MOJOK.CO – Pasca ditetapkan menjadi tersangka, Romahurmuziy a.k.a Romy langsung diberhentikan menjadi ketua umum PPP, posisinya digantikan oleh Suharso Monoarfa sebagai Plt. Sembari menunggu penunjukkan ketua umum yang baru, banyak sosok yang digadang-gadang mampu mengisi posisi tersebut, dan Rhoma Irama adalah sosok yang layak dipertimbangkan.
Dari sekian banyak narasumber yang diundang untuk berbicara dalam acara Indonesia Lawyers Club pada Selasa, 19 Maret lalu yang membahas tema kasus OTT Romy, rasanya tak ada yang lebih menarik perhatian saya ketimbang sosok Rhoma Irama.
Rhoma, terlepas dengan segala pengalamannya di bidang dunia seni tarik suara, adalah seorang politisi gaek dan seorang senior PPP.
Ia menjadi salah satu sosok yang dulu bergabung dengan PPP demi mewujudkan cita-cita kebangsaan melalui bendera partai Islam yang paling moncer saat itu.
Karena itulah, ketika tema OTT Romy yang merupakan ketua umum, eh, mantan ketua umum PPP diperbincangkan, maka Rhoma menjadi salah satu sosok yang dianggap otoritatif.
“Sebagai penyanyi dangdut legendaris Bang Rhoma Irama juga seniornya PPP,” begitu kata Karni Ilyas sewaktu memberi kesempatan kepada Rhoma untuk berbicara.
Rhoma pun kemudian mulai mengeluarkan perasaan hatinya.
“Kalau yang bersalah ini rakyat biasa atau tokoh yang tidak ada interest dengan publik dan negara saya kira itu adalah hal biasa. Bisa dikatakan itu watak manusia, biasa salah dan lupa,” kata Rhoma Irama. “Tapi yang ditangkap KPK adalah sosok tokoh partai politik bahkan ini politik yang berasas Islam bersimbol Kakbah kiblat umat Islam di dunia ini. Ini menjadi tidak biasa tapi luar biasa (penangkapan Romahurmuziy Ketua Umum DPP PPP oleh KPK). Sangat-sangat menyakitkan.”
Melihat cara Rhoma berbicara tersebut, entah kenapa, saya merasa, bahwa sosok raja dangdut yang satu ini adalah sosok yang seharusnya layak untuk ikut dalam pergulatan politik yang lebih dalam.
Saya kemudian membicarakan hal tersebut dengan beberapa anggota Mojok Institute, dan kami sepakat, bahwa Rhoma Irama adalah sosok yang paling tepat untuk menggantikan Romy sebagai ketua umum PPP, jabatan yang saat posisinya diisi oleh Suharso Monoarfa sebagai Plt.
Dan inilah beberapa alasan yang kami kemukakan.
Mencintai PPP dengan sepenuh hati.
Rhoma memang banyak bertualang dalam dunia politik, termasuk dengan mendirikan Partai Islam Damai Aman atau disingkat Partai Idaman. Sebuah partai berbasis Islam yang punya warna pokok seperti warna kemasan kecap Bango itu.
Kendati demikian, cintanya kepada PPP rasanya tak akan pernah pudar. Rhoma adalah PPP, dan PPP adalah Rhoma. Bahkan kalau saja tidak merepotkan, mungkin dirinya sudah mengganti namanya menjadi RhomaPPP IramaPPP.
Rhoma adalah salah satu juru kampanye PPP paling terkenal pada jamannya. Ia mengaku bahwa PPP adalah persinggahan jihadnya. Ia total berjuang untuk PPP
“Saya sampai berkorban harta bahkan jiwa saya siapkan untuk membela PPP. Dari tahun 77-82, karier pun saya korbankan demi partai ini,” ujar Rhoma.
Saat SDA, mantan ketum PPP terdahulu dicokok KPK karena tersangkut kasus korupsi, Rhoma bahkan sampai datang ke Sukamiskin untuk melakukan klarifikasi secara personal. Saking cintanya dia kepada PPP dan saking tidak maunya dia PPP dikotori oleh kader-kader yang justru bikin malu PPP.
Bernafaskan Islam
Tak ada yang bisa membantah bahwa Rhoma adalah sosok yang sangat memperjuangkan Islam. Bahkan partai Idaman, partai yang ia dirikan pun bernafaskan Islam.
Hal tersebut tentu sangat cocok dengan PPP yang selama ini menjadi partai yang bernafaskan Islam.
Dalam dunia seni, Rhoma banyak membagikan lirik-lirik Islami. Saking banyaknya lagu-lagu bernafaskan Islam yang ia nyanyikan, tema pokok konsernya hampir selalu menggunakan dua unsur kata, yakni nada dan dakwah.
Banyak orang-orang yang kemudian tahu banyak aturan dan pandangan Islam dari lagu-lagu Rhoma Irama. Tak heran jika kemudian sampai muncul guyonan bahwa bagi masyarakat muslim Indonesia, empat sumber hukum Islam paling utama adalah Al-Quran, hadist, Ijma’ dan lagu Rhoma Irama.
Sangat anti korupsi
Rhoma sangat membenci korupsi. Setidaknya, itu yang ia tunjukkan saat ia berbicara dalam forum ILC beberapa waktu yang lalu itu.
Jauh sebelum Indonesia membentuk KPK, Rhoma Irama sudah lebih dulu berjuang menyebarkan semangat anti-korupsi kepada masyarakat Indonesia.
Lagunya yang berjudul Indonesia menjadi bukti yang sangat sahih.
“Selama korupsi semakin menjadi-jadi…
“Jangan diharapkan adanya pemerataan…
“Hapuskan korupsi di segala birokrasi…
“Demi terciptanya kemakmuran yang merata…
“Bukankah cita-cita bangsa…
“Mencapai negeri makmur sentosa…
Bayangkan jika suatu saat ia jadi Ketum PPP dan kemudian mengancam siapa saja kader yang punya niat korupsi.
“Siapa saja kader PPP yang ketahuan korupsi, maka barangnya akan saya bikin bujel kayak gitar saya!”
Mampu merangkul generasi kolonial dan milenial
Rhoma adalah sosok yang punya banyak massa. Ia mampu mempesona banyak orang dari mulai golongan tua sampai golongan muda. Duet dengan Elvi Sukaesih oke, duet dengan Via Vallen pun tak masalah.
Bukti paling baru tentang hal ini tentu saat ia diundang menjadi salah satu pengisi dalam festival musik “Synchronize fest” beberapa waktu yang lalu.
Menjadi pengisi di acara festival musik yang hampir sebagian besar pengunjungnya adalah anak-anak muda skena-indie, stage tempat Rhoma Irama tampil ternyata tetap ramai penuh dengan penonton. Bahkan konon menjadi salah satu stage yang paling ramai.
Di depan anak muda saja ia sangat, apalagi kalau disuruh tampil di hadapan para penonton setengah baya, sudah pasti penontonnya bisa bakal lebih luber.
Berjasa dalam mengangkat moral generasi bangsa
Selain mengajari kita main piano dengan “Mi-do-do-sol-do-do-mi”-nya, Rhoma Irama juga mengajari banyak generasi muda untuk bertaqwa kepada Tuhan, menjauhi miras, tidak berjudi, enggan begadang, dan tentu saja, menghormati orang tua.
Sebuah hal yang bahkan belum tentu bisa dilakukan oleh Jokowi atau Prabowo sekalipun, apalagi Suryadharma Ali atau Romahurmuziy