Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Ketika Artikel Jurnal Pro-LGBT Dipakai untuk Kampanye Anti-LGBT

Rizky Prasetya oleh Rizky Prasetya
9 Desember 2019
A A
ketika jurnal pro-lgbt dipakai untuk kampanye anti-lgbt
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Utas tentang LGBT dari akun @estiningsihdwi memicu keributan. Meskipun keributan adalah fitur tidak resmi dari Twitter, namun utas tersebut lebih banyak membuat kita emosi alih-alih terpesona akan jurnal-jurnal yang disebut dalam utas tersebut.

Lini masa Twitter sedang bersukacita. Yang saya maksud dengan bersukacita adalah, ada keributan yang terjadi di sana. Utas dari akun @estiningsihdwi tentang LGBT dan kutipan jurnal sains yang dia sertakan memantik perdebatan panjang. Banyak yang setuju, banyak yang bilang dia salah dalam membaca jurnalnya, dan jauh lebih banyak yang numpang ribut.

 

Mohon maaf, bukan maksud sy tdk memberi sumber/ jurnal kajian ilmiah tentang #LGBT

Anda-anda para pembela #LGBT tdk terima klo sy rangkumkan (simpulkan)?

Sy khawatir anda tdk mau baca.
Baca pun, anda apa paham?

Maaf-maaf cakap, bukan meremehkan. Tapi anda sok-sokan Ilmiah.

— Dwi Estiningsih (@estiningsihdwi) December 6, 2019

93,8% #LGBT mempunyai setidaknya satu gangguan kepribadian, yang paling umum adalah borderline, obsesif kompulsif dan gangguan kepribadian menghindar.

— Dwi Estiningsih (@estiningsihdwi) December 6, 2019

Cukup? Mau berapa kajian ilmiah lagi?
Masih buanyak.

Penelitian diatas dilakukan di negara-negara barat dimana #LGBT telah mendapatkan legalisasi hukum.
Kalau gangguan jiwa alasannya karena perilaku diskriminasi, itu omong kosong!#DaruratHIVDaruratLGBT

— Dwi Estiningsih (@estiningsihdwi) December 6, 2019

Topik tentang LGBT di Indonesia memang masih mudah memicu keributan tak berfaedah. Maksud dari tak berfaedah adalah orang-orang belum tentu mau membaca jurnal ilmiah dan melihatnya lewat sains, tapi sudah memberi penilaian yang ndakik­-ndakik­. Kesimpulan orang-orang itu bisa ditebak, yaitu LGBT tidak boleh dilegalkan dan perilakunya menyimpang.

Masalahnya, akun @estiningsihdwi tersebut memberikan jurnal ilmiah tentang LGBT yang ia rasa mendukung pernyataannya, namun jurnal tersebut mengatakan sebaliknya jika dibaca utuh. Akun tersebut hanya mengambil fakta sepotong-sepotong tanpa memberi konteks luas. Bahkan Brian Mustanski, salah satu pemilik karya yang disebutkan oleh akun tersebut memberi klarifikasi bahwa interpretasi akun @estiningsihdwi itu tidak tepat.

That would be an incorrect interpretation of my work. We have shown that mental health disparities are driven by social determinants (e.g., bullying, anti-gay policies). LGBTQ people are NOT inherently disordered. We summarize that work in this paper: https://t.co/0pRYIVMB3G

— Brian Mustanski, PhD (@Mustanski) December 8, 2019

Orang waras pasti malu, namun di Kepulauan +62 ini, aplikasi logika bisa diabaikan dengan mudah.

Jurnal-jurnal ilmiah yang disebutkan sebenarnya adalah penelitian tentang diskriminasi terhadap LGBT meningkatkan risiko terjadinya HIV. Kalau masih bingung, garis bawahi “diskriminasi terhadap LGBT”, itulah poinnya. Namun ajaibnya, jurnal-jurnal tersebut diambil penggalannya untuk mendukung penolakan terhadap LGBT. Itu pun di awal utas akun @estiningsihdwi bahkan memberi pernyataan yang amat nggleleng, dengan berkata, “Maaf-maaf cakap, bukan meremehkan. Tapi anda sok-sokan ilmiah.”

