MOJOK.CO – Sering diketawain saat jualan popcorn, Dwi Gani nggak ambil pusing. Ia tetap menjalani profesi molling sebagai jalan ninjanya rezekinya.
Terbiasa dengan pekerjaan yang minim interaksi dengan orang lain dalam waktu yang cukup lama, kemudian mendapatkan pekerjaan yang mengutamakan interaksi dengan orang lain, tentu saja tidak mudah. Pasti ada energi yang harus dikeluarkan berlipat-lipat untuk itu.
Perasaan itulah yang dirasakan oleh Dwi Gani, yang kini bekerja sebagai molling di sebuah bioskop. Untuk diketahui, molling ini kependekan dari mobile selling. Alias, orang yang menjualkan barang dagangannya dengan berkeliling.
Pada Mojok, ia berkisah tentang pengalamannya jualan popcorn keliling di bioskop.
Dwi Gani, masih berusia 19 tahun. Dan baru sekitar satu bulan bekerja sebagai molling. Dalam menjalani pekerjaannya, ada ketidaknyamanan yang dia alami. Yakni beberapa kali ditertawakan oleh anak remaja—yang baru puber—saat jualan popcorn. Hingga kemudian hal itu dia tuangkan dalam thread di akun Twitternya.
sering diketawain sama penonton bioskop saat lagi nawarin, terutama bocah yg baru puber sama yg seumuran. ya gapapa, belum waktunya aja mereka tau susahnya cari duit. tapi tetep enjoy aman, ga mikir malu yg penting cari uang. hehehe. pic.twitter.com/he0d5du8SU
— kurt ghoney gallerher (@rrracuntikusss) July 16, 2019
Ia menyadari betul, banyak yang menganggap remeh pekerjaannya hanya karena hal yang dia kerjakan ini “mudah” sehingga tidak membuat orang lain respek. Padahal, ini pasti karena mereka nggak tahu “serunya” bekerja sebagai molling.
Baginya, bekerja sebagai molling itu cukup menarik. Nggak harus duduk di kursi dan repot-repot ngikutin tren olahraga ringan di meja kerja—yang sekarang banyak ditulis di artikel-artikel kesehatan.
Yang namanya “jualan” tentu punya target pembeli. Target pembeli perusahaan, ya, tentu saja seluruh orang yang datang ke bioskop. Akan tetapi, setelah melakukan observasi dengan lebih cermat, Dwi Gani tahu target pembeli yang lebih spesifik lagi, yakni ibu-ibu yang bawa anak dan orang-orang yang lagi pacaran. Jadi, buat yang suka nonton bioskop sendiri, kamu-kamu nggak perlu kegeeran.
Alasan jualan popcorn ke ibu-ibu yang bawa anak, tentu sudah jelas: biar anaknya merengek-rengek hingga tantrum minta dibeliin. Sementara itu, orang pacaran adalah target yang lebih mudah untuk tertarik pengin beli.
Yang menarik dari jualan popcorn ke orang pacaran adalah, ternyata para lelaki itu biasanya bakal manut sama ceweknya. Jadi, keputusan soal membeli makanan ada pada si cewek.
“Pokoknya cewek itu garda terdepan kalau soal makanan, Mbak,” ungkap Dwi Gani.
Jadi, supaya berhasil menggaet pembeli, kuncinya harus pinter-pinter mengambil hati pembeli perempuan—yang sedang bersama kekasihnya.
“Emang caranya gimana, Mas? Harus agresif, gitu, ya?”
“Nggak kok, Mbak. Caranya mudah, cukup pakai rayuan aja, ‘Popcorn-nya, Kak, beli satu buat berdua biar makin romantis.’”
Ternyata, rayuan tadi bisa mengeluarkan gairah keinginan untuk romantis-romantisan sama pasangan pas nonton bioskop.
Menariknya, rasa ketertarikan satu atau dua pasangan untuk beli popcorn ini, akan menimbulkan efek domino pada pasangan lain dalam studio. Jadi, jika ada pasangan yang membeli popcorn, keinginan untuk ikut-ikutan beli akan menular ke pasangan lainnya.
Dalam proses jualan popcorn ini, bukanlah saat ditolak yang paling bikin sakit hati. Justru, saat dicuekinlah yang menjadi saat-saat paling ngeselin cum menyakitkan. Ya, ini seperti berada di tengah ketidakpastian tanpa tahu harus melangkah ke mana.
Saat mengalami situasi yang nggak nyaman dan awkward semacam ini, biasanya Dwi Gani bakal ikut-ikutan cuek seperti tidak terjadi apa-apa dan ngeloyor pergi gitu aja sambil bilang, “makasih.” Meski ya, nggak yakin-yakin amat bakal dijawab apalagi didengerin. Yang penting, stay cool dan tetap sopan. Soalnya kesopanan adalah ujung tombak dari pekerjaan yang nggak punya target penjualan ini.
Ya gitu, deh, bekerja sebagai molling memang butuh skill stay cool yang mumpuni. Lagian kenapa sih, harus ngetawain kalau ada orang jualan sendirian? Padahal, ia kan mengajarkan nilai kehidupan bahwa pada dasarnya kita ini memang hidup sendiri.
Ingat, kesendirian itu hanyalah (((urusan waktu))).