Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Lagu Warnet Penyebab Orang Jadi Badut Cinta sampai Sekarang

Hobi kok menghibur orang dalam suka duka, tapi mau-maunya dibayar cuma-cuma tanpa cinta. Ngebadut aja terus.

Ajeng Rizka oleh Ajeng Rizka
11 November 2021
A A
ilustrasi Lagu Warnet Penyebab Orang Jadi Badut Cinta sampai Sekarang mojok.co
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Mendengarkan lagu warnet 2000-an selain membawa unsur nostalgia juga menyumbang pola pikir ngebadut.

Mendengarkan MP3 adalah kemewahan bocah-bocah yang tumbuh besar pada 2000-an. Lagu-lagu dari band dan penyanyi di masa itu, disebarkan melalui flashdisk-flashdisk penuh virus trojan yang transaksinya berlangsung di komputer warnet. Jangankan sadar bahwa aksi itu sebuah pembajakan, ketika itu bocah-bocah bahkan masih gegar budaya dengan teknologi copy-paste di komputer warnet. 

Tidak heran jika lagu yang populer pada 2000-an disebut juga dengan lagu warnet. Warnet adalah pusat tata surya ketika itu, sumber hiburan duniawi semua ada di sana. Tanpa perlu mengunjungi situs Stafaband dan 4shared, komputer warnet sudah menyimpan arsip intelektual dan memberikannya secara cuma-cuma.

Saya sadar bahwa banyak lirik lagu warnet yang populer pada 2000-an telah menyumbang pola pikir yang lumayan menye-menye. Ini saya rasakan saat sekali waktu kawan saya pernah bertanya acak, “Kamu masih dendam sama mantan nggak sih?”

Dengan sok bijak saya pun menjawab, “Nggak tahu juga ya. Rasanya kok aku sudah maafin dia walau kesalahan yang dia lakukan bikin sakit hati setengah modar.”

Tanpa diberi aba-aba, kawan saya itu lanjut menyanyi lagunya Rama, judulnya “Bertahan” sambil sebelumnya mengutuki, “Dasar generasi lagu warnet!”

Meski kau terus sakiti aku
Cinta ini akan selalu memaafkan
Dan, aku percaya nanti engkau
Mengerti bahwa cintaku takkan mati

Halah! Kok sikap saya memaafkan mantan dengan tulus terasa kayak ngebadut sendiri. Saya seolah-olah sedang diajak becermin. Kok ya mau-maunya memaafkan orang yang sudah sembarangan masuk dalam kehidupan saya dan pergi dengan kesan buruk. Bangsat betul pola pikir ini. Alih-alih sadar, saya malah kasihan sama diri sendiri, tapi tetap lanjut membadut. Ah!

Kalau dipikir-pikir, beberapa lagu warnet yang populer memang punya napas yang hampir mirip. Coba dengarkan lagu Lobow yang judulnya “Salah”.

Sepanjang perjalanan cintamu
Kau bilang aku yang paling tangguh
Tapi mengapa kau tinggalkan aku
Dengan alasan yang tak jelas


​​Apa aku pernah mengeluh
Apa aku pernah berlari
Saat kau ada masalah

Siapa nih yang mau kasih tahu Lobow bahwa kisah di liriknya itu soal cinta beda keyakinan? Yang satu yakin, yang satu nggak yakin. Kesimpulannya cuma satu, si dia udah nggak cinta. Gitu aja. Ya tapi, mau gimana lagi. Masalah perasaan memang bikin yang seharusnya sederhana jadi rumit kok.

Lagu warnet yang populer pada 2000-an memang umumnya menyuarakan kegamangan yang sama. Generasi fans Flanella misalnya, mungkin mereka lebih mendingan dalam menghadapi perpisahan. Walaupun tetap tersakiti, tapi berusaha optimis untuk menyambut hari-hari tanpa dirinya yang terkasih. Sambat dulu nggak masalah, marah-marah dulu, mengisahkan penderitaan dulu, kemudian mengobati perasaan sakit yang dialaminya sendiri. 

