Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Mencintai Nobita Lewat Warna Musim Gugur dan Hangatnya Washitsu

Yamadipati Seno oleh Yamadipati Seno
22 Mei 2020
A A
Mencintai Nobita Lewat Warna Musim Gugur dan Hangatnya Washitsu Doraemon MOJOK.CO

Mencintai Nobita Lewat Warna Musim Gugur dan Hangatnya Washitsu Doraemon MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mencintai sosok Nobita, bagi saya, adalah sebuah penerimaan akan keunikan manusia. Tentang kelemahan yang harus diterima, dan kelebihan yang dirayakan bersama-sama.

Tiga hari yang lalu, Bianca, teman saya di Twitter mengunggah salah satu karyanya. Bianca menggambar rumah Nobita dari sisi depan. Gambar itu sangat indah. Warnanya bikin nyaman mata. Selama 15 menit saya amati detail rumah Nobita hasil karya Bianca itu.

Selalu ga ngerti kenapa Nobita pulang dari sekolah, bawa hasil upangannya yang nol, harus lewat pintu? Padahal dia ngantongin baling-baling bambu.

Atau mungkin karena, sepatu bututnya bau kaki, jadi ga mungkin dia bawa ke kamar?

Tau ah, pusing. pic.twitter.com/Tf03gWweWi

— Dek Bianca (@Bianconerria) May 19, 2020

Karya Bianca membuat saya termenung selama beberapa saat. Meskipun bertingkat dua, rumah Nobita tidak bisa dibilang besar. Namun, kalau dibilang kecil juga kurang tepat. Rumah itu, mungkin, bisa diterjemahkan sebagai rumah ideal untuk keluarga kecil. Sebuah rumah yang terasa pas.

Sepeti kebanyakan rumah Jepang, bahan kayu mendominasi. Istilahnya rumah “sahabat gempa”. Ketika memejamkan mata dan membayangkan isi rumah Nobita, muncul rasa nyaman. Terutama ruang tamu mungil dengan pintu geser (shoji) menghadap taman. Ada selasar kecil di mana penghuninya bisa duduk santai, minum teh sambil mengagumi warna-warna musim gugur.

Ketika mengamati desain rumah Nobita, saya menyadari ada dua ruang yang “spesial”. Pertama, ruang tamu yang kerap dijadikan “ruang menghitung keuangan” oleh ibunya Nobita. Kedua, kamar Nobita itu sendiri. Ruangan ini menggunakan model washitsu. Sebuah ruangan tradisional Jepang dengan alas tatami.

Mengurut waktu ke belakang, ruangan dengan model washitsu adalah bentuk ruang tempat tinggal biksu dan orang kaya atau terpandang. Konon, mereka yang mempelajari desain washitsu, bisa mengukur derajat sebuah keluarga di lingkungan sosial.

Seiring zaman, tidak semua rumah menggunakan model washitsu lagi. Bahkan disebutkan, ruangan dengan model washitsu hanya populer untuk orang tua Jepang saja. Tolong dikoreksi, ya, kalau saya salah.

Namun, pertanyaannya, kenapa Fujiko F. Fujio memutuskan menggunakan model washitsu untuk kamar Nobita? Menurut saya, ini keputusan yang cemerlang. Sangat cerdas.

Untuk memahaminya, kita juga perlu menyertakan satu lagi kecerdasan Fujiko F. Fujio di sini, yaitu pemilihan warga kuning sebagai signature Nobita. Anak SD ini bukannya nggak pernah pakai baju warna lain. Namun, setiap karakter pasti punya penanda khusus. Bagi Nobita, kaos kerah dengan warna kuning adalah identitas. Kuning, saya menyebutnya sebagai warna musim gugur.

Washitsu dan warna Nobita

Ketika masih belajar di kampus, salah satu dosen saya pernah menjelaskan soal penokohan. Pada umumnya, untuk membaca penokohan seseorang, kamu mengamatinya dari tutur kata, ekspresi wajah yang dideskripsikan, dan sifat-sifat yang diudarkan oleh penulis secara gamblang.

Namun, ada juga penulis yang, entah iseng atau memang brilian, membuat banyak penanda untuk penokohan seorang tokoh. Berbagai analisis diungkapkan, salah satunya adalah fenomena ini menjelaskan kecintaan penulis kepada tokoh. Bisa juga, menjadi usaha penulis untuk menegaskan sifat si tokoh secara lebih tegas, tetapi dengan cara menyamarkannya.

Kita sudahi soal teknik menulis. Bagaimana dengan washitsu dan warna musim gugur yang menegaskan sifat Nobita?

Washitsu, pada umumnya, adalah ruangan multi-guna. Sebagai ruang keluarga, yang juga bisa diubah menjadi ruang makan dengan kotetsu di tengah. Kotetsu adalah meja kecil dengan built-in pemanas di dalamnya. Ketika musim dingin, keluarga Jepang biasa meriung di sekitar kotetsu untuk ngobrol, minum teh, menghabiskan waktu bersama.

