MOJOK.CO – Banyak perempuan yang telah kehilangan keperawanan sebelum menikah, merasa tidak lagi punya harga diri. Lalu abaikan segala potensi.
Dari berbagai rubrik di Mojok, dengan naskah-naskahnya yang sering membahas tentang isu-isu politik, agama, dan sosial. Mojok pun memiliki rubrik curhat, sebuah rubrik yang berusaha membuat pembacanya tetap waras. Ya, sebatas berusaha, dan masih tidak yakin dengan dampaknya.
Rubrik curhat ini, akan menjawab pertanyaan pembaca seminggu sekali. Meski hanya menayangkan naskah sekali dalam seminggu, namun curhatan yang masuk ke email redaksi ada banyak sekali. Sampai kami merasa bingung memutuskan untuk membalas pertanyaan yang mana terlebih dahulu.
Nah, dari sekian banyak pertanyaan yang masuk, permasalahan tentang cinta menjadi topik paling banyak dipertanyakan. Agak aneh sebenarnya mereka menanyakan masalah cinta ke Kru Mojok yang masih mencoba peruntungan untuk berhasil dalam bab cinta. Bagaimana bisa, mereka mempercayakan untuk menanyakan hal seperti itu kepada kami?
Jika diperkirakan, mungkin sekitar 75% lebih yang bertanya soal cinta. Sisanya tentang keluarga, pendidikan, dan karier. Dari presentase 75% tersebut, banyak di antaranya yang bercerita tentang permasalahan keperawanannya, yang bakal saya bahas dalam tulisan ini.
Ya, ini tentang kamu–para perempuan–yang merasa rendah diri, tidak berharga, dan tidak lagi berguna bagi siapa pun, setelah kamu kehilangan keperawanan sebelum menikah secara sadar, dengan seseorang yang sebelumnya sangat kamu sayangi.
Bahkan banyak di antara kamu, karena merasa saking tidak bergunanya, memilih untuk tetap bertahan dengan kekasihmu tersebut. Meski kekasihmu telah memiliki sifat yang jauh berbeda dibanding pertama kali kalian menjalin kasih, dibanding sebelum ia melakukan hal itu kepada kamu, yang katanya atas bukti cinta.
Tidak sedikit di antara kamu yang rela-rela saja ketika mendapatkan perlakuan tidak baik dari sang kekasih. Seperti dikatain kasar ataupun dipukul beberapa kali. Kamu memilih bertahan, hanya karena merasa tidak akan ada laki-laki yang bersedia bersamamu suatu hari nanti, karena kamu sudah tidak perawan lagi.
Keputusan untuk mengakhiri hubungan pun sangat sulit kamu ambil. Kamu mencoba untuk meyakinkan diri sendiri, bahwa hubungan akan baik-baik saja jika kamu tetap bertahan.
Saya sedih namun juga memahami kondisi itu. Kita pasti sering mendengar atau mungkin menganut ajaran orang tua untuk menjaga keperawanan sampai waktunya menikah nanti. Budaya kita memang menjadikan keperawanan sebagai aset paling berharga dari perempuan.
Bahkan terkadang hingga tidak peduli tentang cerita di baliknya. Pokoknya tidak perawan sebelum menikah berarti sudah tidak lagi berharga. Tidak jarang korban pemerkosaan justru dinikahkan dengan orang yang memerkosanya. Semua hanya fokus untuk menutupi malu. Tidak peduli, bagaimana jiwa si korban ini ketika berada di posisi itu. Akan semenyakitkan apa rasanya.
Sebagai aset paling berharga, harga diri sebagai taruhannya. Jika hal tersebut hilang, maka seakan-akan harga diri dan jati diri kita juga hilang. Menjadikan kita merasa tidak lagi berharga. Kemudian, tidak jarang membuat perempuan memilih mengisi hidupnya dengan cara yang cukup tragis.
Ajaran ini menjadikan perempuan menganggap berhubungan seks bukanlah cuma-cuma. Ketika ia memutuskan untuk berhubungan seks dengan pria yang dicintainya, ada keseriusan dan komitmen dalam menjalani hubungan yang ingin ia sampaikan. Sementara di sisi pria, berhubungan seks dengan wanita yang dicintainya, tidak selalu memiliki arti yang sama.
