Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Memulai Kalimat dengan ‘No Offense’ dan ‘Bukan Bermaksud’ adalah Bohong Besar

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
7 Februari 2020
A A
no offense but bukan bermaksud bohong besar netizen ribut ad hominem kalimat negasi tubir media sosial mudah tersinggung basa-basi kalimat sopan

no offense but bukan bermaksud bohong besar netizen ribut ad hominem kalimat negasi tubir media sosial mudah tersinggung basa-basi kalimat sopan

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Tubir di media sosial sering dihiasi dengan kalimat penuh kesantunan: ‘No offense’ bla bla bla dan ‘Bukan bermaksud’ bla bla bla. Padahal itu semua palshu!!1!

Sehari saja nggak ribut di media sosial adalah sebuah kemustahilan. Sebagai penikmat keributan tentu saya mendukung perdebatan terus terjadi di sana. Bayangkan kalau semua orang setuju satu sama lain, rasanya kayak goyang Inul tanpa Rhoma Irama.

Keributan bisa dimulai dari statemen ngawur, atau sebuah opini yang seharusnya cuma layak dibatin tapi diungkapkan ke khalayak luas. Sejurus kemudian bakal muncul kaum-kaum pembela keadilan yang dengan sigap pakai data, teori, sains, agama, dan senjata-senjata tak terkalahkan lainnya di ranah penyanggahan statemen.

Sejatinya kita cuma nggak ada kerjaan aja.

Lucunya, ada saja netizen yang selalu memulai kalimat dengan ‘no offense’ lalu dilanjutkan dengan kata-kata menyakitkan yang bisa seketika bikin mental orang yang dibantah langsung terkuras.

no offense jah tapi instagram adalah virus paling toxic di dunia ini karna isinya cuma pamer kehidupan lewat foto dan video… *walaupun sadar akan hal itu tapi gua tetep main??

— peduli syaitan (@raidputra) February 7, 2020

No offense tapi w selalu merinding liat cewek yang ngizinin swaminya nikah lagi atas dalih surga agama dan tetek bengeknya. Hhhhhhhh nda.

— Grace (@budakafeksyen) February 6, 2020

/mvs/ no offense tapi aku tidak menemukan keseruan di once upon a time in Hollywood. Ada yg bisa bantu apa yg membuat film ini begitu wow?

— CEK BIO – CEK RULES DI LIKES. (@moviemenfes) February 5, 2020

Perhatian, twit di atas saya ambil secara acak dari pencarian di Twitter. Nggak ada tendensi apa pun sama pengunggahnya lo ya, no offense, uwh!

Kata ‘no offense’ kan sebenarnya dilontarkan agar orang tidak tersingung. Tapi bagaimana pun juga, kalimat selanjutnya menyinggung. Jadi gimana dong? Intinya ada atau tidak ada, kehadiran ‘no offense’ tidak memberikan efek apa-apa.

Selanjutnya ada kata ‘bukan bermaksud’ yang juga bermakna hampir sama. Kehadirannya juga digunakan buat mengawali kalimat pedas. Bedanya cuma pakai bahasa Indonesia saja.

Bukan bermaksud gender comparison. Kalau di karya sastra, aku cenderung lebih suka tulisan penulis laki2, tapi ya tetep ada penulis perempuan favorit ogud seperti Leila Chudori. Nah kalau sutradara perempuan di film kayaknya ya Greta Gerwig ini!

— Zulfa Zakiah (@zulfazkh) February 7, 2020

bukan bermaksud lebay ato kepedean, tapi ini pertama kali ngobrol bareng kakel trs lgsg nyambung rasanya pic.twitter.com/yluunhSSbU

— taz ⎊۞ (@starkgazing) February 7, 2020

Penggunaan kalimat tersebut kalau dipikir-pikir agak rancu sebab menegasikan apa yang dibilang sebelumnya. Kebanyakan diringi kata ‘tapi’ sebagai bukti bahwa lontaran kata-kata sesudahnya akan jadi berkebalikan. Aduh, makin nggak bisa dimengerti kan?

Iklan

Intinya, saya sungguh jengah dengan penggunaan ‘no offense‘ dan ‘bukan bermaksud’ yang malah jadi salah kaprah karena tetap bikin orang tersinggung. Lagian, saya merasa keduanya hanya sebuah basa-basi dan kepantasan saja biar nggak frontal-frontal amat dalam berdebat.

Di sisi lain saya jadi menyadari kalau netizen di Indonesia memang sebuah entitas yang mudah tersinggung. Untuk itu beberapa orang ingin mencegahnya dengan mengucapkan kedua mantra sakti nan berwibawa tersebut. Padahal sudah semestinya di dalam perdebatan tidak ada ketersinggungan. Lha wong lagi saling beropini dan menyanggah kok, harusnya objektif dan nggak terjebak pada ad hominem.

Kalau sudah ad hominem artinya perdebatan sudah tidak sehat dan harus ditinggalkan. Nggak ada gunanya menyerang personalitas. Sama aja kayak ejek-ejekan nama bapak zaman SD dong ah!

Buat kalian yang sering pakai kedua istilah ajaib tersebut, saya nggak bermaksud nyindir. Tapi memang sedang menyalahkan.

BACA JUGA Sebenarnya Definisi Open Minded Nggak Sesimpel Bacot Orang di Medsos atau artikel AJENG RIZKA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 7 Februari 2020 oleh

Tags: bukan bermaksudmedia sosialno offense
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial MOJOK.CO
Kilas

Self Abuse yang Tidak Aku Sadari Setelah Melihat Media Sosial

9 September 2023
Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads. MOJOK.CO
Kilas

Belajar dari Sejarah, Twitter Nggak Akan Mati Begitu Saja karena Threads

7 Juli 2023
pemilih pemula mojok.co
Kotak Suara

Survei CSIS: Pemilih Pemula Manfaatkan Medsos sebagai Sumber Informasi

6 April 2023
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.