Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Membela Hak Setiap Orang untuk Window Shopping, Jalan-jalan Tanpa Harus Belanja

Window shopping dan tamasya ke IKEA apa salahnya?

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
16 September 2021
A A
Membela Hak Setiap Orang untuk Window Shopping, Jalan-jalan Tanpa Harus Belanja IKEA MOJOK.CO

Membela Hak Setiap Orang untuk Window Shopping, Jalan-jalan Tanpa Harus Belanja IKEA MOJOK.CO

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Nggak semua orang yang lagi window shopping cuma lihat-lihat dan nggak beli karena bokek. Ini hak setiap orang buat sekadar “mengamati” display di toko, termasuk di IKEA.

Saat ada yang mengajak jalan-jalan ke mal padahal saya sedang bokek, saya adalah orang yang otomatis bakal menolak. Buat apa jalan-jalan dan pengin beli doang, bikin perkara aja. Begitu pikir saya dulu. Setelah seorang kawan saya menjelaskan, “Nggak ada salahnya window shopping buat lihat baju-baju bagus loh. Pemerhati fesyen pasti pernah window shopping.” Keimanan saya buat nggak ikut nge-mal pun goyah. Sejak saat itu saya memaklumi perilaku window shopping.

Singkatnya, window shopping adalah perilaku jalan-jalan doang di toko atau tempat perbelanjaan. Tapi, kalau kamu ke Indoapril buat cari es krim Hula-hula tapi kebetulan habis itu namanya bukan window shopping, ya, itu namanya nggak jadi beli. Perilaku ini memang perlu dibarengi niatan untuk “lihat-lihat”. Sebelas dua belas sama piknik melihat pemandangan indah gitu lah, bedanya yang kita lihat kali ini adalah barang yang bukan milik kita.

Banyak orang yang sebenarnya skeptis sama kebiasaan belanja ini. Beberapa karyawan toko baju juga bete setengah mati sama customer yang keliling gerai, pegang-pegang baju, dan banyak tanya, tapi ujungnya nggak beli apa-apa. Menyebalkan memang. Dan, sayangnya perilaku macam itu sah-sah saja dilakukan. Membeli barang bukan kewajiban, nggak jadi beli setelah obrak-abrik toko hanya bisa dibilang keliru secara etika. Meskipun tetap saja, kita nggak bisa menyalahkan model customer yang begini. Lha wong yang dia cari memang nggak ada, pemilik toko bisa apa?

Window shopping seringnya dipraktikkan orang untuk ke toko-toko baju atau ke outlet di mal. Beberapa orang perlu meng-update selera fesyen mereka tanpa perlu beli. Semacam baca-baca majalah fesyen, tapi nggak memiliki setiap item di dalamnya. Ya memang cuma penampilan seperti apa yang sedang tren. Lihat-lihat ke mal juga bisa ngasih pengetahuan soal berapa harga outfit kekinian yang dipakai orang-orang. Melihat bagaimana kondisi pasar bekerja. Hal kayak gini diperlukan banget buat orang-orang yang bekerja di bidang fesyen atau bidang lain yang juga membutuhkan banyak insight.

Sayangnya, sebagian masyarakat urban masih menganggap mereka yang window shopping itu semacam orang bokek kurang kerjaan. Ada kalanya memang pandangan orang-orang terhadap perilaku tersebut ya, semenjijikan itu. Niat piknik ke mal juga dianggap norak, padahal mal buat semua orang, bukan orang berduit doang.

Seorang netizen dirujak perkara ia protes karena IKEA tidak memperbolehkan anak-anak di bawah 12 tahun masuk dan berbelanja. Sebab, syarat masuk IKEA yang memang harus vaksin dulu, taat prokes pokoknya. Netizen jadi skeptis banget sama orang ini dan merasa seolah-olah niatnya piknik ke IKEA sekeluarga itu norak yang membabi buta.

