MOJOK.CO – Kebiasaan segelintir perempuan Indonesia menggunakan tas impor disoroti Presiden Jokowi. Pertanyaannya, sindiran beliau sampai ke telinga istrinya juga nggak, ya?
Entah apa salahnya jadi emak-emak di Indonesia. Naik motor dan keliru nyalain lampu sen sedikit saja, di-bully berkepanjangan. Menjelang pilpres, anehnya, emak-emak juga jadi “target” kampanye paling populer. Apalagi kalau ngomongin harga bahan pokok yang dijual di pasar.
Nah, emak-emak yang hobinya stay di rumah atau ikut arisan sosialita kini ikut-ikutan tersentil. Soalnya, Presiden Jokowi, saat membuka acara Hari Belanja Diskon Indonesia 2019, Kamis (15/8) lalu, mulai angkat bicara soal perilaku menggemari barang impor orang-orang di Indonesia.
Seperti dikutip dari Kompas.com, Presiden berkata, “Impar, impor, impar, impor, terutama ibu-ibu, senang pakai barang impor. Sepatu, tas. Saya sampai hafal produknya. Saya sebut tidak enak ada duta besar, tetapi lebih baik produk dalam negeri.”
Pengunjung tertawa mendengarnya. Media-media menuliskan ini adalah cara Jokowi menyindir emak-emak yang sukanya impor, padahal kalau dipikir-pikir…
…ya terus kenapa??? Memangnya kalau pakai barang impor itu salah banget gitu??? Maksud saya, kita kan nggak bisa mengontrol kepada siapa kita jatuh cinta, termasuk perihal selera tas dan sepatu, ya kan???
Bukannya mau sok elite—mengingat tas saya aja kebanyakan “turunan” dari kakak—tapi nyatanya toh memang ada alasan tersendiri yang mendasari kenapa beberapa perempuan menggemari tas impor nan mahal, walaupun harus dapat yang preloved alias bukan baru.
Memang alasannya apa? Gengsi?
Duuuuh, tahu apa kamu soal gengsi? Pokoknya, tas itu kan aksesori yang penting. Kadang, dia malah lebih penting daripada baju. Yaaah, sama pentingnya sama sepatu, lah. Aksesori yang estetis. Bisa dipakai bawa barang pula. Kan fungsional!
Tadinya saya berpikir mau mengumpulkan pernyataan dari penggemar tas-tas impor ini, sebelum akhirnya saya menyadari satu hal: Istri dan putri Presiden Jokowi saja menyukai tas impor, kok!
Iriana Jokowi pernah menjadi perbincangan saat hadir di sebuah acara bersama suaminya, sembari mengenakan shoulder bag Gucci. Harganya ditaksir berada pada angka yang tidak main-main: Mencapai 27,5 juta rupiah.
Bahkan sejak Jokowi masih menjadi gubernur, Iriana juga telah menganal tas impor Chanel. Kala itu, tas yang dipakai beliau diperkirakan mencapai 54,5 juta rupiah—alias nggak-tahu-berapa-kali-lipat-UMR-Jogja.
Lupakan dulu Iriana. Kahiyang Ayu, putri Presiden Jokowi, juga menunjukkan kejayaan tas impor. Pada sebuah foto yang diunggahnya di Instagram beberapa bulan lalu berikut ini, misalnya:
Penampilan Kahiyang boleh sederhana. Yah, setidaknya mirip-miriplah sama penampilan kita (hah, kita???) kalau lagi jalan-jalan ke mal. Tapi coba lihat apa yang ditentengnya? Yak, betul Saudara-saudara—itu tas kresek merek Dior.
Lebih tepatnya, tas impor yang dipakai Kahiyang adalah tas dengan tipe Diorissimo Medium Bag in Solid Colors, yang harganya mencapai 61,2 juta rupiah. Konon, harga ini bahkan jauh lebih mahal dibandingkan tas milik Ivanka Trump, putri Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang ditulis dalam berita memiliki harga sebesar 3,6 juta rupiah (((saja))).
Jadi, yah, kayaknya sih Pak Presiden Jokowi sebenarnya nggak sungguh-sungguh menyindir emak-emak yang suka tas impor. Kalau dipikir-pikir, maksud dari kalimatnya di atas tadi cuma satu: Nyindir istri dan anaknya sendiri, mumpun ada momen yang pas.
Maksud saya, kenapa juga Jokowi bilang “Saya sampai hafal produknya” saat bicara soal tas impor? Jawabannya cuma satu: Istri dan anaknya sendiri mengenakan produk-produk impor nan mahal ini, sampai-sampai doi udah “kenyang” sama nama-nama mereknya.
Yah, selain sebagai presiden yang mendorong maksimalnya produksi lokal, Jokowi ini, bagaimanapun, adalah seorang ayah dan suami. Kesal sedikit ngelihat istri dan anak belanja tas impor yang mahal-mahal kan boleh. Beralasan, pula.
Yang nggak beralasan itu kan kamu: Marah-marah ngelihat dia jalan sama orang lain, padahal dia aja bukan siapa-siapamu. Hadeeeh. Sadar diri dulu, Zheyeeeeng.