Maaf, Pak Jokowi, Situ Emang Layak Digugat soal Kenaikan BPJS Kesehatan Jilid Dua - Mojok.co
  • Cara Kirim Artikel
Mojok
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Ziarah
    • Seni
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Politik
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Logo Mojok
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Home
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Movi
  • Uneg-uneg
  • Terminal
Beranda Pojokan

Maaf, Pak Jokowi, Situ Emang Layak Digugat soal Kenaikan BPJS Kesehatan Jilid Dua

Ahmad Khadafi oleh Ahmad Khadafi
20 Mei 2020
0
A A
Bagikan ke FacebookBagikan ke TwitterBagikan ke WhatsApp

MOJOK.CO – Ada beda respons masyarakat ketika Jokowi digugat ke MA. Antara kenaikan iuran BPJS Kesehatan Jilid Pertama dengan rencana kenaikan BPJS Jilid Kedua.

Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), melayangkan gugatan hukum ke Mahkamah Agung atas keputusan Presiden Jokowi menaikkan tarif BPJS Kesehatan Jilid Dua.

Kalau kamu masih ingat, KPCDI ini juga merupakan pihak yang dulu bikin Presiden Jokowi digugat di MA. Itu terjadi saat kenaikan tarif BPJS Kesehatan Jilid Pertama. Saat itu MA mengabulkan gugatan KPCDI. Dan beberapa rakyat yang ekonominya kena hantam karena pandemi sempat bersorak sejenak mendengar kabar itu.

Sayangnya, tak sampai dua bulan, Jokowi menerbitkan Peraturan Presiden yang bikin iuran untuk kelas I dan II akan segera naik lagi. Beneran kayak naik roller coaster aja ini hati rakyat. Udah mau selebrasi, jebul golnya dianulir.

Kali ini, banyak pihak merasa diobrak-abrik perasaannya. Soalnya Perpres terbaru ini jelas tidak sensitif dengan situasi yang sedang terjadi. Masyarakat lagi kere-kerenya, iuran malah dinaikin dalam tempo sesingkat-singkatnya.

Uniknya, ada beda respons masyarakat antara kenaikan iuran BPJS Kesehatan Jilid Pertama dengan rencana kenaikan BPJS Jilid Kedua. Wabilkhusus untuk mereka yang mendukung keputusan Jokowi pada kenaikan BPJS Kesehatan Jilid Pertama.

Baca Juga:

pilkada 2024

Manuver Anak-anak Jokowi di Pilkada 2024

25 Januari 2023
ganjar pranowo pilpres

Survei LSI: Ganjar Pranowo Unggul Ditopang Fans Jokowi 

25 Januari 2023

Saat itu, bisa dibilang, masih ada kelompok kelas menengah yang mendukung keputusan Pemerintah Jokowi. Apalagi ketika Pemerintah mengumumkan kalau memang anggaran BPJS Kesehatan mengalami defisit gila-gilaan.

Saya sendiri termasuk yang mendukung keputusan tersebut. Mengingat beberapa bulan sebelum keputusan tersebut, saya adalah salah satu peserta BPJS Kesehatan yang beneran terbantu dengan program ini.

Jangan bandingkan dengan negara-negara maju yang mampu menanggung tanggungan kesehatan rakyatnya. Mereka bisa kayak gitu karena sistem penerimaan pajak pemerintahnya udah beres. Lah kita rakyat Indonesia? Jangankan bayar pajak penghasilan, bayar pajak motor aja lho nunda-nunda.

Apalagi mengingat kita belum memiliki kebudayaan seperti negara-negara Skandinavia, yang walaupun tanggungan kesehatannya ditanggung sepenuhnya oleh negara, namun pajak untuk masyarakatnya gila-gilaan. Bisa antara 40-60 persen.

Memangnya situ siap digaji 10 juta tapi akhirnya cuma terima 4-6 juta doang?