Anda bingung? Ha aku yo podo. Kok bisa-bisanya mikir kek gitu.

Maaf-maaf saja ini, Bu, bukan merendahkan. Tapi Anda sok-sokan paham. Harusnya dengan dibaca judulnya saja, Anda tahu kalau jurnal yang anda sebutkan itu justru studi tentang persekusi terhadap kaum LGBT. Karya ilmiah ini kalau dibaca penduduk Namec pun, mereka pasti tahu maksudnya. Kalaupun Anda nggak ngerti, Anda harusnya nggak menyertakan karya-karya tersebut. Masak Anda ya berjuang sebegitu keras hanya untuk terlihat meyakinkan gobloknya?

Cara membaca data yang disampaikan oleh @estiningsihdwi ini lucu. Kenapa lucu, karena dia katanya itu dosen. Kalau dosen membaca data caranya seperti ini, mending ngulang mata kuliah keterampilan membaca. Mohon maaf kalau kesannya (memang) menghina, tapi dosen adalah panutan bagi mahasiswa. Coba bayangkan jika pendidik saja cara baca datanya saja seperti itu, mahasiswanya mau belajar apa?

Iklan

Kecilnya akses kesehatan pada kaum LGBT jelas memberikan dampak berupa meningkatnya potensi penyakit seksual. Ini logika dasar pake banget. Mereka hidup aja udah dihujat banyak orang, apalagi mengakses fasilitas yang sama. Tambah remuk. Penelitian yang harusnya digunakan untuk membuka mata pada kesadaran malah dipakai untuk memberi persekusi yang lebih jauh.

Ngomong-ngomong bu dosen, tahu Toni Blank nggak? Toni Blank adalah artis dunia maya yang terkenal akan komentar anehnya pada suatu isu. Toni adalah pengidap skizofrenia, menjelaskan kenapa dia sering ngelantur ketika memberi komentar pada suatu isu. Tapi hebatnya, penyataan Toni sering mashok meskipun harus disampaikan dengan muter-muter. Kalau Toni bilang, dia gila aja masih mikir.

Nah, masalahnya begini, Bu. Toni Blank itu kalau diikuti secara saksama, omongannya masuk. Dia mengomentari isu secara tepat, hanya kata-katanya saja yang muter-muter kek mahasiswa baru khatam Dunia Sophie. Tapi untuk kasus jenengan, makin kita mencoba memberi perhatian terhadap detil, makin kita mangkel terhadap pernyataan Anda. Kita jadi bete dong udah ikutan ribut gara-gara utas LGBT versi Anda. Tahu gitu, mending ribut sama akun fans Kpop, jelas lebih ra mashok tapi lebih seru. Ini udah ndakik-ndakik, jebul kopong.

Toni Blank 1 – 0 bu dosen.

Oh iya, Anda bilang di utas kalau “sombong terhadap orang sombong adalah sedekah”. Mohon maap nich, Ibu mau cosplay jadi Firaun apa gimana?

BACA JUGA Halo tvOne, HIV Itu Lebih Banyak Ditularkan oleh Hetero daripada Gay atau LGBT dan artikel menarik lainnya di rubrik POJOKAN.

Terakhir diperbarui pada 9 Desember 2019 oleh

Tags: kampanye anti-lgbtkampanye pro-lgbtthread twitter
Rizky Prasetya

Rizky Prasetya

Redaktur Mojok. Hobi main game dan suka nulis otomotif.

Artikel Terkait

No Content Available
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Praja bertanding panahan di Kudus. MOJOK.CO

Nyaris Menyerah karena Tremor dan Jantung Lemah, Temukan Semangat Hidup dan Jadi Inspirasi berkat Panahan

20 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Safari Christmas Joy jadi program spesial Solo Safari di masa liburan Natal dan Tahun Baru (libur Nataru) MOJOK.CO

Liburan Nataru di Solo Safari: Ada “Safari Christmas Joy” yang Bakal Manjakan Pengunjung dengan Beragam Sensasi

20 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.