Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Pojokan

Pak Presiden, Kalau Ibu Kota Pindah, Kandidat-Kandidat Ini Bisa Dipertimbangkan

Aprilia Kumala oleh Aprilia Kumala
30 April 2019
A A
Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Ibu kota pindah ke luar Jawa? Baiklah, mari kita buat daftar kandidat kotanya dan berandai-andai sejenak~

Rapat terbatas antara presiden dan sejumlah menteri Senin kemarin (29/4) menghasilkan sebuah keputusan mengejutkan yang sebenarnya nggak mengejutkan-mengejutkan amat: kemungkinan besar, ibu kota pindah ke luar Jawa bakal benar-benar terjadi, menyusul putusan dari presiden, seperti yang disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

Melihat urgensi yang dibawa oleh putusan ini, saya jadi tergerak untuk turut memikirkan lokasi ibu kota baru untuk Indonesia. Lagian, kalau dipikir-pikir, mikirin ibu kota pindah itu jauh lebih menyenangkan daripada mikirin hal-hal lain, seperti mikirin mantan kekasih, umur 27 tahun yang bikin stres, atau bahkan polemik real count dan quick count, kan?

*JENG JENG JENG*

Salah satu alasan dipindahnya ibu kota adalah kemacetan. FYI aja, Jakarta menjadi salah satu kota termacet di dunia. Bahkan, menurut riset Inrix 2017 Traffic Sorecard, kota ini menduduki peringkat 12 dengan durasi macet setahun rata-rata mencapai 63 jam.

Mamam, noh, 63 jam. Padahal, dengan 63 jam, kita bisa mendapatkan waktu hampir 3 hari, yang bisa kita gunakan untuk males-malesan dengan maksimal bekerja dan menyelesaikan tugas kuliah dengan penuh dedikasi!!!!1!!!1!!

Jadi, berdasarkan pernyataan tadi, kenapa tidak mewujudkan ibu kota pindah ke tempat yang terbebas dari macet berjam-jam seperti Jakarta? Kalau di Jakarta kita harus membawa kendaraan di atas jalan beraspal dan kepentok macet, kenapa tidak mencoba alternatif lain yang bakal bebas macet dan pantas menjadi ibu kota baru, seperti misalnya…

…uhuk, mari kita sambut, kandidat ibu kota baru kita:

Pertama, Kepulauan Seribu.

Baiklah, baiklah, Kepulauan Seribu bukan sebuah kota, melainkan wilayah administratif berupa kabupaten di DKI Jakarta. Tapi, saya rasa, fakta ini masih bisa diterima dan cukup adjustable, apalagi—ini yang paling penting—Kepulauan Seribu tidak terletak nempel satu tanah dengan Jakarta, yang artinya: ia berada di luar Jawa!!!!!!!11!!1!!!!

Terletak di gugusan kepulauan Teluk Jakarta, Kepulauan Seribu berbentuk pulau-pulau yang terpisah perairan. Untuk mendarat di pulau-pulaunya ini, kita bakal membutuhkan kapal, atau minimal perahu-perahu kecil kayak yang dipakai peserta tour Kepulauan Seribu ke tiga pulau (biasanya Pulau Kelor, Onrust, dan Cipir) dalam satu hari.

Naaah, dengan alat transportasi dan medan perjalanan yang sama sekali berbeda dengan Jakarta, saya rasa Kepulauan Seribu adalah pilihan yang tepat untuk merepresentasikan ibu kota pindah ke luar Jawa yang terbebas dari macet. Satu-satunya hal yang membosankan dari perjalanan di atas air adalah bunyi perahu yang kadang terlalu bising dan bikin kita harus teriak-teriak kalau ngomong sama orang.

Tapi, macet? Tenang, insyaallah aman~

Kedua, Palangkaraya.

Iklan

Ibu kota Kalimantan Tengah, Palangkaraya, cukup santer diisukan sebagai kandidat ibu kota baru Indonesia. Keadaan bebas banjir menjadi salah satu pertimbangannya karena si ibu kota baru ini tentu diharapkan nggak bakal terkena sindrom-Jakarta yang apa-apa-macet dan dikit-dikit-banjir.

Konon katanya (tolong ya, nggak usah nyanyi, ini bukan lagunya Kunto Aji), cita-cita perpindahan ibu kota ke Palangkaraya merupakan impian Presiden Soekarno. Apalagi, kota ini dianggap telah memiliki perekonomian yang kuat dan letaknya cukup strategis.

