MOJOK.CO – Di saat negara-negara lain pengin mengeliminasi senjata nuklir di dunia karena rawan bikin bencana, Luhut malah pengin Indonesia punya senjata nuklir juga biar bisa ikutan kalau ada keributan.
Kennet Waltz, seorang scholar Hubungan Internasional pada tahun 1981 pernah menulis sebuah esai berjudul “The Spread of Nuclear Weapons: More May Better”. Esai itu bisa berisi prediksinya mengenai apa yang akan terjadi jika negara-negara di dunia pada punya senjata nuklir. Di esainya, dia bilang kalau penyebaran senjata nuklir akan membawa dunia ke dalam kedamaian dan memperkuat stabilitas internasional.
Kok bisa banyak senjata tapi jadi aman?
Sebagai seorang realis sejati yang kerjaannya curigaan mulu kalau negara lain pengin berbuat jahat, dan satu-satunya cara biar negara kita selamat adalah dengan memperkuat pertahanan dengan punya banyak senjata, Waltz mikir kalau semua negara punya senjata nuklir, nggak akan ada yang berani nyerang satu sama lain soalnya nanti kalau pecah perang, perangnya yang melibatkan nuklir bakal membawa kehancuran maha dahsyattt buat siapa pun yang terlibat di sana.
Karena horor kalau negaranya bisa hancur lebur, negara jadi harus mikir berkali-kali kalau mau ngajak perang. Akhirnya nggak akan ada yang berani deh, jadinya dunia damai.
Yang jadi masalah, ketika kita tahu negara sebelah punya nuklir (meskipun kita tahu kalau itu tujuannya untuk pertahanan), kita pasti tetep deg-degan soalnya, kita nggak pernah tahu apa yang terjadi di masa depan, gimana kalau kita tiba-tiba musuhan sama negara itu lalu nuklirnya suatu saat dipakai buat nyerang kita? Di sinilah muncul yang namanya security dilemma.
Dilema yang bikin kita mau nggak mau, harus punya nuklir juga sebagai persiapan kalau-kalau nanti perang. Nah, sama halnya kayak kita yang deg-degan lihat tetangga makin kuat, tetangga kita juga akhirnya was was dan melihat upaya kita untuk melindungi diri itu sebagai ancaman (dikiranya mau nantangin juga), jadi dia mau nggak mau, akhirnya beli senjata lagi. Ya pokoknya jadi lomba-lombaan senjata terus lah sampai nggak tahu kapan berhenti. Ini yang terjadi kejadian waktu Perang Dunia II dan Perang Dingin antara AS dan Soviet dulu.
Ya emang sih dunia jadi aman karena nggak ada perang. Tapi kalau dipikir-pikir, horor juga kalau senjata nuklirnya jadi kebanyakan. Gimana kalau (amit-amit) ada satu negara sensi sedikit, atau petugasnya teledor dan nggak sengaja kepijit tombolnya, lalu senjata itu meluncur ke tempat yang tidak diduga sebelumnya. Bukannya bikin damai, yang ada malah manggil bencana.
Ketakutan terjadi ketololan kayak gini ini yang akhirnya bikin perjanjian yang namanya Non-Proliferation Treaty (NPT) yang tujuan akhirnya adalah mengeliminasi senjata nuklir buat negara yang punya nuklir, dan mencegah negara yang nggak punya senjata nuklir terinspirasi dan pengin punya juga. NPT memastikan negara-negara nggak melakukan percobaan, atau mengembangkan nuklir secara diam-diam. Lalu mengatur penggunaan uranium untuk energi bukan untuk senjata.
Lagian, sekarang udah nggak musim negara saling ngancam buat perang. Sejak dunia terintegrasi lewat perdagangan internasional, perang dianggap sebagai tindakan yang merugikan. Ya gimana nggak rugi, kalau kita menyatakan perang, kita bakal langsung dicap musuh internasional terus dikasih banyak sanksi ekonomi yang bikin kita nggak bisa jualan atau beli kebutuhan.
Nah, di saat warga dunia berusaha mengeliminasi senjata nuklir, Luhut Binsar Pandjaitan, Perdana Menteri eh Menko Maritim dan Investasi Indonesia malah bilang kalau dia pengin Indonesia punya senjata nuklir setelah berkunjung ke World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss Januari kemarin.
Mengutip dari Tirto, katanya, dia kepikiran kalau Indonesia harus punya nuclear power setelah nimbrung pembicaraan AS, India, China, dan Korea Utara. Tapi, meskipun udah nimbrung, Jenderal yang ia kenal malah asik berbicara dengan perwakilan negara tadi dan dia sama sekali nggak diajak bicara…. Dia pun akhirnya mempertimbangkan kalau boleh juga nih Indonesia punya senjata nuklir. Biar kalau ada ribut-ribut, Indonesia bisa ikut.
Memang ya jiwa-jiwa suka keributan ini bukan hanya tertanam dalam diri netizen, tapi juga dalam diri seorang menteri! Saluuuut!
Tapi yang jadi masalah, pengin punya senjata nuklir biar bisa caper dan gaya-gayaan itu kok ya anu… gimanaaa gitu. Senjata nuklir itu kan bukan mainan….
Mana bisa orang Indonesia ngelola proyek yang harus zero mistake kayak gitu. Mana di Indonesia dana proyek tuh suka dikorupsi lagi. Wisma atlet dan proyek Hambalang saja mangkrak, lha bisa dibayangin kalau Indonesia punya proyek pengembangan senjata nuklir, karena duitnya dicawe-cawe sana-sini, akhirnya dikerjakan secara serampangan, hasilnya? Senjata setengah jadi yang nantinya meledak di kadang sendiri! Ini mah bukan senjata nuklir lagi namanya tapi jadi senjata pemusnah bangsa Indonesia.
Kalau cuma buat ikutan ribut-ribut, nggak perlu nuklir, pakai netizen aja, Pak, pada jago mereka!!1!
Masa cuma gara-gara baper nggak diajak ngobrol lalu iri sama negara yang punya nuklir lantas kepikiran ide gila kayak gitu. Ya mbok lain kali ngiri tuh sama negara yang menyejahterakan rakyatnya kayak negara-negara Skandinavia gitu lhoo. Ngiri kok sama negara yang suka bikin bencana.
BACA JUGA Betapa Realisnya Prabowo dan Liberalisnya Jokowi atau artikel lainnya di POJOKAN.