MOJOK.CO – Data pribadi para pengguna terekam secara otomatis dan lengkap di platform bernama Facebook.
Seperti yang telah ramai diberitakan beberapa hari sebelumnya, Facebook kini tengah tersangkut krisis kepercayaan dari para pengguna, khususnya mereka-mereka yang ada di Amerika Serikat. Cambridge Analytica (CA), sebuah perusahaan kolektor data di AS disebut-sebut telah mencuri data pribadi 50 juta pengguna Facebook sebagai senjata kampanye Trump agar berhasil gemilang menjadi presiden AS.
Emmm… Mencuri?
Pertama, mari kita luruskan dan ingat baik-baik: meski CA memfasilitasi adanya kuis yang ternyata meminta akses atas data pribadi kita, kekuasaan pertama untuk menyetujui atau tidak menyetujui adalah kita sendiri. Sekali saja kita menekan OK/Yes/Allow, terbukalah gerbang akses data kita pada si “pencuri”.
Bahkan, sekalipun kita bersikeras tyda memainkan kuis-kuis tadi, selama teman-teman di sana turut memainkannya, ya bakal kebuka juga akses data pribadi kita kalau ternyata si kuis ini meminta akses data ke teman-teman Facebook. Tetep kena!
Terkait hal ini, beberapa hari belakangan, para netizen angkat suara soal data pribadi di Facebook yang bisa diunduh. Data ini merupakan rekam jejak digital kita sebagai pengguna Facebook. Hmm, penasaran?
Dilansir dari akun TED Talk, Zeynep Tufekci menyampaikan beberapa poin penting yang harus kita pahami terkait data ini. Menurutnya, Facebook memiliki semua data lengkap kita sebagai pengguna: semua update-an status, semua percakapan di messenger, semua tempat log in ke Facebook, dan semua foto yang diunggah. Bahkan, mengerikannya, jika kita mulai menulis sesuatu di medsos itu, lalu berubah pikiran dan menghapusnya kembali, Facebook tetap menyimpan memori tadi dan menganalisisnya!
Kehebohan data Facebook ini menarik minat banyak orang untuk melihat datanya sendiri, termasuk saya. Jadi gini caranya nih, my lov~
Masuk dulu ke Facebook-mu, lalu pilih menu Setting. Di bagian paling bawah, kamu akan menemukan tulisan Download a copy of your Facebook Data. Setelahnya, kamu akan dibawa ke halaman berikutnya yang mempunyai pilihan Download Archive. Klik tombol tersebut, lalu tunggu sampai kamu mendapat notifikasi bahwa datamu telah siap diunduh melalui email. Simpel, yha?
Tapi ternyata, FYI aja nih, jika kita menyambungkan Facebook dengan ponsel, data-data dalam ponsel pun bisa ikut terserap dalam data pribadi tadi.
Hih. Freak banget nga, sih???
Dylan McKay, misalnya. Ia telah mencoba mengunduh datanya sendiri dan menemukan data lengkap hingga call history. Di kelas lokal, Pak Ariel Heryanto juga sudah membuktikan hal yang sama.
Barusan saya dapat informasi: setelah mengunduh data tadi, bukalah folder html dan klik contact_info.htm. Selang beberapa menit, saya bisa menemukannya: catatan lengkap atas APAPUN yang sudah saya lakukan di Facebook dan telepon, mulai dari poke (masih ada nga sih fitur ini?), status, foto, video, relationship status sebelumnya (HARUS BANGET MASIH ADA NAMA MANTAN, FACEBOOK???), daftar tanggal saya sempat deaktif akun dan kapan saya mengaktifkannya kembali, pesan-pesan yang saya kirim dan dapatkan, hingga seluruh nama di kontak telepon saya, dari dulu sampai sekarang.
Iya, dari duluuuu banget, sampai sekarang. Bahkan…
…NAMA MANTAN SAYA AJA MASIH ADA SIMBOL LOVE-LOVE-NYA GITU DONG DI SINI.
Hufh.
*tarik napas, buang napas, tenangkan pikiran~*
Uhuk.
Yha, jadi, kembali pada penjabaran Zeynep tadi: Facebook, melalui algoritmanya, menangkap informasi-informasi penggunanya, termasuk kita-kita ini, dari berbagai macam sudut pandang. “Semuanya” means “semuanya”: agama, etnik, pandangan politik, usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya… just from Facebook likes.
Yak, Saudara-Saudara, hanya dari tombol Like yang kita pencet-pencet itu, Facebook bisa langsung bekerja menganalisis data kita.
Anggaplah ini mengerikan, tapi sesungguhnya kasus Facebook ini menunjukkan bagaimana media sosial ini bekerja. I mean, semua media sosial.
Lagi-lagi, mengutip perkataan Zeynep, bocornya data pribadi pengguna Facebook ini bisa digambarkan dalam dua kalimat saja: “Many of these ad-financed platforms, they boast that they’re free. In this context, it means that we are the product that’s being sold.”
Yha, sesungguhnya, kita bayar mahal pakai data pribadi, lengkap pula. Saking lengkapnya, kalau kita mau daftar kerja, sodorin aja data Facebook, nga usah pakai CV.
KZL.
BACA JUGA Facebook Mencuri Dengar Kehidupanmu dan tulisan lainnya dari Aprilia Kumala.