Tapi, menurut saya, sih, Palangkaraya ini pantas menjadi ibu kota baru karena namanya Palangkaraya. Maksud saya, lihat baik-baik: ada unsur “Pa” di sana, yang seakan-akan berasal dari kata “Pak/Bapak”. Tentu saja, ini cocok dengan unsur “ibu” pada kata “ibu kota”, karena mereka (Bapak dan Ibu) bakal jadi pasangan yang serasi, harmonis, sakinah, mawadah, warohmah.

Hehe.

Ketiga, Cilacap.

Oh, tenang, tenang—sebelum kamu menuduh, saya bikinkan pernyataan dulu: saya menulis Cilacap dalam dafta ini bukanlah karena saya merupakan putri asli Cilacap, melainkan karena saya yakin Cilacap punya potensi yang pantas dikembangkan menjadi ibu kota negara.

Ta-tapi, Cilacap kan di Jawa Tengah, Bambang!!!

Sssst, pertama-tama, sekali lagi, tenang dulu. Kedua, sebaiknya kita tidak menyebut-nyebut nama Bambang sebagai pisuhan karena—ingat—nama Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas yang saya tulis di paragraf awal tulisan ini saja bernama Bambang. Hayo, loh~

Cilacap itu luas, mylov. Di Provinsi Jawa Tengah saja, ia menduduki peringkat atas wilayah kota/kabupaten terluas, melebihi Kabupaten Brebes. Saking luasnya, ia bahkan punya wilayah di luar Jawa, yaitu…

…yak betul: Pulau Nusakambangan!!!!1!!!1!!

Butuh yang anti macet, kan, Pak, Bu? FYI, jalanan di Nusakambangan itu sepi dan saya bahkan bisa selfie dua jam di tengah jalan. Kenapa cuma dua jam—dan bukan berjam-jam—kalau beneran sepi? Ya tentu saja karena baterai hape sudah habis dan sayanya sudah mati gaya. Hadeeeh.

Selain itu, Nusakambangan juga punya pantai pasir putih yang airnya jernih banget, plus benteng-benteng bersejarah yang bisa difoto dan diunggah ke Instagram pakai tagar #explorenusakambangan. Lebih “wow”-nya lagi, Nusakambangan punya sesuatu yang membuatnya terkenal: beraneka rupa LP (Lembaga Pemasyarakatan) dan hutan-hutan di pinggir jalan.

[!!!!!11!!!!1!!!!]

Jadi, meski terkesan horor dan menyeramkan, berada di Nusakambangan bakal membuat anggota-anggota dewan yang hobinya bersantai dan tidur waktu rapat itu jadi lebih sadar diri dan teringat pada “siksa dunia” yang sesungguhnya.

Masyaallah~

Terakhir diperbarui pada 30 April 2019 oleh

Tags: Bappenasibu kota pindahjakartaKepulauan SeribuNusakambangamnPalangkaraya
Aprilia Kumala

Aprilia Kumala

Penulis lepas. Pemain tebak-tebakan. Tinggal di Cilegon, jiwa Banyumasan.

Artikel Terkait

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO
Ragam

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Tinggalkan ibunya demi kuliah di PTIQ Jakarta untuk merantau. MOJOK.CO
Ragam

Kerap Bersalah di Perantauan karena Alasan Sibuk, Tangis Ibu Pecah Saat Saya Akhirnya Pulang dari Jakarta

27 November 2025
Belikan ibu elektronik termahal di Hartono Surabaya dengan tabungan gaji Jakarta. MOJOK.CO
Liputan

Pertama Kali Dapat Gaji dari Perusahaan di Jakarta, Langsung Belikan Ibu Elektronik Termahal di Hartono agar Warung Kopinya Laris

11 November 2025
Matahari Store. MOJOK.CO
Ragam

Yang Tak Akan Hilang dari Belasan Gerai Matahari Store Saat “Tenggelam”, Kenangan Hangat Belanja Bersama Keluarga

29 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Lagu Sendu yang Mengiringi Banjir Bandang Sumatera Barat MOJOK.CO

Lagu Sendu dari Tanah Minang: Hancurnya Jalan Lembah Anai dan Jembatan Kembar Menjadi Kehilangan Besar bagi Masyarakat Sumatera Barat

6 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.