MOJOK.CO – Untuk segala pengorbanan Edgar Marvelo dan profesionalitasnya, saya angkat topi. Rest in peace, Bapak. Selamat, Edgar, emas Sea Games 2019 yang luar biasa.
Saya selalu kehabisan kata-kata. Ketika mendapati sebuah kabar ini. Ada seorang atlet yang justru tampil sempurna. Meraih medali emas Sea Games 2019 dan segala kejayaan. Ketika beberapa jam sebelumnya menerima kabar kematian orang tua atau saudara. Ada rasa penuh di dalam hati saya, yang tidak bisa dijelaskan.
Saya pernah menangis. Lama sekali. Beberapa tahun yang lalu. Ketika kakak sepupu saya meninggal karena penyakit di otaknya. Sel tumor bersemayam di antara otak kanan dan kiri. Menurut keterangan dokter, operasi masih bisa dilakukan. Namun, risikonya sangat tinggi. Hingga pada akhirnya, operasi belum jadi diputuskan, kakak sepupu saya dipanggil Tuhan.
Ada rasa kosong di dalam dada. Rasa lelah tiba-tiba saja datang setelah beberapa hari kurang tidur. Kaki menjadi lemas dan otak menerawang jauh. Rasanya seperti tidak ada kesadaran lagi. Para saudara menangis. Bapak dan anak saling menguatkan. Hingga pagi menjelang, rasa lemas menguasai kaki dan tubuh ini begitu letih ketika menyiapkan penguburan.
Ada seribu lebih pelayat hari itu. Kakak sepupu saya memang orang baik. Mungkin yang paling baik di antara kami sekeluarga besar. Dia dicintai banyak orang. Namanya selalu ada dalam setiap perbincangan. Hingga detik ini.
Mengingat pengalaman sendiri, lalu membaca soal Edgar Marvelo, saya menaruh hormat sepenuhnya kepada atlet wushu Indonesia itu. Kamu tahu, Edgar meraih dua emas Sea Games 2019 dari wushu sambil menahan kesedihan di dalam dadanya.
Beberapa jam sebelm turun gelanggang, Edgar Marvelo menerima kabar pilu itu. Ayahnya meninggal. Bagaimana perasaan Edgar Marvelo? Saya tidak bisa memetakannya.
Emas Sea Games 2019 pertama dari wushu dipesembahkan Edgar Marvelo dari nomor daoshu/gunshu combine putra. Edgar Marvelo mengalahkan Jowen Lim dari Singapura (medali perak) dan Tran Xuan Huep dari Vietnam (perunggu).
Setelah itu, Edgar Marvelo merebut emas kedua Sea Games 2019 cabang wushu di nomor duilian putra bersama Seraf Naro Siregar dan Harris Horatius. Final wushu digelar di World Trade Center, Manila.
“Di tengah kesedihan dan duka mendalam atas kepergian Ayahanda malam tadi pukul 01.00 WIB, Edgar Marvelo tetap tampil apik dan memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Turut berduka cita, dan terima kasih Edgar atas perjuanganmu untuk merah putih,” tulis pihak Kemenpora melalui Twitter dan dikutip CNN.
Menanggung kesedihan yang mendalam, Edgar Marvelo meraih dua emas Sea Games 2019. Tidak perlu berbicara soal mental bertanding di sini. Bukti apalagi yang lebih membayangkan selain dua emas Sea Games 2019 ketika kamu bersedih.
Selama 30 menit penuh saya mencermati foto-foto Edgar di internet. Raut muka ketika bertanding menyiratkan kepercayaan diri. Saya yakin latihannya sangat panjang dan berat. Mungkin, disiplin latihan itu yang membuatnya percaya kalau berita kematian ayahnya bisa diredam di dalam dadanya sendiri.
Dari foto yang beredar juga terlihat ketegaran Edgar Marvelo. Apa yang memotivasi Edgar Marvelo hingga berita kematian tidak menggangu kesempurnaan penampilannya di atas matras wushu? Dengan emas Sea Games 2019 sebagai ganjarannya.
Robert W Firestone Ph.D., seorang psikolog dan penulis memberi penjelasan.
Sejak kecil, bahkan kita belum sadar akan misteriusnya sebuah kematian, kita sudah mengembangkan sebuah sistem pertahanan untuk menghadapi “emotional frustration and primitive separation anxiety”. Ketika menghadapi berita kematian, sistem pertahanan akan diaktifkan oleh tubuh.
Sistem pertahanan ini berguna untuk menghindarkan manusia dari rasa sakit secara emosional dan membendung perasaan negatif. Memang, tidak semua manusia bisa memproduksi sistem pertahanan yang sama. Ada yang cuma tipis, lalu mengalami depresi karena kehilangan orang tersayang. Ada yang bisa melewatinya, bahkan sambil menguatkan orang lain.
Edgar, di mata saya adalah orang yang sudah ditempa “pengalaman genting” sepanjang hidupnya. Menjadi atlet memang akan membuat manusia mengalami masa-masa “jaya atau mati” dalam sekelebat detik. Mungkin, pengalaman ini yang membuat Edgar Marvelo bisa tetap tampil sempurna. Karena kehidupan itu sendiri adalah pengalaman yang menyakitkan.
Namun, kita tidak boleh menepikan “sisi manusia” dalam diri Edgar Marvelo. Setelah berbicara kepada wartawan setelah meraih medali emas Sea Games 2019, dia menangis. Sistem pertahanan yang sudah bekerja memang tak selamanya awet.
Untuk segala pengorbanan Edgar Marvelo dan profesionalitasnya, saya angkat topi. Rest in peace, Bapak. Selamat, Edgar.
BACA JUGA Belajar Hidup dengan Membayangkan Kematian Setiap Hari atau tulisan Yamadipati Seno lainnya.