MOJOK.CO – Bear Brand mulai langka di pasaran. Tiba-tiba saja banyak orang meyakini kalau susu ini jadi satu-satunya stimulus meningkatkan imunitas. Lah?
“Ini aja, Mas?” tanya mbak-mbak Indomaret ketika saya menyodorkan barang-barang belanjaan saya di kasir.
Tak berapa lama datang ibu-ibu berjilbab, seperti terburu-buru, nafasnya juga tak beraturan di balik maskernya langsung menyeborot antrean saya.
“Susu Bear Brand masih, Mbak?” tanya ibu-ibu itu ke Mbak Kasir.
“Kosong, Bu,” kata Mbak Kasir.
“Oke, terima kasih,” kata ibu-ibu itu ngacir begitu saja.
Saya hanya melihat dengan kebingungan. Ini ibu maksudnya apa coba?
Percakapan ini bukan yang pertama kali saya dengar secara langsung dalam beberapa hari ke belakang. Setidaknya sudah tiga kali saya dengar pertanyaan serupa dalam seminggu ini.
Karena kebetulan rumah saya sangat dekat dengan Indomaret dan Alfamidi, saya tahu betul kalau setiap saya ke salah satu dari dua minimarket itu, pasti ada saja orang yang nanya stok Bear Brand.
Awalnya, saya tak begitu peduli dengan kelangkaan Bear Brand yang konon bisa meredakan demam itu. Dengan meningkatnya kasus Covid-19 yang makin mendekat ke orang-orang sekitar saya, banyak orang yang mulai melakukan panic buying. Sekarang, target itu ada pada susu Bear Brand.
Barangkali orang-orang ini percaya, kalau Bear Brand cukup ampuh untuk jadi langkah pencegahan agar tak terkontaminasi Covid-19. Bear Brand juga dianggap mampu meningkatkan imunitas tubuh.
Susu sih ya? Ya tapi kan pertanyaannya, merek susu selain Bear Brand perasaan banyak juga kan ya?
Entah siapa yang memulai, tapi efek domino ini berlanjut ke mana-mana, ke daerah-daerah terpencil kayak daerah saya yang ada di kaki Gunung Merapi ini.
Ketidakseimbangan antara meningkatnya secara ekstrem permintaan masyarakat dengan stok inilah yang kemudian membuat susu Bear Brand jadi barang langka. Kalaupun ada, harganya bisa naik dua kali lipat, yang tadinya ada di kisaran Rp9.000, kalau kamu cek bisa naik sampai Rp18.000.
Gila sih ini, gila.
Sebagai orang yang tidak suka susu putih, saya sih awalnya cuek-cuek saja dengan kelangkaan dan harga Bear Brand yang melonjak, tapi ternyata tidak cuma Bear Brand saja yang langka.
Coba aja kamu cek ketika selesai membaca tulisan ini, cobalah ke minimarket terdekat, selain Bear Brand, kamu juga akan kesulitan mencari suplemen vitamin C. Di Apotik mungkin masih ada, tapi rasanya itu juga sudah sulit dicari.
Dulu, mencari minuman kemasan You.C1000 mudah banget, tapi sependek pengalaman saya selama sepekan ini, mencari suplemen vitamin-vitamin itu jadi sulit. Bahkan untuk sekadar beli tablet hisap kayak Vitacim saja jadi perlu mengunjungi beberapa minimarket atau toko kelontong.
Panic buying ini sebenarnya latah yang pernah terjadi juga ketika awal-awal Covid-19 dulu. Kamu mungkin juga masih ingat, kalau dulu barang yang tiba-tiba jadi langka adalah masker, faceshield, sampai APD.
Semua orang ngamuk-ngamuk melihat harganya yang gila-gilaan. Apalagi ketika sadar harga itu naik bukan secara alami, tapi karena ada orang-orang yang emang sengaja nimbun. Cari cuan di tengah keterjepitan keadaan banyak orang.
Oke deh, kita mungkin bisa saling serang satu sama lain sama orang-orang tukang nimbun ini. Orang-orang yang dengan sengaja memanfaatkan kesulitan orang lain. Gejala-gejala orang nir-moral kayak gini sudah terjadi berkali-kali kok, jadi ada baiknya kita nggak perlu kaget-kaget amat.
Dulu ketika masih era krisis ekonomi 1997, saya pernah ingat ada beberapa orang yang harus berhadapan dengan hukum karena menimbun beras, minyak goreng, dan kebutuhan pokok lainnya. Pada awal masa pandemi juga, beberapa penimbun masker juga sempat berurusan dengan aparat karena langkah jahatnya itu.
Baiklah, kalau orang nimbun beras, nimbun masker itu boleh lah kalau mereka-mereka ini dibilang sebagai orang yang memanfaatkan keadaan. Tapi sejujurnya saya tidak sepakat kalau misalnya ada beneran orang yang menimbun Bear Brand dikatagorikan sebagai orang jahat.
Loh? Loh? Bentar, saya bisa jelaskan.
Apa jangan-jangan karena saya ini termasuk orang yang nimbun Bear Brand? Nggak dong. Apa karena saya punya temen yang sedang berbisnis dengan memborong Bear Brand di supermarket dan menjualnya jauh lebih mahal di marketplace? Oh, tidak.
Bukan, bukan karena itu.
Secara nalar goblok aja, karena produk susu murni rendah lemak itu kan banyak sekali. Nggak cuma Bear Brand.
Ada Anlene Gold, ada Frisian Flag UHT Low Fat High Calcium, Ultra Milk Low Fat, HiLo Teen, WRP Diet To Go, sampai Greenfields Hi-Calcium Low Fat. Waaah pokoknya ada buanyaaak.
Kalau nggak harus beli yang rendah lemak, masih ada susu biasa. Yang dijual abang-abang keliling naik sepeda: Susu Murni Nasional.
Oleh karena itu, kalau akhirnya tukang timbun susu Bear Brand ini berharap dapat cuan sebanyak-banyaknya, sebenarnya ya mereka ini bisa dilawan dengan cara mudah. Ya udah sih, cari aja merek lain.
Lebih daripada itu, belum ada pembuktian secara klinis juga kalau hanya Bear Brand yang bisa menjadi satu-satunya produk susu yang mampu meningkatkan imunitas.
Toh, Nestle sebagai induk perusahaan Bear Brand juga nggak bakal tinggal diam kok kalau produknya makin tipis di pasaran kayak gini. Stok pasti akan melimpah setelah ini. Yakin deh.
Lagian, ketimbang kelangkaan masker pada awal masa Covid-19, susu Bear brand juga bukan elemen terpenting dalam peperangan kita menghadapi pandemi ini. Produk macam itu kan cuma sekunder aja. Nggak lebih penting ketimbang masker atau hand sanitizer.
Dengan menyadari hal-hal seperti itu, maka sudah jelas bahwa orang yang menimbun, atau berniat menimbun Bear Brand itu sebenarnya bukanlah orang-orang jahat… mereka ini hanyalah orang-orang goblok.
Iya, goblok. Nggak ada yang lain.
Bahkan goblok aja belum sih.
BACA JUGA Cara Meningkatkan Imun dan tulisan POJOKAN lainnya.