Iklan

Di lain waktu, washitsu bisa menjadi ruang tidur dengan menggelar futon atau kasur lipat khas Jepang. Intinya, washitsu adalah ruang komunal yang bisa “bersahabat” dengan segala situasi. Nah, kamu sudah mulai mendapatkan makna yang terkandung, bukan.

Pada dasarnya, Nobita bisa berteman dengan siapa saja. Dia takut dan sering menghindari Giant, tetapi bukan berarti membenci. Suatu kali dia pernah berkata: “Pertengkaran itu wajar dalam berteman tapi jangan karena sebuah pertengkaran kecil bisa merusak pertemanan yang indah.”

Nobita cemburu kepada Dekisugi, tapi tidak pernah membenci. Dia mudah iri sama Suneo, tetapi tidak pernah membenci. Mungkin cuma PR yang “agak dibenci” sama Nobita.

Meskipun terkadang menyebalkan karena pemalas, cengeng, dan terlalu bergantung sama Doraemon, Fujiko F. Fujio berhasil membangun sosok Nobita yang hangat. Tokoh satu ini digambarkan tidak tegaan kepada hewan yang dibuang, membantu orang tua menyeberang jalan, dan sangat sayang sama neneknya.

Nobita adalah sosok lembut. Bahkan terkadang seperti orang tua yang suka menggerutu, tetapi sebetulnya sangat sayang. Seperti hangatnya washitsu yang bisa menjadi apa saja untuk tuan rumah. Menjadi ruangan favorit sebuah keluarga.

Nah, meskipun lembut, terkadang Nobita bisa jadi pemberani dan bisa diandalkan. Fujiko F. Fujio menggunakan warna kuning sebagai penegasan.

Sosok Nobita adalah penggambaran warna kuning di budaya barat dan Jepang sendiri. Di budaya barat, warna kuning diidentikkan dengan sifat pengecut. Namun, di budaya Jepang, warna kuning melambangkan keberanian, kekayaan, kehalusan, dan pemurnian.

Selain itu, warna kuning juga melambangkan perjuangan. Dulu, sekitar tahun 1357, para prajurit menyematkan bunga krisan kuning. Bunga ini menunjukkan kekaisaran Jepang dan bagi pemakainya menjadi pengenal bahwa mereka berasal dari keluarga terpandang.

Satu hal lagi yang menarik dari warna kuning sebagai bentuk perjuangan: tahukah kamu, pewarna kuning, di Jepang, dihasilkan dengan mengekstrak partikel warna dari rumput kariyasu. Rumput ini tumbuh di daerah pegunungan. Ia melindungi diri dari sinar ultraviolet dengan memproduksi bunga berwarna kuning cerah.

Nobita memang pengecut, bahkan penakut. Namun, ketika terdesak, terutama di cerita-cerita Doraemon Petualangan, dia menjadi “pahlawan”. Keberaniannya muncu ketika teman-temannya tersakiti. Sekuat mungkin, dia akan berjuang. Tidak mau meninggalkan teman-temannya menderita sendirian.

Mencintai sosok Nobita, bagi saya, adalah sebuah penerimaan akan keunikan manusia. Tentang kelemahan yang harus diterima, dan kelebihan yang dirayakan bersama-sama. Tidak egois, setia kawan, dan hangat.

Satu kalimat dari Nobita yang bakal dicintai sepanjang masa berbunyi seperti ini: “Biarin aku nggak keren, tapi aku bisa membuatmu selalu tertawa.”

Keren.

BACA JUGA Orang Indonesia Meremehkan Komik Sementara Tsubasa dan Doraemon Mengubah Dunia atau tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.

Terakhir diperbarui pada 29 September 2025 oleh

Tags: budaya jepangdoraemondoraemon petualanganJepangNobitarumah jepangwashitsu
Yamadipati Seno

Yamadipati Seno

Redaktur Mojok. Koki di @arsenalskitchen.

Artikel Terkait

kerja di Surabaya dengan gaji Jepang. MOJOK.CO
Sosok

Pertama Kali Lamar Kerjaan dari Job Fair di Surabaya, Nggak Nyangka Bisa Dapat Cuan Senilai Perusahaan di Jepang

26 Juni 2025
Orang Kebumen pertama kali ke Jepang, bingung perkara toilet MOJOK.CO
Catatan

Orang Kebumen Pertama Kali Nginep di Jepang: Bingung Cara Pakai Toilet sampai Cebok Pakai Botol Air

14 Juni 2025
Gaji Caregiver di Jepang Besar, tapi Melelahkan dan Penuh Fitnah.MOJOK.CO
Ragam

Kepahitan Kerja di Jepang yang Nggak Pernah Diceritakan Influencer, tapi Masih Lebih Menjanjikan Ketimbang di Indonesia

18 Februari 2025
Gaji Caregiver di Jepang Besar, tapi Melelahkan dan Penuh Fitnah.MOJOK.CO
Ragam

Rp40 Juta Ludes demi Bisa Kerja di Jepang, Sekadar Jadi Tukang Ngecat dan Pasang Genteng

11 Februari 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.