MOJOK.CO – Pernyataan Eggi Sudjana yang menyebutkan bahwa presiden bikin miskin sesungguhnya kurang efektif. Pada dasarnya, masih ada hal-hal lain yang bisa dituding sebagai penyebab kemiskinan, khususnya di zaman milenial.
Hari Minggu kemarin (15/04/2018), nama Eggi Sudjana, Wakil Koordinator Nasional Gerakan Indonesia Salat Subuh (GIS) menghiasi banyak portal berita. Pasalnya, ia baru saja mengeluarkan pernyataan yang kontroversial: presiden membuat rakyat Indonesia miskin.
Menurut Eggi, UUD 1945 bahkan telah menyebutkan bahwa kekayaan alam Indonesia adalah milik rakyat Indonesia. Namun, rakyat justru mendapatkan bagian 10 persen emas saja, karena kekayaan ini dibagikan kepada Amerika Serikat.
“Padahal kita dikasih minyak, emas, gas dan kelapa sawit, kaya raya Indonesia, dulu rempah-rempah kita diperebutkan,” tambah Eggi dalam tausiahnya di Masjid Dzarratul Muthmainnah, Tangerang Selatan.
Lalu, sebagaimana seorang guru yang ingin memastikan bahwa murid-muridnya telah memahami perihal presiden bikin miskin, Eggi kembali bertanya,
“Jadi, siapa yang membuat kita miskin? Presiden atau Allah?”
“Presideeeen,” jawab jemaah.
Dari pernyataan ini pula, Eggi menyinggung soal #2019GantiPresiden yang memang tengah ramai bergulir di tengah masyarakat Indonesia.
Seakan tak mau kalah, Juru Bicara Kepresidenan, Johan Budi SP, saat dimintai konfirmasi pun menyatakan bahwa pernyataan yang menyebutkan presiden bikin miskin tidaklah benar. Menurutnya, sepanjang era pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia telah mengalami peningkatan di beberapa aspek, termasuk dalam bidang ekonomi.
Meski begitu, pernyataan Eggi didukung pula oleh beberapa pihak, misalnya Wasekjen Gerindra, Andre Rosiade. Menurutnya, rakyat Indonesia butuh hasil kerja, bukannya pencitraan. Sementara itu, bagi Andre, Jokowi telah melakukan blunder ekonomi. Contoh paling nyatanya adalah betapa kini tambang nikel di Morowali justru dikuasai Tiongkok.
Tapi, sesungguhnya, kemiskinan adalah sesuatu yang bisa menyerang siapa saja dengan sebab-sebab tidak terduga. Sebagai bagian dari rakyat Indonesia, terlepas dari pernyataan Eggi, marilah kita ingat-ingat kembali hal-hal yang sebenarnya paling dekat dan mudah membuat kita menjadi orang yang mendadak miskin, khususnya di zaman milenial:
Ya, kamu-kamu sekalian tidak salah baca—Instagram berpotensi mengubah orang-orang menjadi miskin. Selain karena untuk mengaksesnya saja butuh kuota internet yang harus dibeli dengan uang, setumpuk online shop dan pameran gaya hidup yang disamarkan melalui foto-foto estetik dan caption ciamik itu pun menguras kemampuan finansialmu diam-diam. Belum lagi kalau ngeklik Instagram Story… Hadeeeh! Berhati-hatilah, atau kamu akan tergoda untuk berfoya-foya~
Dompet Ketinggalan
Dalam KBBI, kata miskin diartikan sebagai tidak berharta. Bayangkanlah sebuah situasi di mana kamu keluar dari rumah dan membeli makanan, bensin, baju, atau benda-benda lainnya. Ketika tiba waktunya untuk membayar dan mendadak kamu menyadari bahwa dompetmu sudah tertinggal, di waktu itu pulalah kamu berada pada titik tidak berharta. Mau bayar pakai apa, coba, kalau nggak ada dompet? Mau gajimu sebulan bisa buat beli Daihatsu Grand Max sepuluh pun, kalau dompetmu ketinggalan, ya siap-siap aja mendadak miskin karena nggak bisa beli apa-apa~
Orang Kaya
Begini, Saudara-Saudara: kenapa ada hitam? Ya karena ada putih. Kenapa ada yang disebut sebagai baju baru? Ya karena ada baju yang sudah dibeli lebih dulu, alias baju lama.
Lantas, kenapa ada yang disebut miskin? Sudah tentu, karena ada mereka-mereka yang disebut sebagai orang kaya, alias orang-orang yang tidak lebih miskin daripada kita.