Sehingga, tidak mengherankan setelah kehilangan keperawanannya sebelum menikah, perempuan merasa sudah tidak layak lagi mendapatkan semuanya. Namun, ada satu hal yang perlu kamu pahami, tidak masuk akal rasanya, hanya karena kehilangan satu selaput tipis dalam tubuhmu, kamu juga harus merelakan banyak mimpi yang sudah ditata dengan waktu yang tidak singkat.
Tolong, jangan berhenti melawan dirimu sendiri yang masih mengatakan bahwa kamu sudah tidak layak untuk bermimpi. Sadarkah kamu, kamu terlahir dengan banyak potensi yang masih dapat dimaksimalkan dengan baik. Biarkan mereka berkata apa, namun mereka tidak berhak sedikitpun untuk menghalangi langkahmu.
Jika memang kamu merasa benar-benar ada yang hilang dari tubuhmu, dan kamu tidak nyaman dengan hal itu. Kutuk saja keputusanmu itu. Namun setelahnya, maafkan dirimu sendiri. Katakan, bahwa kamu akan baik-baik saja setelah ini. Hidup tidak akan dilanjutkan dengan penyesalan yang berlarut.
Suatu saat nanti, kamu akan mendapatkan pasangan yang bisa menerima dirimu lagi. Ketika bertemu dengannya, jangan tutupi keadaanmu sebenarnya dari dia. Lebih baik katakan di depan apa adanya. Jika memang ia tidak dapat menerimamu, akan lebih baik jika dia mundur di depan. Sebelum kamu menginvestasikan banyak waktu, tenaga, dan materi untuk sebuah hubungan yang nantinya hanya akan berakhir menyakitkan.
Tenang saja, akan ada laki-laki yang tepat untukmu. Dari penelitian kita bisa tahu, ada banyak pertimbangan seorang laki-laki untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. Tenang, Sayang. Bagi laki-laki, mempertimbangkan untuk menikah, bukan hanya tentang keperawanan belaka.
Sebelumnya, saya pun juga pernah menanyakan pada beberapa teman laki-laki saya mengenai hal ini. Mereka sih, bilangnya nggak ada masalah. Katanya, tidak mungkin mempertaruhkan kepribadian orang yang mereka cinta, hanya untuk satu hal itu. Itu hanya bagian dari masa lalu. Kalau menurut teman saya, asalkan calon pasangannya itu bersedia untuk menceritakannya dengan jujur, itu tidak lagi jadi masalah.
Selain itu, ada hal lain yang juga dapat membuatmu lebih tenang. Kamu memang tidak perlu mengaku kepada semua orang tentang kondisimu, namun tidak ada salahnya untuk membuka diri perlahan-lahan pada orang kepercayaanmu. Menceritakan kondisimu kepadanya, akan membuatmu tidak lagi merasa sendirian. Kamu akan punya pegangan yang bakal menjaga dan menerimamu.
Tidak ada alasan untuk merasa takut, Sayang. Yang kamu takutkan itu, masih berupa kemungkinan-kemungkinan. Hanya ketakutan yang berada dalam pikiranmu sendiri. Cukupkan hidup dalam pikiran yang hanya akan menyakitimu terus-menerus. Kamu harus lebih cerdas dari sekarang, untuk memfilter kebodohan yang ada di sekitarmu. Bahwa hidup ini, tidak layak jika hanya diisi dengan romansa yang penuh drama. Ingat, kamu berharga. Sangat berharga.
Kamu masih punya banyak potensi, yang bisa kamu perbaiki lagi dan lagi. Asah terus kemampuan yang kamu miliki itu, percantik kepribadianmu, dan perluas pergaulanmu. Dari sanalah, kamu akhirnya memahami, bahwa kehidupan tidak sedangkal yang kamu kira. Masih banyak permasalahan-permasalahan lain yang mengharapkan kamu turut serta untuk menyelesaikannya.