Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Konsep Rezeki yang Jauh dari Logika dan Probabilitas

Agus Mulyadi oleh Agus Mulyadi
4 Oktober 2019
A A
mie ayam bakso
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di sebuah jalanan yang yang tak terlalu ramai dekat rumah kontrakan, saya dan Kalis yang sedang berbencengan naik motor Honda Beat Pop berkelir hitam berpapasan dengan seorang pedagang bakso keliling.

Saya melirik si pedagang bakso. Saya amati sepintas lalu. Gerobak baksonya lumayan minimalis. Ramping. Mungkin memang menyesuaikan kondisi jaman yang semakin bergegas. Semakin kecil gerobaknya, semakin gesit dan lihai pula dalam bermanuver.

“Mas, di era go-food seperti sekarang ini, pedagang bakso keliling itu kira-kira masih laku nggak, ya?” Tanya Kalis.

Pertanyaan tersebut tentu saja memancing gejolak pikir bagi saya. Pertanyaan Kalis memang sangat beralasan dan punya landasan berpikir yang empiris.

Saya jadi terpikir, bahwa sejauh ingatan saya bekerja, setidaknya sudah hampir tiga tahun saya tidak membeli bakso atau mie ayam dari pedagang keliling. Padahal, dulu, bersama kawan-kawan, saya sering sekali mencegat tukang bakso atau mie ayam di buk perempatan tempat kami biasa nongkrong untuk kemudian menyantapnya ngiras langsung di tempat.

Tapi seiiring berjalannya waktu serta makin berkembangnya zaman dan teknologi di dunia perkulineran, saya kini selalu memesan makanan lewat aplikasi pemesanan makanan online. Tak lagi suka menunggu dan mencegat pedagang bakso atau mie ayam di perempatan.

Saya pikir, kebiasaan itu juga terjadi pada banyak anak-anak muda lainnya. Bukan hanya saya.

Dengan kondisi yang sedemikian, maka pertanyaan “Apakah pedagang bakso keliling masih tetap laris?” menjadi sangat masuk akal dan relevan.

“Tapi kelihatannya, ya masih tetap laris-laris aja ah, Lis.” Jawab saya spontan. “Logikanya, kalau nggak laris, atau minimal yang beli sedikit, nggak mungkin dia masih jualan.”

Saya pikir, Gusti Allah pasti mengatur rezeki orang dengan cara yang sedemikian rupa, dengan konsep yang susah dimengerti oleh manusia.

Saya kemudian teringat dengan kejadian beberapa hari sebelumnya, saat saya dan Kalis sedang berada dalam bis antar-kota, saat menempuh perjalanan dari Salatiga ke Jogja.

Saat bis ngetem di terminal, seperti yang sudah-sudah, berebutlah para pedagang asongan untuk menawari kami para penumpang barang dagangannya yang rata-rata seragam: kacang, tahu goreng, arem-arem, dan aneka minuman.

“Kacang tahu arem-arem… kacang tahu arem-arem…”

“Aqua dingin mizone… aqua dingin mizone…”

Iklan

Para pedagang asongan ini naik ke dalam bis dan menjajakan dagangannya bergantian. Teriakan mereka sungguh amat metodis dan khas. Para pedagang asongan ini tetap menjajakan dagangannya meskipun mereka tahu, para penumpang sudah ditawari barang dagangan yang sama oleh pedagang sebelumnya.

Mereka tetap yakin bakal ada yang beli. Pada kenyatannya, keyakinan itulah yang membuat mereka tetap sanggup bertahan.

Dan saya pikir, keyakinan tersebut jelas bukan tanpa sebab. Mereka para pedagang sudah membuktikannya. Dan saya sebagai pembeli pun juga mengamininya.

Ketika saya ditawari aqua oleh pedagang pertama, saya tak tertarik. Saya merasa saya tak perlu membeli air minum sebab saya yakin akan bisa menahan haus setidaknya sampai saya tiba di tujuan.

Namun ketika si pedagang tersebut turun, entah kenapa, tenggorokan saya terasa kering. Saya merasa haus. Maka, ketika pedagang kedua naik dan menawari saya aqua (barang yang tadi sudah ditawarkan oleh si pedagang pertama, dan saya menolaknya), saya langsung membelinya.

Betapa dahsyat. Saya bisa mendadak haus dari yang tadinya tidak. Dan itu hanya berlangsung dalam dua menit. Dan saya pikir, begitulah kuasa Tuhan bekerja. Ia dengan mudah membolak-balikkan hati, dan juga mengeringkan tenggorokan yang tadinya terasa masih basah.

Pertanyaan Kalis, lebih jauh, membuat saya sadar. Bahwa kita manusia, kerap terlalu banyak melibatkan logika dan probabilitas, bahkan dalam urusan rezeki. Sesuatu yang sebenarnya jauh lebih besar ketimbang logika dan probabilitas itu sendiri.

Terakhir diperbarui pada 4 Oktober 2019 oleh

Tags: Baksomie ayamrezeki
Agus Mulyadi

Agus Mulyadi

Blogger, penulis partikelir, dan juragan di @akalbuku. Host di program #MojokMentok.

Artikel Terkait

15 Tanda Absolut Sebuah Warung Bakso Sudah Pasti Enak MOJOK.CO
Esai

15 Ciri Warung Bakso yang Sudah Pasti Enak dan Bikin Balik Lagi

19 Oktober 2025
5 Mie Ayam yang Perlu Dihindari kalau Nggak Mau Rugi, Pembeli Mesti Jeli
Pojokan

5 Mie Ayam yang Perlu Dihindari kalau Nggak Mau Rugi, Pembeli Mesti Jeli

15 September 2025
4 Akal-akalan Pedagang Mie Ayam yang Menipu Pembeli Demi Meraup Untung Banyak
Pojokan

4 Akal-akalan Pedagang Mie Ayam yang Menipu Pembeli Demi Meraup Untung Banyak

8 September 2025
3 Kesalahan Penjual Mie Ayam Bakso yang Bikin Saya Menghindari Kuliner Ini dengan Sepenuh Hati
Pojokan

3 Kesalahan Penjual Mie Ayam Bakso yang Bikin Saya Menghindari Kuliner Ini dengan Sepenuh Hati

5 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

Transformasi Wayang dalam Sejarah Peradaban Jawa

30 November 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.