Nmax. Sudah makan jalan, nggak mau dipotong lagi jalannya. Di mata netizen dan warga, siapa pun yang konvoi pasti melahirkan kesebalan-kesebalan pada taraf tertentu.
Kampanye partai, misalnya. Pakai motor yang dimodifikasi. Knalpot motor dipotong supaya suaranya nyaring. Ehh, bukannya dikendarai, motor modif itu malah dituntun. Si pengendara berjalan di sisi motor sambil bleyer-bleyer. Curangnya, dia pakai kapas untuk menutup telinga jadi yang terganggu oleh suara berisik knalpot cuma warga. Lepas, dong, kapasnya. Biar sama rasa, sama rata. Budeknya.
Sosok peserta konvoi partai yang menuntut motor sambil bleyer-bleyer ini juga melahirkan kesebalan-kesebalan tertentu. Biasanya, dia akan pakai kaca mata hitam, rambut berwarna ombre merah tak beraturan, disisir ke belakang ditambahkan minyak tanco, kulit berminyak karena terpapar matahari, slayer yang cuma dipakai sampai leher, pakai kemeja yang dua kancing teratas dibuka, pakai jelana jeans yang lututnya robek, dan sepatu futsal. Melihatnya saja sudah sebal, ditambah raungan motor modif yang bikin sesak di dada itu.
Namanya saja konvoi, pasti dilakukan oleh banyak orang. Andry Berlianto, Instruktur Rifat Drive Labs, mengunkapkan kalau arogansi itu muncul karena ada rasa over pride. Apalagi ramai-ramai. Coba kalau sendirian, motor modif itu sudah dikendarai pelan-pelan karena kalau ngebut sambil bleyer-bleyer pasti disambit batu sama warga.
Andy Berlianto juga menjelaskan kalau over pride yang sering terjadi tidak didasari oleh merek motor tertentu. Pokoknya punya banyak teman yang turun ke jalan, pasti bikin sebal pengendara lainnya.
Lha wong saya pernah merasakannya juga ketika berpapasan dengan konvoi pengendara sepeda di malam Jumat. Saat itu malam hari. Saya berusaha mendahului rombongan sepeda karena mereka jalan santai sekali. Sekali lagi, nggak masalah berbagi jalan. Tapi, pengendara sepeda itu tidak jalan teratur berpasangan dua-dua. Mereka memenuhi hampir separuh jalan.
Karena agak terburu-buru, klakson motor saya pijit tiga kali. Tentu dengan jeda dan saya yakin pijitan klakson saya sudah sehalus “kulo nuwun”. Ehh, rombongan peseda itu kompak menengok ke arah saya dan memasang muka sangar. Muka-muka sesangar SJW ketika ada orang pakai sedotan plastik, alih-alih sedotan bambu yang lagi happening dipakai tempat ngopi kekinian.
Ada rasa aman yang mereka rasakan ketika jadi sumber kesebalan berjamaah. Sebuah sikap sesat, cerminan gagalnya menempatkan diri di lingkungan sosial. Mau RX King, Nmax, atau sepeda ontel sekalipun, masalah bukan pada kendaraannya, tetapi manusianya.
Lha wong bebek itu kalau konvoi saja juga menyebalkan. Si pengembala memberi tanda belok kanan, eh bebek malah belok kiri. Kasih tanda ke kiri, bebek belok kanan.
Simak video di atas. Perhatikan betapa sabarnya si penggembala mengatur konvoi bebek yang nggak beraturan itu.
Masih bebek saja sudah mbalelo. Gimana kalau jadi sapi? Oligarki bisa runtuh. Sudah konvoi sapi, naik Nmax, knalpotnya dipotong, motornya dituntun sambil bleyer-bleyer, dan sapi-sapi itu pakai kapas buat nutup telinga. Kira-kira sapi-sapi itu pakai sepatu futsal nggak ya….
BACA JUGA Naik Yamaha Nmax Kok Belinya Gas 3 Kg? atau artikel Yamadipati Seno lainnya.