Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Larangan Main Layangan di Pontianak Emang karena Masyarakatnya Bandel

Audian Laili oleh Audian Laili
17 Juli 2019
A A
Larangan Main Layangan di Pontianak MOJOK.CO
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Larangan main layangan di Pontianak sudah jadi masalah lama. Hal ini terjadi karena bukan karena masalah ruang, tapi juga masyarakatnya yang bandel!

Pemerintah Pontianak akan lebih melarang dengan tegas warganya untuk main layangan. Aturan semacam ini kalau ditelan mentah-mentah, tentu bikin uring-uringan. Bagaimana bisa main layangan yang jadi permainan dari masa ke masa di waktu luang, bahkan sampai dilombakan, harus dilarang-larang sama pemerintah? Ini pemerintah yang bikin aturan lagi bercanda, nyari-nyari kerjaan, atau lagi males mikir, sih?

Akan tetapi, ternyata aturan tersebut ternyata cukup beralasan. Hal tersebut dikarenakan, orang Pontianak hobi main layangan dengan menggunakan tali kawat ataupun benang gelasan. Benang ini merupakan jenis benang yang cukup tajam sehingga berbahaya jika mengenai seseorang.

Sengaja menggunakan benang yang tajam, dengan alasan supaya layangan dia bisa mengalahkan layangan lawan dengan mudah. Akan tetapi, karena lahan kosong di Pontianak sudah semakin sempit, mereka pun bermain di pinggir-pinggir jalan, atau di tempat yang tidak seharusnya. Sehingga, membuat pengguna jalan atau masyarakat lain jadi terganggu.

Bahkan, penggunakan benang gelasan yang tidak bijak tersebut, menurut Wali Kota Pontianak, sudah mengakibatkan banyak korban meninggal dunia. Beberapa kali pernah membuat orang hampir putus lehernya, mengakibatkan kecelakaan, konsleting listrik, dan menimbulkan permasalahan lainnya. Sehingga dibuatlah aturan yang lebih tegas untuk melarang masyarakat Pontianak main layangan. Kalau masih bandel, bakal didenda Rp50 juta hingga hukuman kurungan 3 bulan.

Sebelumnya Perda tentang Ketertiban Umum yang mengatur sanksi tindak pidana ringan soal ini hanya menerapkan denda minimum. Yakni pelanggar hanya diberi sanksi denda Rp1 juta. Akan tetapi karena aturan tersebut belum memberikan efek jera pada yang melanggar, akhirnya perda direvisi dengan meningkatkan sanksinya.

Tidak adanya lahan untuk bermain ini mengingatkan saya pada sebuah pengalaman beberapa bulan lalu. Saya dengan teman saya sedang mencari rumah seseorang. Dengan mengendarai motor, melewati gang-gang kota yang agak sempit. Di tengah perjalanan, ada sekitar 7 anak sedang asyik bermain bola. Ketika kami lewat, mereka menghentikan permainannya. Minggir. Lalu melihat kami dengan ekspresi senyum-senyum malu dan merasa bersalah.

Ekspresi bersalah yang mereka tunjukan dan mata yang seolah meminta maaf karena telah menganggu perjalanan kami, membuat hati kami blingsatan. Bahwa mereka sebetulnya tidak perlu meminta maaf. Kami paham, lahan bermain mereka sekarang tidak lagi gratis. Jika mereka ingin bermain sepak bola, lahan terdekat yang ada adalah lapangan futsal yang letaknya di jalan raya depan gang rumah mereka. Dan itu berbayar.

Lahan lapang yang kurang, masyarakat yang nggak paham-paham bahaya main layangan dengan benang gelasan, akhirnya membuat pemerintah mengeluarkan aturan yang sifatnya ancam-mengancam. Hingga harus merelakan permainan dari nenek moyang ini, lebih baik tidak lagi dimainkan.

Mungkin, keadaan lahan yang semakin sempit, jumlah manusia yang semakin banyak, bermain yang butuh ruang semakin susah untuk dilakukan. Tidak hanya susah, tapi kalau memaksa untuk tetap dilakukan justru bisa membahayakan masyarakat lainnya. Menganggu ketertiban umum. Dan sebagainya. Dan sebagainya.

Satu-satunya cara bermain yang tidak menganggu orang lain saat ini, mungkin memanglah bersandar pada gadget. Tidak menganggu ruang orang lain. Tidak butuh space yang besar.

Biarlah ruang-ruang itu menjadi milik investor dengan perumahan mewahnya yang katanya dijual demi investasi masa depan. Biarlah ruang-ruang itu menjadi tempat olahraga yang dibayar dengan hitungan jam. Biarlah ruang-ruang itu menjadi pusat perbelanjaan, supaya semakin mudah akses kita untuk “memenuhi kebutuhan”. Biarlah ruang-ruang itu menjadi working space yang dibangun dengan gaya nature-industrial nya. Yang katanya adalah tempat untuk berinteraksi dan bersosialisasi paling ciamik abad ini.

Sayangnya, larangan main layangan di Pontianak bukan sekadar tidak adanya lahan. Tapi juga soal hobi masyarakat yang menjadikan main layangan untuk diadu dan sarana taruhan atau “perjudian”. Sehingga, benang yang digunakan pun jadi ngawur dan membahayakan. Hanya dengan dalih: asalkan bisa menang.

Mungkin, masyarakat Pontianak sekarang memang tidak perlu lagi bermain layang-layang. Supaya tidak lagi belajar untuk menarik ulur seseorang.

Terakhir diperbarui pada 18 Juli 2019 oleh

Tags: judimain layanganpemerintahpontianak
Audian Laili

Audian Laili

Redaktur Terminal Mojok.

Artikel Terkait

Penderitaan Naik Bus di Kalimantan Semuanya Serba Jauh MOJOK.CO
Otomojok

Penderitaan Naik Bus di Kalimantan: Dari Ujung ke Ujung Ekuator Semuanya Serba Jauh

30 Desember 2024
judi online.MOJOK.CO
Ragam

Cara Judi Online Memanipulasi Pikiran sampai Buat Angka Perceraian Meningkat

29 Juni 2024
Parkir Liar Susah Diberantas, Siapa yang Membekingi?
Video

Parkir Liar Susah Diberantas, Siapa yang Membekingi?

10 Juni 2024
Minta Tanda Tangan Imam di Ramadan itu Merepotkan MOJOK.CO
Ragam

Minta Tanda Tangan Imam di Bulan Ramadan, Kegiatan yang Pernah Dianggap Imam Masjid Merepotkan dan Membuang Waktu

28 Maret 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.