MOJOK.CO – Laki-laki yang nge-date pakai running shoes dianggap nggak paham estetika dan fungsi alas kaki. DENGERIN, TUH, MAS, DENGERIN!
Toko sepatu di Jalan Mataram, Jogja, punya kenangan yang cukup besar untuk Vania. Kekasihnya adalah seorang pemain bola voli yang kerjaannya ngebatalin janji kencan demi turnamen antarkampung berburu sepatu voli terbaru dengan merek yang bahkan baru pertama kali Vania dengar.
Karena kecintaannya pada olahraga voli, pacar Vania—kita sebut saja ia Gio—kerap menggunakan sepatu voli hampir di banyak kesempatan, termasuk saat jalan-jalan bersama Vania. Nah, nah, ini dia masalahnya!
Pengalaman Vania berpacaran memang standar dan nggak spesial-spesial amat. Tapi, yang menarik, ia telah mengalami banyak sekali kencan bersama Gio yang gayanya super template: kaos, celana, dan pakai sepatu voli.
Karena itulah, saat menemukan sebuah twit yang fenomenal berikut, Vania cuma bisa ketawa-ketiwi.
Geregetan sm cowo yg ngedate pk running shoes. Mungkin blm paham fungsi + estetika… Cewe udah cape2 dandan milih baju + heels, eh malah harus ketemu cowo yg urusan sepatu masih asal-asalan. https://t.co/pbITlBDhCv
— KІТТΥ РЯIDЕ (@mskittypride) May 24, 2019
Kalau pakai running shoes dalam berkencan saja dianggap nggak paham fungsi dan estetika, apa kabar orang-orang yang kekeuh ke mana-mana pakai sepatu voli, macam kekasih Vania? Dalam hati, Vania bertanya-tanya bakal seperti apa dialog yang terjadi antara penulis twit di atas dan Gio.
“Ih, sepatu kamu nggak cucok banget, sih, buat kencan!”
“Loh, ini kan karepku!” jawab Gio, sambil nge-smash dua belas pasang sepatu voli saking kesalnya.
O, jangan salah: Vania mencintai Gio sepenuh hati. Kebiasaan kekasihnya untuk menggunakan sepatu voli pun sebenarnya nggak masalah-masalah amat untuknya, tapi…
…ya emang dia nggak punya alas kaki yang lain gitu yang lebih pas??? jerit Vania dalam hati.
Dalam hal berkencan pakai running shoes yang ramai dibicarakan di Twitter, ada banyak pengguna internet memprotes pendapat si pemilik thread. Gimana kalau running shoes-nya mahal??? Gimana kalau si pacar memang paling nyaman pakai running shoes??? Kenapa, sih, kita harus memaksakan keinginan kita pada orang lain???
Padahal, kalau dipikir-pikir, nggak ada yang salah dari twit di atas. Coba baca lagi, deh:
“Geregetan sm cowo yg ngedate pk running shoes. Mungkin blm paham fungsi + estetika… Cewe udah cape2 dandan milih baju + heels, eh malah harus ketemu cowo yg urusan sepatu masih asal-asalan.”
Tokoh perempuan dalam twit tadi disebutkan “sudah capek-capek dandan, milih baju dan heels”, sementara si laki-laki “pakai running shoes”. Jelas, ada ketimpangan di sana, Saudara-saudara. Maksud saya, mereka pasti sudah memutuskan mau kencan di mana, bukan?
Penentuan tempat sangat memengaruhi penampilan. Kalau si perempuan sudah “capek-capek dandan, milih baju dan heels”, kemungkinan besar tempat tujuan date mereka jelas bukan lapangan olahraga atau stadion—mungkin mereka akan pergi makan malam fancy di tempat yang seporsi minumannya disajikan pakai sedotan stainless steel, atau ke tempat-tempat lain yang memang akan membuatmu berekspektasi bahwa pasanganmu bakal menggunakan sesuatu yang tampak lebih formal.
Dan itu jelas bukan pakai running shoes, Bambang!!!1!1!!!
Ta-tapi, kan, pakai running shoes atau nggak, yang penting punya pacar?! Lagian, kalau cinta, kok, ngatur-ngatur gaya orang?!
Melihat pengalaman Vania yang pacarnya literally ke mana-mana pakai sepatu voli (mamam, noh, lebih ngeselin daripada pakai running shoes, kan???), saya rasa masalahnya bukan soal ngatur atau nggak ngatur. Pacar Vania pernah berkeras akan memakai sepatu volinya saat mereka berniat datang ke sebuah pernikahan seorang kawan. Vania, yang tentu saja “sudah capek-capek dandan, milih baju dan heels”, langsung merasa gemas.
“Situ nggak punya pantofel, Bang???” seru Vania, kesal.
Ujung-ujungnya, mereka berdua pergi kondangan dengan gembira, setelah Gio menukar sepatunya dengan pantofel yang memang lebih mashoook daripada sepatu voli.
Apakah dengan mengganti sepatu tadi, Vania bisa dikategorikan mengatur-atur Gio? Nggak, Baby, itu namanya memberi masukan. Ngasih saran. Menegur, karena nggak sesuai situasi dan kondisi. Dan itu, tentu saja, merupakan hal yang wajar.
Lagian, kalau masukan sederhana macam itu aja kamu nggak mau terima, ya ngapain kamu pacaran??? Mau pacaran sama batu aja, hmm???
Hal yang sama berlaku dengan mereka-mereka yang pacarnya pakai running shoes. Maksud saya, kalau kamu dan pacar sudah berniat mau main air dan pasir di pinggir pantai, misalnya, ya ngapain pergi pakai running shoes? Kalau cuma mau makan di warung dekat kosan berdua sama pacar, ngapain juga repot-repot pakai running shoes? Memangnya, orang-orang ini nggak tahu ada penemuan besar bernama “sandal jepit”, ya???
Tapi kata mantan kekasih saya, bepergian pakai running shoes bakal membuat kakinya terasa lebih ringan untuk berlari.
“Maksudnya, kamu mau lari dari aku?!” protes saya saat itu. Si mantan kekasih cepat-cepat menggeleng panik, meskipun beberapa bulan kemudian dia beneran lari gara-gara kepincut cewek lain.
Astagfirullah, sungguh menyebalkan.