MOJOK.CO – Tagihan listrik di bulan Juni yang naik secara ugal-ugalan membuat PLN dihujani kritikan dan amarah rakyat Indonesia di media sosial.
Lini masa media sosial hari ini dipenuhi dengan kemarahan rakyat Indonesia yang mendapati tagihan listrik mereka di bulan Juni naik secara ugal-ugalan. Kenaikan tagihan yang mereka terima tidak masuk akal, karena rata-rata naik sebesar seratus persen. Parade kemarahan yang beriringan menuju PLN dalam bentuk kata-kata tak terhindarkan.
Laah #TagihanPLNOkSaja ndasmu… Nih tukang las dngn daya 23Kva, ditagih 20 juta. Memangnya ngelas kapal Induk ?? pic.twitter.com/Cxtz2rVp3N
— ⓜⓤⓓⓙⓘⓑ (@MudjiburRohman) June 9, 2020
Pemerintah beberapa saat yang lalu memberi keringanan pembayaran untuk beberapa kelas, yaitu pengguna 450VA dan 900VA. Kelas yang berada di atas kedua kelas tersebut memang tidak dapat keringanan, tapi mereka tak menyangka kalau tagihan mereka bisa naik hingga lebih dari 100 persen.
Wajar mereka meradang, karena mereka memang tidak diberi informasi apa pun atas kenaikan tarif ini sebelumnya muncul tagihan. Yang jadi masalah, PLN mengelak kalau mereka menaikkan tarif. PLN berujar bahwa naiknya tagihan dikarenakan naiknya penggunaan karena banyak orang yang bekerja dari rumah bertepatan dengan bulan puasa.
PLN sempat memberi klarifikasi dengan mengunggah postingan lewat akun Twitter resmi mereka. Perusahaan plat merah tersebut mengklaim bahwa tarif listrik tidak naik semenjak tahun 2017. PLN juga mengklarifikasi bahwa mereka tidak melakukan subsidi silang, seperti yang dituduhkan oleh sebagian orang. Tagihan naik akibat lonjakan penggunaan akibat WFH yang bertepatan pada bulan puasa
Klarifikasi yang harusnya mencerahkan malah justru berbalik ke mereka, karena orang-orang yang membalas unggahan mereka justru mengalami hal sebaliknya.
Orang-orang yang tidak bekerja dari rumah membalas tagihan mereka tetap naik. Bahkan ada yang berkata kalau tarif listrik di rumah yang sedang tidak mereka tempati tetap saja naik. Singkatnya, kenaikan tarif listrik ini dialami oleh semua pihak, bahkan yang tidak memakai listrik sekali pun.
Boro boro aktitas di rumah~ saya kerja di RS bwang mana ada WFH sik? Kocak juga KWH bisa naek setengahnya ye???? pic.twitter.com/laU5jIkc4H
— ?? (@dellianas) June 9, 2020
Yang lebih tidak masuk akal, pengguna listrik isi ulang juga mengalami keluhan yang kurang lebih sama. Banyak dari mereka yang merasa bahwa pulsa mereka cepat habis meski penggunaan tidak berbeda. Ya mungkin ini perkara masalah perasaan aja sih, tapi jangan sepelekan ilmu titen ibu-ibu rumah tangga. Nggak bercanda ini aku.
Banyak dari orang yang protes akan kenaikan tarif tersebut karena mendapati jumlah penggunaan listrik mereka tercatat naik secara tidak masuk akal. Meski mereka menggunakan listriknya secara normal, namun yang tercatat justru berbeda. Kita bisa melihat penggunaan listrik kita lewat aplikasi PLN Mobile, menghubungi call center, dan mengecek langsung lewat website PLN.
Klaim dan fakta yang berbeda akan menghasilkan asumsi-asumsi liar yang bisa membakar. Klarifikasi PLN yang jelas-jelas tidak selaras dengan apa yang dialami oleh korban naiknya tarif membuat asumsi tak sedap yang ditujukan kepada perusahaan negara tersebut.
Pada titik ini, mau tidak mau kita harus mengarahkan pandangan penuh kepada PLN dan meminta mereka menjelaskan seterang-terangnya tentang ontran-ontran ini. Ini bukan masalah sepele karena meski yang protes adalah bukan penikmat subsidi, bukan berarti mereka tidak memiliki masalah jika harus membayar kenaikan tarif sebesar 40-2000 persen.
Namun lagi-lagi, berharap pemerintah dan perusahaan yang dipegangnya untuk memberikan keterangan yang jelas kok susah. Karena seperti yang sudah-sudah, kita dipaksa untuk menerima dan menderita karenanya.
BACA JUGA Negara Boleh Goblok, Kita Jangan dan artikel menarik lainnya dari Rizky Prasetya.