IKEA tau tempatnya jadi alternatif tempat wisata keluarga, makanya mereka bikin peraturan yang ketat. Biar lu belanja terus pulang. Bukan tawaf berantakin display bareng bocil 💩 pic.twitter.com/KjGDgy7Usk

— ◯ (@imandani) September 15, 2021

Iya, betul, saya setuju sama netizen yang mengkritik orang itu karena dia seolah-olah sedang “protes” prokes. Aturannya memang begitu, masuk mal, masuk mana-mana sekarang masih pakai persyaratan vaksin yang otomatis bocil juga belum bisa. IKEA sendiri memang melarang anak-anak untuk masuk dan menutup arena bermain anak sementara waktu, menyusul pandemi di Indonesia yang nggak kunjung kondusif. 

Tapi, peristiwa di atas sebenarnya nggak sekaligus membuat orang-orang “dilarang” ke IKEA karena cuma bakal mengobrak-abrik dan nggak beli. Ke IKEA buat lihat-lihat furnitur juga hak pembeli dong. Saya kira mengamini bahwa IKEA adalah toko yang menyenangkan buat window shopping itu nggak masalah. Istilah “tamasya” yang dipakai mas-mas di atas juga nggak sepenuhnya salah.

Menyoal doi yang nggak tahu aturan jelasnya, nggak baca lebih banyak informasi seputar pembatasan pengunjung, dan berasa mau nyinyir padahal salah tempat, ya memang layak disikat.

Kembali ke topik window shopping, pemilik toko atau gerai memang sebenarnya paham betul ada potensi sekian banyak pengunjung hanya akan melihat-lihat tanpa belanja. Banyak banget penelitian yang berkaitan sama persepsi pemilik toko atau pengunjung lainnya dalam memandang perilaku window shopping. Hasilnya kurang lebih sama, banyak yang bilang kegiatan ini nggak penting, tapi lebih banyak yang menganggap ini adalah sebuah alternatif hiburan. Ada nilai-nilai menyenangkan yang bisa dirasakan pengunjung dan calon pembeli saat melakukan kegiatan ini. Nggak sedikit juga dari mereka yang tadinya cuma berniat melihat-lihat, berujung memborong barang saking nggak tahannya sama godaan belanja.

Bagi pemilik toko, window shoppers itu justru bisa dilihat jadi sebuah potensi. Setidaknya semakin banyak audiens yang terpapar “penawaran” mereka, semakin besar kesempatan barang-barang jadi laku. Yang perlu dipikirkan selanjutnya adalah bagaimana trik mengubah window shopper jadi customer yang beneran belanja.

Jadi, ngapain sih nyinyirin orang yang cuma mau lihat-lihat ke mal tanpa belanja. Jika intensi mereka tidak mengganggumu, ya sudahlah. Belanjakan uangmu sendiri dan nggak usah jadi killjoy begitu. Kayak mal punya bapak kau aja, pakai melarang orang jalan-jalan doang.

Iklan

BACA JUGA 3 Jenis Orang yang Bikin Saya Malas Belanja di Supermarket dan artikel AJENG RIZKA lainnya.

Terakhir diperbarui pada 16 September 2021 oleh

Tags: belanjadiskon belanjaikeapusat perbelanjaanwindow shopping
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

Pertama kali ajak ibu ke pusat perbelanjaan modern (mall) di Surabaya. Haru dan bahagia MOJOK.CO
Ragam

Pertama Kali Ajak Ibu ke Mall: Takut Malu-maluin Gara-gara Tangga Berjalan, Berakhir Penuh Keharuan

24 Oktober 2025
Soloraya great sale di Surakarta. MOJOK.CO
Ekonomi

Soloraya Great Sale 2025: Nikmati Diskon hingga 80 Persen Selama Sebulan Penuh di Jawa Tengah

29 Juni 2025
Mendengar Cerita Sisi Gelap Mall Besar di Jogja yang Jarang Diungkap.MOJOK.CO
Ragam

Nonton di CGV J-Walk Mall Jogja Seperti Uji Nyali, Mal Hampir “Mati” yang Terasa Mencekam saat Malam

6 Maret 2024
Video

BANYAK YANG BILANG MINUMAN DI INDOMARET INI MERESAHKAN! | BAKUL

13 Agustus 2022
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Kuliah Jurusan Pendidikan Bahasa Mandarin di Unesa. MOJOK.CO

Sulitnya Masuk Jurusan Bahasa Mandarin Unesa, Terbayar usai Lulus dan Kerja di Perusahaan Tiongkok

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.