Dengan pola pikir semacam itu, maka keputusan Pemerintah Jokowi menaikkan BPJS Kesehatan jilid pertama masih banyak yang mendukung. Sebab, mikirnya masih sederhana kayak gini: Oh, kalau defisit, berarti memang yang bayar iuran dengan pasien yang memakai, jauh lebih banyak yang makai. Wajar sih kalau BPJS mau nagihin duit masyarakat lagi. Kan emang defisit?

Namun pola pikir simpel itu tidak bertahan lama. Terutama ketika Pemerintah Jokowi digugat KPCDI dan dikabulkan oleh MA. Mahkamah Agung kemudian membeberkan bahwa kenaikan ini melanggar kaidah-kaidah di BPJS Kesehatan sendiri. Yang terkait pada legal structure, legal substance, dan legal culture.

Intinya, semua kenaikan itu tidak bisa diterapkan karena defisit yang terjadi akibat fraud pengelolaan BPJS Kesehatan tidak boleh dibebankan ke masyarakat. Artinya, MA sama saja menegur pemerintah agar harus adil. Yang ngelola ambyar sampai bikin defisit siapa, kok yang kudu tanggung jawab malah rakyat?

Malah yang unik, dengan kenaikan iuran BPJS Jilid Pertama itu, ada banyak fasilitas kesehatan yang malah dihapus sampai proses minta rujukan yang makin berbelit di Faskes 1.

Saya pernah mengalami sendiri bagaimana ketika sakit gigi dua bulan lalu. Dua kali datang ke Faskes 1 tidak bisa ditangani dengan baik karena kebijakan baru. Dua kali datang cuma diberi obat pereda nyeri, karena Faskes 1 tidak bisa melakukan tindakan cabut gigi. Minta surat rujukan ke rumah sakit pun tidak dikasih karena alasan sakit gigi saya belum parah.

Mukegile. Bayar premi BPJS Kesehatan kelas 1 tiap bulan, hasilnya disuruh menahan rasa sakit doang, Gaes. Tagihan dinaikin, tapi pelayanannya diturunin besar-besaran. Dahsyat bener ini.

Itulah yang saya pikir menjadi masuk akal kenapa KPK menyatakan bahwa akar masalah defisit dana BPJS Kesehatan bukan terletak karena masyarakat nggak mau bayar (atau bayar tapi tetep kurang) sampai kemudian bikin jadi defisit.

“Dalam Kajian Tata Kelola Dana Jaminan Sosial (DJS) Kesehatan yang KPK lakukan pada 2019, akar masalah yang kami temukan adalah tata kelola yang cenderung inefisien dan tidak tepat yang mengakibatkan defisit BPJS Kesehatan,” kata Nurul Ghufron, Wakil Ketua KPK.

Artinya, pengelolaan BPJS Kesehatan kalau memang udah amburadul, menaikkan iuran ke masyarakat jelas bukan solusi sama sekali. Mau dinaikan sampai 10 atau 20 kali lipat sekalipun, kalau pengelolaannya di dalam nggak beres, ya problem defisit di BPJS nggak bakal bisa diatasi.

Ibarat BPJS sedang cacingan. Lalu terus merasa lapar dan badannya jadi kurus kering kerontang, Pemerintah malah mikir makannya makin dibanyakin. Akhirnya iuran makanannya dinaikin. Haayaa percuma ngasih makan terus kalau di dalem masih ada cacingnya.

Jadi, maaf ini, Pak Jokowi, sampeyan emang layak banget digugat lagi soal kenaikan BPJS Kesehatan jilid dua.

BACA JUGA Tarif Iuran BPJS yang Sempat Turun Kini Naik Lagi atau tulisan POJOKAN lainnya.

Terakhir diperbarui pada 20 Mei 2020 oleh

Tags: bpjs kesehatanjokowijokowi digugat
Ahmad Khadafi

Ahmad Khadafi

Redaktur Mojok. Santri. Penulis buku "Dari Bilik Pesantren" dan "Islam Kita Nggak ke Mana-mana kok Disuruh Kembali".

