MOJOK.CO – Kenapa, sih, Pak Jokowi mempromosikan bipang ambawang, babi panggang khas Kalimantan? Berikut saja jelaskan alasannya. Jangan marah dulu.
Bagi saya pribadi, Jokowi adalah presiden paling favorit. Bukan. Bukan soal kiprah beliau di dunia politik. Lha wong saya nggak begitu paham sama dunia ruwet ini. Pakdhe jadi presiden favorit saya karena blunder dan kelucuan yang mengikutinya.
Pak SBY boleh bikin lagu. Tapi kan nggak lucu. Lebih ke elegan dan inspiratif… bagi anak dan kadernya. Gus Dur? Ya boleh, sih, beliau membuat banyak terobosan. Tapi kan saya masih kecil ketika Gus Dur menjabat. Jadi tidak merasakan secara langsung pemerintahan beliau. Megawati? Sebentar, saya ingat-ingat dulu.
Nah, kalau Pak Jokowi, blundernya di luar kiprah politik itu lucu. Dulu, admin Twitter beliau bikin blunder. Enggak posting soal aktivitas keseharian atau pemikiran Pak Jokowi, tapi malah ngidol. Tapi kan itu lucu, bukan kesalahan yang genting, kayak misalnya malah posting link bokep. Semoga adminnya nggak dipecat, cuma digeser aja kerja di Freeport, nambang emas… pakai tangan.
Dan “blunder” terbaru adalah ketika Pak Jokowi mempromosikan bipang ambawang. Kamu pasti udah tahu kalau bipang ambawang itu merujuk babi panggang khas Kalimantan. Babi panggang yang tentu saja lezat dan menggiurkan.
Banyak yang mengecam Pak Jokowi ketika menyebut bipang di video singkat mengajak warga untuk nggak mudik. Ada juga yang nggak marah ke Pakdhe karena nggak membaca dulu naskahnya. Ada juga yang menyerang si pembuat naskah. Masak Lebaran dihubungkan sama babi panggang. Ya nggak cocok.
Namun, mohon tahan dulu amarahmu, Bung dan Nona. Izinkan saya menjelaskan kenapa bipang ambawang, babi panggang yang nikmat itu disebut Pak Jokowi dalam video pendeknya.
Lebaran milik semua agama
Eits, ingat, jangan marah dulu. Lebaran itu milik semua agama. Nggak cuma punya Islam, tapi juga Katolik, Kristen, Hindu, Buddha, Konghucu, dan kepercayaan lainnya. Serius ini. Siapa, sih, yang nggak bahagia dapat hari libur? Semua pasti senang. Sama seperti Natal, misalnya. Teman-teman muslim yang pasti “merayakannya”, dengan ikut liburan.
Oleh sebab itu, sangat mungkin terjadi ada pekerja yang berasal dari Manado, misalnya, kerja di Kalimantan. Kebetulan, dia beragama Katolik dan hendak mengirim makanan khas Kalimantan. Hmm… apa yang yang enak dan tahan lama ketika dikirim sama kurir.
Nggak salah, dong, kalau dia mengirim bipang ambawang frozen sebagai pengganti kehadiran di hari raya Lebaran. Lebaran memang khas Islam, tapi rasa kangen kepada keluarga kan universal. Siapa yang nggak kangen sama keluarga ketika patuh kepada perintah pemerintah untuk nggak mudik?
Inilah yang bikin Pak Jokowi jadi presiden favorit saya. Beliau ingin semua pemeluk agama dan penikmat babi menikmati hari libur ini. Yah, kalau memang kurang referensi, sih, perkara lain. Kan Pak Jokowi nggak baca semua yang dia tandatangani.
Pak Jokowi dan rencana setelah pensiun
Kita semua tahu gimana stresnya orang tua yang udah mau pensiun. Kebanyakan dari mereka jadi bingung kelak nggak punya kerjaan. Nah, bisa jadi, bipang ambawang, babi panggang khas Kalimantan ini jadi “alat latihan” Pakdhe setelah pensiun nggak jadi presiden lagi, yaitu influencer dan endorser.
Jangan salah, pendapatan seorang endorser itu lumayan besar. Misalnya Ria Ricis yang followers Instagram-nya 24,4 juta, bisa mengantongi Rp70 sampai 100 juta per bulan! Saat ini, Pak Jokowi punya followers IG mencapai 39,1 juta. Nggak aneh, bukan kalau Pak Jokowi jadi endorser kelak.
Lalu, kenapa harus bipang ambawang, babi panggang khas Kalimantan yang dibikin ribut banyak orang? Gini, lho, bagi endorser, bakal sangat menguntungkan kalau produk yang dia push jadi top of mind publik. Kegaduhan ini bisa jadi rencana cerdik dari tim kreatif Pakdhe.
Lha wong saya, pemeluk Katolik, baru tahu kalau salah satu makanan khas kalimantan itu bipang ambawang. Darimana saya tahu, ya berkat segala kegaduhan ini. Dan setelah selesai menulis artikel ini, saya pengin memesan bipang ambawang secara online. Inilah kekuatan top of mind berkat push dari endorser.
Lalu, kok ya harus babi, bukan gudeg, bakpia, atau lumpia? Sederhana saja. mungkin, saat ini, yang berani approach tim kreatif Pak Jokowi baru bipang ambawang. Siapa tahu, jika bipang ini jadi ramai, kelak, ada pengusaha menu pisang, martabak, dan resepsi kawinan yang berani memakai jasa Pak Jokowi. Kalau udah sukses, mereka bisa beli saham klub dan jadi walikota. Sedaaap.
Jadi, pada akhirnya, jangan kita dengan mudah mengecam seseorang. Bisa jadi, ada sebuah rencana positif yang ada di balik sebuah aksi. Ya kalau Pak Jokowi memang nggak baca dokumen yang disodorin, ya sudahlah ya. udah segitu dong mungkin.
BACA JUGA Apa yang Akan Dikerjakan Jokowi Setelah Tidak Menjadi Presiden Lagi? dan tulisan lainnya dari Yamadipati Seno.