Demi aku yang pernah ada di hatimu
Pergi saja dengan kekasihmu yang baru
Dan aku yang terluka oleh hatimu
Mencoba mengobati perihku sendiri
Aku yakin bisa
Aku bisa tanpamu

Iklan

Setidaknya barisan fans Flanella lebih optimistis ketimbang penggemar grup band Samsons yang walau sudah berpisah pengin menyimpan kisah cintanya sebagai kenangan yang terindah. Sadar dong, kalau kenangan itu indah kenapa harus diakhiri? Ya harusnya diperjuangkan dong.

Bila yang tertulis untukku
Adalah yang terbaik untukmu
Kan kujadikan kau kenangan
Yang terindah dalam hidupku

Namun takkan mudah bagiku
Meninggalkan jejak hidupmu
Yang tlah terukir abadi
Sebagai kenangan yang terindah

Dear abang-abang band Samsons, janganlah mengukir jejak mantan sampai abadi. Nanti kayak saya, susah move on. Lagi pula, walaupun dibilang terindah, namanya kenangan ya sudah berakhir. Sesuatu yang menyedihkan yang teromantisasi dalam lirik lagu begini ini nih, yang banyak menciptakan bucin dan badut-badut cinta. Menghibur dalam suka duka, tapi bayarannya cuma-cuma.

Bukan mau nyalahin penyanyi-penyanyi lagu warnet masa lalu. Justru saya salut mereka punya lirik yang begitu kuat sampai orang-orang masih mengingatnya sekarang. Sayangnya, beberapa orang yang telanjur meresapi liriknya, menginternalisasi nilai-nilai badut di dalamnya. Ya persis kayak saya deh. Kebanyakan dengerin MP3 hasil copas di komputer warnet jadinya begini.

Tapi, saya rasa kisah saya ditinggalkan sang mantan masih mending. Ada beberapa orang yang justru terjebak dalam hubungan searah dan bertahan terus sampai sekarang. Ini ciri-ciri generasi yang dengerin lagunya Ada Band “Manusia Bodoh”. Rajanya lagu warnet versi ngebadut paling menye-menye.

Tiada yang salah
Hanya aku, manusia bodoh
Yang biarkan semua
Ini permainkanku berulang-ulang kali

Mencoba bertahan sekuat hati
Layaknya karang yang dihempas sang ombak
Jalani hidup dalam buai belaka
Serahkan cinta tulus di dalam takdir

Lirik lagu Ada Band “Manusia Bodoh” memang tak pernah mengkhianati judulnya sendiri. Memang bodoh banget sih. Sudah tahu dipermainkan, tapi tetap bertahan dan menyerahkan ketulusannya pada takdir. Aduh, bangun, Mas. Jangan ngebadut terus. Masih banyak orang yang lebih pantas menerima ketulusanmu itu. Generasi yang mendengarkan lagu warnet klan Ada Band dan menelan mentah-mentah liriknya bisa terancam bahaya nih. Mereka pikir mereka itu romantis, padahal tragis.

Ah, tapi yang saya lakukan ini kayaknya bakal sia-sia. Menyadarkan orang-orang yang tenggelam dalam lirik lagu warnet 2000-an memang sulit. Kita semua tahu menasihati orang yang sedang jatuh cinta itu percuma. Lagi pula, saya sendiri saja belum sadar kok. Saya masih berusaha setengah mati membersihkan sisa-sisa riasan badut di wajah saya. GWS, masyarakat!

BACA JUGA Eksistensialisme Kierkegaard dalam Album BLACKPINK dan artikel lainnya di POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 11 November 2021 oleh

Tags: cover lagugenerasi 90-anlagu 2000-anlagu warnetMusiknostalgia
Ajeng Rizka

Ajeng Rizka

Penulis, penonton, dan buruh media.

Artikel Terkait

down for life.MOJOK.CO
Panggung

“Wall of Love”, Merayakan Lebaran Metal dengan Berpelukan di Tengah Moshpit Down For Life

25 November 2025
pabrik semen, pracimantoro, wonogiri.MOJOK.CO
Aktual

Dari Panggung Rock in Solo untuk Pegunungan Sewu: Suara Musik Keras Menolak Pabrik Semen Pracimantoro

4 November 2025
captain jack.MOJOK.CO
Panggung

Captain Jack: Antara Debu, Air Mata, dan Anthem Masa Muda

19 September 2025
pulang ke rumah, merantau.MOJOK.CO
Catatan

Duka Setelah Merantau: Ketika Rumah Menjadi Tempat yang Asing untuk Pulang

16 September 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.