Artikel Terkait

pilkada 2024
Kotak Suara

Manuver Anak-anak Jokowi di Pilkada 2024

25 Januari 2023
ganjar pranowo pilpres
Kotak Suara

Survei LSI: Ganjar Pranowo Unggul Ditopang Fans Jokowi 

25 Januari 2023
Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja MOJOK.CO
Esai

Cak Nun Salah, Jokowi Bukan Firaun karena Firaun Tidak Setuju UU Cipta Kerja

21 Januari 2023
uu pprt mojok.co
Kotak Suara

Jokowi Desak RUU PPRT Disahkan, Mandek 19 Tahun Lamanya

20 Januari 2023
Muat Lebih Banyak
Pos Selanjutnya
Selera Ega: Ketela Meleduk yang Emp

Selera Ega: Ketela Meleduk yang Empuk dan Minuman-Minuman Segar untuk Berbuka

Tinggalkan Komentar


Terpopuler Sepekan

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak yang Dihujat Warganet - MOJOK.CO

Suara Hati Pak Bukhori, Penjual Nasi Minyak Surabaya yang Dihujat Warganet

24 Januari 2023
PO Haryanto Bikin Perjalanan Cikarang Jogja Jadi Menyenangkan MOJOK.CO

PO Haryanto Sultan Bantul Bikin Perjalanan Cikarang-Jogja Jadi Sangat Menyenangkan

27 Januari 2023
Pak Jokowi, Presiden Iku Ora Bedo Koyo Guru, Mbok Sing Teges

Maaf, Pak Jokowi, Situ Emang Layak Digugat soal Kenaikan BPJS Kesehatan Jilid Dua

20 Mei 2020
Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU / satu abad yang Gini-gini Aja MOJOK.CO

Suara Kader Muda NU untuk 100 Tahun NU yang Gini-gini Aja

28 Januari 2023
Suara Hati Petani di Gunungkidul Karena Monyet yang Marah Kena JJLS

Suara Hati Petani di Gunungkidul karena Monyet yang Marah Kena JJLS

26 Januari 2023
warung madura mojok.co

Tiga Barang Paling Laris di Warung Madura Menurut Penjualnya

27 Januari 2023
kecamatan di sleman mojok.co

5 Kecamatan Paling Sepi di Sleman yang Cocok untuk Pensiun

27 Januari 2023

Terbaru

jumat curhat mojok.co

Polda dan Polres Gelar ‘Jumat Curhat’ untuk Wadah Uneg-uneg Warga

1 Februari 2023
remaja ktd sumedang

Siswi di Sumedang yang Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan Boleh Kembali Sekolah

1 Februari 2023
500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

500 Triliun Anggaran Kemiskinan Cuma Dipakai Rapat dan Studi Banding Doang?

1 Februari 2023
kemiskinan di diy mojok.co

Pakar UGM Mempertanyakan Garis Kemiskinan di DIY

1 Februari 2023
wali kota semarang

Wali Kota Perempuan Pertama Kota Semarang Langsung Dapat PR dari Megawati

1 Februari 2023
awal bulan puasa mojok.co

Muhammadiyah Tetapkan Awal Bulan Puasa 23 Maret, Bagaimana Cara Penentuannya?

1 Februari 2023
bacaleg pks

PKS Terima Bacaleg Non-Kader, Banyak Juga yang Non-Muslim

1 Februari 2023

Newsletter Mojok

* indicates required

  • Tentang
  • Kru Mojok
  • Disclaimer
  • Kontak
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
DMCA.com Protection Status

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Kanal Pemilu 2024
  • Esai
  • Susul
    • Bertamu Seru
    • Geliat Warga
    • Goyang Lidah
    • Jogja Bawah Tanah
    • Pameran
    • Panggung
    • Ziarah
  • Kilas
    • Ekonomi
    • Hiburan
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Luar Negeri
    • Olah Raga
    • Pendidikan
  • Pojokan
  • Konter
  • Otomojok
  • Malam Jumat
  • Uneg-Uneg
  • Movi
  • Kunjungi Terminal
  • Mau Kirim Artikel?

© 2023 MOJOK.CO - All Rights Reserved.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In